Eighteenth Chapter

43 9 0
                                    

"Oke, aku selama ini menyadari Sammy sebenarnya ganteng, tapi sepertinya Junnie lebih menyadari jika kegantengan cowok mungkin bisa dilipat gandakan."

✈✈✈

Dalam suasana remang kamar, aku kembali meneliti pojok-pojok kamar Emily yang sebenarnya jika kuperhatikan lagi, terlihat seakan Emil sudah menghuni kamar ini bertahun-tahu. Dia bahkan tidak seperti gadis pindahan. Aku mencurigai Emily? Tentu saja tidak, jika Emily berbohong, lalu cerita detailnya tentang kehidupan sekolahnya di Jakarta itu apa?

Aku segera membuang pikiran itu jauh-jauh. Perlahan lututku merangkak di atas ranjang dan kembali membuka buku catatan milik Emily. Jika memang kenyataannya Emily menyimpan kesedihannya dalam satu buah buku mungil ini, maka biarkan dia membagi kesedihannya secara tak langsung padaku. Pada adiknya sendiri, meski aku tak tahu pasti Emily sebenarnya sedih karena apa.

Tulisan Emily kali ini benar-benar membawaku pergi. Ke tempat yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehku.

Kepada Stratosfer tersayang ...

"Bayangkan kita ada di tempat tertinggi, tempat tertinggi di dunia."

"Di mana?" Tanyaku polos saat itu. Emily tersenyum seraya membagi pandangannya ke luar jendela. Jendela kamar lama kami yang saat itu sedang memperlihatkan betapa berawannya langit.

Saat itu aku pergi meninggalkanmu. Di hari itu pula aku menangis karena harus pergi tanpamu.

Akan tetapi, kau tahu mengapa kau tak melihatku menangis saat itu?

"Ke langit harus naik pesawat." Perkataan konyol yang logis anak baru masuk SD keluar dari mulutku.

"Ya," Emily tersenyum. Saat itu aku mengira itu senyum kebahagiaannya. Emily mengecup kepalaku kemudian. "Kita mungkin tak akan bisa naik pesawat bersama."

"Kenapa?" Tnyaku tak mengerti. Emily menggeleng pelan tak menjawab apa-apa, raut kesedihan mulai tampak di wajah sendunya.

"Tapi kita punya puncak tertinggi lainnya,"

Aku tidak ingin membuatmu menangis meski aku melakukannya. Aku egois karena meninggalkanmu, tapi terkadang beberapa keegoisan tak dapat kukendalikan dalam genggamanku.

Emily berjalan memperlihatkan padaku keajaiban baru yang mungkin dia ciptakan.

"Kita saat ini berada di lantai dua rumah." Emily menaiki ranjang dan melompat di atasnya. "Sekarang Kakak ada di atas sini dan saat ini Kakak berada di tempat tertinggi."

Maaf jika aku kadang terlalu berharap lebih. Dan ... maaf jika aku tak dapat memenuhi harapanku. Senyumanmu adalah hal terakhir yang ingin aku lihat sebelum aku menjauh darimu, Stratosfer.

Dengan polosnya, aku mengikuti Emily memanjat ranjang dan melompat di atasnya.

"Lihat, Cheryl, kita ada di puncak dunia!!" Emily semakin melompat tinggi. Dalam lompatan yang tak pernah kukira itu, aku merasa diriku melayang di atas angkasa, bersama Emily, bersama bintang-bintang. Aku menatap Emily dengan riang dan tertawa kecil.

Namun, Emily sudah berhenti melompat.

Jika saja aku diberikan harapan terakhir, aku akan meminta tak ingin berpisah darimu. Tapi hidup kadang tak seberuntung itu.

Dalam pundi-pundi ruang yang tersisa, kuisi pojok paru-paruku dalam buku bertuliskan namamu. Dan kuharap, Stratosfer, pesawat jet akan mengantarkan pesan ini padamu. Untuk kali pertama yang membahagiakan dalam hidupku.

"Kakak tak tahu apa kita akan bertemu lagi."

Aku tak tahu apa kita akan berjumpa lagi.

"Tapi satu pesan Kakak ...,"

Emily's Clue [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora