Seventeenth Chapter

46 13 0
                                    

"Aku tidak suka mencarinya tanpa sebab, dia tidak pernah bertemu denganku lagi."

✈✈✈

Hal yang ingin kulakukan esoknya adalah membawa buku itu dan memperlihatkannya di depan Emily. Meminta penjelasannya. Dan meminta Emily mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, aku tak melakukannya. Aku tak ingin melukai perasaannya dengan mengungkit sesuatu yang mungkin Emily tidak sukai. Hubunganku dengan Ayah merenggang tanpa sebab yang jelas, bahkan pagi tadi Ayah tidak sarapan bersamaku, dan aku tak ingin memperparahnya dengan merenggangkan hubunganku dengan Emily.

Lagipula, jika Emily memang berbohong, buku ini mungkin hanya kebohongan kecilnya. Atau mungkin saja seperti yang Emily katakan, ini hanyalah tulisan sastranya yang gagal. Mungkin dia merindukan mantan pacarnya, atau merindukan seseorang. Mungkin. Aku tidak tahu pasti.

Emily kini melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum kaku berjalan ke arahnya. Sejujurnya, menceritakan tentang emosi Ayah yang tidak sepenuhnya berubah saja aku sudah cemas akan kemungkinan jawaban Emily, apalagi jika aku tanyakan perihal Ayah yang mabuk. Aku memutuskan untuk tidak menanyai apapun.

Emily juga terlihat seperti nyaman-nyaman saja dengan Ibu. Belum lihatkah dia jika Ibu membawa banyak laki-laki ke rumah? Atau Ibu berusaha merubah citranya di depan putri sulungnya?

"Kapan kau akan mempertemukanku dengan Sam? Kau sudah menerima tawarannya menjadi tim khusus?"

Aku mendelik mendengar Emily membuka obrolan dengan topik seorang laki-laki. "Jika Kakak mau ketemu Sammy, gak perlu nunggu aku yang nemuin kalian, Kakak bisa nemuin sendiri. Anak IPS 1 kelas sepuluh."

Emily menggeleng. "Aku tidak suka mencarinya tanpa sebab, dia tidak pernah bertemu denganku lagi."

Yang dikatakan Emily memang ada benarnya.

"Mungkin di Ganda Pura aku bisa mempertemukan kalian. Karena kita bisa menonton pertandingan bersama-sama."

Aku membulatkan mata melihat Emily bersorak senang. Emily mulai menunjukan antusiasnya terhadap acara besar yang akan sekolah kami selenggarakan. Kendati begitu, dia tetaplah siswa kelas dua belas yang tak bisa menghabiskan waktu banyak menontoni turnamen tersebut.

"Mungkin Kakak bisa menemukan gebetan baru." Aku menyiku lengannya dan Emily balas menjitak kepalaku. Kami tertawa bersama, aku bahkan tak memedulikan tatapan aneh orang-orang saat ini terhadap kami.

✈✈✈

"Aku tahu kalau kau merupakan anggota termalas diluar dari Don yang sibuk dengan kegiatan masturbasinya, tapi bukan berarti karena aku dan Jeremy suka memberikanmu contekan, itu membuatmu lepas tugas." Junnie mempertegas tugas konyol Bahasa Indonesia yang begitu rumit dan rasanya tidak selesai-selesai.

Aku hanya menghela napas melihat tumpukan kertas jurnal yang pastinya akan Junnie amanatkan untuk segera dikoreksi dan dipilih bagian mana yang terbaik. "Tidak adil, kenapa tidak suruh Don saja yang melakukannya? Hanya karena dia melakukan kegiatan tercela bukan berarti dia lepas tugas juga, kan?" aku masih berusaha membela diri.

Junnie menghembuskan napas panjang seperti orang yang hendak melahirkan. Matanya berputar dan menatapku dalam. "Dia sudah mencari jurnal tentang bahaya seks bebas dan melengkapi artikel tentang anak jenius nan abstrak yang Jeremy minta."

"Gitu doang? Itumah gue juga bisa."

"Tapi nyatanya lo gak ngapa-ngapain sampe sekarang."

Oke, aku mati kutu, mau tak mau aku harus membawa tumpukan kertas itu ke dalam tas sekolah hari ini. Aku mengangguk dengan tatapan sedih melihat kepindahan kepemilikan jurnal tersebut.

Emily's Clue [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz