Ch.21 (Dementor)

1.3K 206 8
                                    

Semua karakter murni milik J.K Rowling, tidak ada keinginan meniru atau mendapat untung. Mungkin aku hanya merubah sedikit jalan cerita ges biar sesuai ama jalan cerita aku. Makasih! Jangan lupa vote+komen
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Raelyn tiba di stasiun King's Cross, ia melihat keluarga Weasley ada disana. Bahkan tak luput dari Hermione dan juga Harry. Ia menghampiri mereka, menyapa hangat Mr.Weasley dan Mrs. Weasley. Saat Raelyn hendak menyapa yang lainnya, kembar Weasley sudah lebih dulu berlari ke arahnya, memeluknya erat sampai Raelyn kesulitan bernafas.

"Fred, George aku tidak bisa bernafas!" ucap Raelyn tertahan karena di kekap terlalu erat oleh dua laki laki bertubuh jangkung.

"Maafkan aku, Raelyn. Aku terlalu merindukanmu!" ucap Fred melepaskan pelukannya. "Lepaskan bodoh!" tambah Fred kepada kembarannya yang masih setia memeluk sahabatnya.

"Raelyn, aku ada banyak oleh oleh untukmu!" ucap Fred sambil berusaha membuka tas besarnya. Ya, mereka baru saja pulang dari Mesir, karena keluarga Weasley adalah pemenang utama undian Galleon pada Musim Panas. Dan mereka langsung berangkat ke Mesir saat itu juga.

"Tidak sekarang Fred, kalian harus cepat cepat ke kereta sekarang. Ayo anak anak, jangan sampai ada yang tertinggal lagi!" ucap Mrs. Weasley menyuruh semuanya segera masuk ke kereta Hogwarts Express.

*****

"Jadi, mengapa kau tak membalas surat surat kami?" tanya George. Mereka kini sudah berada di gerbong kereta. Fred sedang sibuk membagi bagikan oleh oleh yang dibawanya dari Mesir kepada teman temannya.

"Aku tak ingin mengganggu liburan kalian" ucap Raelyn datar.

"Kau tak menggangu liburan kami.Justru kami semua khawatir karena kau tak mengabari kami sama sekali!" ucap Fred kesal.

"Iya iya, besok tidak lagi" ucap Raelyn pasrah. Lalu Raelyn menambahkan, "Kenapa oleh oleh untuk ku banyak sekali sih?" ucap Raelyn agak bingung karena dirinya mendapat lebih banyak cendramata dan juga makanan ringan.

"Ck, kau kan kemarin baru ulang tahun Raelyn! Aku agak bersalah hanya memberikanmu sebatang coklat" ucap George santai.

"Tak perlu seperti itu George, aku bahkan sudah sangat bahagia jika ada orang yang mengingat ulang tahunku. Dan kalian bahkan sudah mengirimkanku kado. Itu sudah sangat cukup bagiku, George." ucap Raelyn tulus, tak sengaja air matanya mendesak keluar.

"Jangan nangis, Raelyn! Hei bodoh! Kau apakan gadisku!" ucap Fred buru buru memeluk Raelyn, sambil sesekali memaki kembarannya.

"Aku tak apa Fred, aku hanya sedikit sedih karena orang tuaku tak ada yang mengingat ulang tahunku" ucap Raelyn berusaha baik baik saja.

"Kau punya kami, Raelyn!" ucap Jen menenangkan sahabatnya.

"Kalian jangan sedih sedih dong! Aku jadi ikutan sedih juga kan" ucap George menangis, lalu menyeka ingusnya yang sudah keluar dari hidungnya.

"Iiiuuuh!" ucap mereka.

Mereka pun kembali berbincang bincang sesekali tertawa terbahak-bahak karena ulah konyol si kembar Weasley. Sesekali Raelyn dibuat emosi, karena dirinya dijadikan bahan percobaan alat penemuan mereka berdua. Jen pun hanya bisa menenangkan sahabat se-gender nya.

*****

"Apa kalian merasa dingin?" tanya Jen mulai menggigil lalu berusaha mengeratkan jaketnya. Fred dan George pun mengangguk setuju sambil melakukan hal yang sama.

"Dementor" ucap Raelyn pelan sambil melihat jendela di sebelah nya. Tetapi ucapan nya berhasil didengar oleh ketiga sahabatnya.

"Apa maksudmu Raelyn? Tak ada Dementor disini, ini bukan Azkaban ayolah!" ucap Fred diangguki George. Tepat saat mereka selesai berucap,kereta pun berhenti mendadak. Mereka panik, 'apa yang terjadi?' tanya mereka dalam tatapan satu sama lain. Raelyn pun berusaha menenangkan mereka.

