Ch.33 (Imperius)

1.4K 193 96
                                    

Hari hari berjalan seperti biasa di Hogwarts, tak ada kejadian buruk, mungkin belum. Karena Turnamen Triwizard belum benar benar dimulai. Hubungan nya dengan Snape pun berjalan damai seperti biasanya, namun belakangan ini ia sering melihat Snape bersama asisten Madam Maxime. Raelyn mencoba berpikir positif, toh mungkin hanya sebatas kolega kerja.

Raelyn melampirkan jubahnya di bahu, ia bersama Jen berjalan menuju ruang kelas DADA. Sejujurnya ada hal yang membuatnya sangat gugup hari ini, Moody menuliskan pengumuman bahwa ia akan melancarkan kutukan Imperius secara bergiliran. Raelyn tak menafik, bahwa mantra itu bukan mantra sembarangan, makanya termasuk dalam Kutukan-Tak-Termaafkan.

Tibanya di kelas pertahanan terhadap ilmu hitam, Raelyn mendudukan dirinya di tempat duduk samping Jen seperti biasa.

"Ya, seperti yang sudah ku bilang beberapa hari yang lalu. Kali ini aku ingin melihat kalian, bagaimana cara mempertahankan diri dari kutukan Imperius." ujar Professor Moody tegas.

"Well, kurasa aku tahu mengapa dia disebut Mad, Jen." ujar Raelyn kepada Jen.

"Ssst! Diamlah, kau tak ingin dilemparkan penghapus seperti Seamus kemarin kan?" bisik Jen.

Satu persatu anak mulai maju bergiliran, tak ada satupun yang bisa dikatakan berhasil mematahkan kutukan yang dilancarkan Moody. Ralat, kecuali Harry Potter yang baru saja selesai diuji, tentu saja.

"Dixie! Giliran mu!" teriak Moody memecahkan bisik suara kesakitan dari seluruh penjuru kelas.

Raelyn melihat ke sekelilingnya, Damn! Apakah ia yang terakhir? Bagus, ayo kita lihat berapa lama kau memalukan dirimu sendiri Raelyn.

"Imperio!" pekik Moody.

Aneh, rasanya tentram. Raelyn tak bisa menemukan dimana jiwa dan rohnya. Mereka terasa seperti terpisah, rasanya beban berat yang berada di pundakmu hilang dalam sekejap.

"Lompat ke atas meja!"

Suara moody bergema di seluruh sel tubuhnya, rasanya ia ingin sekali menuruti perintah tersebut. Namun pertanyaan dalam dirinya sepertinya menguasai pertahanan jiwanya lebih dulu,

Untuk apa?

"Kubilang lompat, ayo lompat keatas meja."

Kaki Raelyn tertekuk seketika, hendak melompat. Tapi lagi lagi pertanyaan itu lebih memenuhi rongga disetiap tubuhnya.

Untuk apa aku harus lompat?

"Berlari! Lari intari kelas!"

Kaki Raelyn menekuk kembali dan mulai berjalan ditempat hendak berlari, kali ini diliputi rasa keram yang luar biasa sakit jika Raelyn berhenti bergerak. Namun, pertanyaan nya masih sama

Untuk apa aku harus berlari?

Tiba tiba semuanya terasa kembali, Raelyn mendapatkan jiwa dan Rohnya. Tapi kakinya terasa seperti jelly, hingga tak mampu menopang tubuhnya. Kepalanya pun mulai pening, tetapi ia mampu berpegangan kepada meja didekatnya.

Ah sial, pelajaran ini menghabiskan seluruh energiku!

"Bagus sekali Miss. Dixie! Bahkan, kau jauh lebih hebat daripada Mr Potter sebelumnya. Aku berani bertaruh, tak ada seseorangpun yang mampu mengimperius mu dengan mudah. Meski kau sedang lengah sekalipun." puji Moody berapi api.

"Terimakasih Professor." jawab Raelyn seadanya. Jujur kaki keramnya lebih penting daripada pujian Moody yang tak begitu berpengaruh pada dirinya.

"Baiklah kelas cukup sampai disini. Kalian boleh kembali ke asrama masing masing."

***

"Aku bersumpah Jen, menghadapi Dementor sepertinya lebih baik daripada harus merasakan kutukan Imperius lagi. Kau seperti sedang asik asik terbang ke bulan, lalu dijatuhkan dengan keras sampai ke inti bumi." jawab Raelyn kepada Jen yang dengan berbaik hati membantunya berjalan walaupun tergopoh-gopoh.

My HalfBlood PrinceKde žijí příběhy. Začni objevovat