"Apapun yang terjadi, jangan lihat pintu! Dan sekarang kalian pegang tanganku!" ucap Raelyn berusaha setenang mungkin. Ia tak ingin teman temannya kenapa kenapa.

Fred, George, dan Jen tak mengerti apa yang diucapkan Raelyn. Tetapi mereka menurut untuk memegang tangan sahabatnya. Sejenak kehangatan dan ketenangan menjalar tubuh mereka masing masing. Raelyn juga berusaha menormalkan suhu dalam kompartemen nya. Ia melakukan nya semaksimal mungkin, menyalurkan keistimewaan sihirnya kepada sahabat sahabatnya agar mereka bertiga baik baik saja.

Raelyn pun berdiri dari duduknya, melangkah menuju pintu gerbong. "Aku bilang jangan ada yang melihat pintu!" ucap Raelyn mempertegas kalimat sebelumnya.

Raelyn merasa hawa dingin menusuk kulitnya. Kali ini lebih terasa, menyatakan bahwa ada Dementor didekatnya. Raelyn memegang erat pintu masuk kompartemen nya. Ia pernah membaca buku tentang Dementor. Jadi ia tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi pengawal Azkaban. Berusaha setenang mungkin, menyembunyikan semua kesedihannya dan mengingat momen momen paling bahagia yang pernah terjadi dalam hidupnya. Tetapi kemudian ia menggelengkan kepalanya, aku tak bisa membuat 'Patronus'. Ia tak pernah sekalipun melakukan mantra tersebut.

Sedangkan dari arah luar, ada yang berusaha masuk ke kompartemen nya. Ia menelan salivanya kasar, mencekram gagang pintu yang terasa sangat dingin tersebut. Setidaknya, mereka jangan sampai masuk. Raelyn mengangguk kecil, mencoba terus fokus karena sihir nya terbelah dua. Satu sisi, ia harus terus menormalkan suhu agar teman temannya tak kedinginan. Sedangkan sisi yang lain, ia harus menahan pintu agar tak terbuka dan juga mendinginkan gagang pintu agar terus bisa ia cengkram.

Keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya. Ia tak tahu sampai kapan ia bertahan, tangan nya terasa seperti es. Kepalanya mulai pusing, tenaganya seperti terkuras habis. Lalu ia berusaha terus mengumpulkan kesadarannya agar tak pingsan mendadak.

Hingga, tiba tiba gagang pintu sudah tak terasa dingin dan suhu kembali normal. Raelyn mencoba memberanikan diri melihat kaca pintu, karena sedari tadi ia terus menunduk untuk mencegah berhadapan muka dengan Dementor. Tak ada apapun. Ia membuka pintu kompartemen nya, ada pria dewasa di lorong berjalan ke arahnya.

"Kalian baik baik saja?" tanya hangat pria tersebut kepada dirinya dan teman temannya.

"Kami baik baik saja" ucap Raelyn dengan suara parau. Ia sungguh kelelahan, pria tersebut melihatnya intens memastikan dirinya benar benar 'baik baik saja'. Tetapi, kesadaran nya terus berkurang, matanya pun memaksa untuk menutup.

****

Snape sedang berpatroli, mengintari lorong lorong Hogwarts. Siapa tahu ada anak tahun pertama yang sedang tersesat, tapi bukan itu alasannya. Ia sungguh malas, mendengarkan ocehan Dumbledore yang diluar kepalanya saat makan malam tahun ajaran baru. Dan tentu saja ia juga malas, melihat muka 'teman se angkatan Hogwarts' nya dulu. Makanya, lebih baik ia berpatroli saja bukan?

Langkahnya tiba tiba terhenti di depan ruang kesehatan. Mata hitam legamnya menelusuri masuk ke ruangan remang remang tersebut. Siapa siswa bekepala kosong yang sudah celaka di malam tahun ajaran baru huh? batin Snape melihat seorang gadis yang sedang terlelap diatas kasur ruang kesehatan. Wajahnya tak bisa Snape lihat dengan jelas karena cahaya yang sangat minim. Ia berusaha tak peduli, tapi entah kenapa kakinya membawanya menghampiri gadis itu.

Snape terbelak kaget ketika sudah didekat gadis tersebut. Rasa khawatir pun mulai menyerang dirinya. Tanpa sadar menggenggam tangan mungil gadis tersebut. Mengapa tak ada yang memberitahuku?
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai gais! Ayo dong rajin rajin vote+komen! Itu sangat membantu aku lho! Buat aku cepet cepet up! Okay? Luv u para readers tercinta!

My HalfBlood PrinceWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu