#46 - "An Enemy Has Been Slain"

5K 386 115
                                    

ga diedit nih kalo banyak typo maap yaak

met baca luvv!🦋

🙂🙂🙂🙂🙂

"Maksud gue, gue Kayla... Calon Istrinya Saddam."

Gadis yang berdiri tepat dihadapan Kayla saat ini, langsung mengubah senyum di bibirnya menjadi sebuah garis datar. Matanya yang semula sedang menatap Kayla, langsung pindah dan tertuju pada jari tangan Kayla yang memamerkan cincin berlian yang melingkar disana.

"Calon istri?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Shaqila. Bersamaan dengan Saddam yang mulai memutar tubuhnya sambil memasang tampang datar khas milik pria itu.

"Iya, calon istri." Jelas Kayla. "Tenang aja, nanti kalo kita nikah, lo pasti diundang kok."

"Ini Shaqila yang kamu ceritain ke aku itu, 'kan, sayang?" Kali ini Kayla memandang Saddam dan sedikit menengadah untuk bisa menatap mata pria itu.

Alih-alih menjawab pertanyaan Kayla, yang sedang dilakukan Saddam sekarang justru menatap Shaqila tanpa berkedip. Sosok yang berdiri didepannya itu adalah teman sekolahnya saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Dia, Shaqila--- seorang gadis yang dulu pernah sangat dekat dengan Saddam. Gadis yang pernah menjadi impian banyak teman-teman sekolahnya karena selain pintar, Shaqila juga merupakan sosok gadis yang mudah akrab dengan banyak orang. Shaqila adalah gadis yang selalu membuat keadaan beku ditongkrongan menjadi cair begitu saja. Dan oh, ya ampun.... tolong jangan lupakan bahwa gadis ini adalah gadis yang sama dengan gadis yang pernah menjadi penyebab kesalahpahaman antara Saddam dan Samuel lima tahun yang lalu.

"Hai..." Sapa Saddam. Sedikit canggung. Dan kikuk.

Shaqila tersenyum sambil sedikit menunduk dan menutup mulutnya. Saddam yang melihat pemandangan didepannya merasa cukup asing. Karena seingat Saddam, Shaqila yang dulu ia kenal adalah seorang gadis yang sedikit tomboy. Gadis yang bisa dengan santai tertawa terbahak-bahak bahkan didepan guru matematika yang terkenal paling killer di sekolah. Iya, Shaqila yang dulu memang dikenal sebagai gadis caur yang urakan dan tidak kenal takut pada apapun dan siapapun.

Dan lihatlah Shaqila yang sekarang. Kuncir kuda dan anak rambut yang berantakan disekitar kening dan dekat telinganya dulu, sudah tergantikan dengan rambut hitam panjang yang diikat rapih menjadi setengah bagian. Sudah tidak ada lagi kemeja sekolah yang bagian lengannya digulung hampir ke bahu, yang ada justru gaun panjang ketat yang membuat penampilan Shaqila malam hari ini terlihat sangat berbeda dari Shaqila yang pernah Saddam kenal dulu.

"Gue kira lo nggak datang...." Kata Saddam lagi. Masih tetap canggung.

Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Saddam dan ditujukan kepada Shaqila, berhasil membuat Kayla menghembuskan napasnya kesal. Kayla tidak pernah menyangka kalau Saddam yang akan memulai pembicaraan lebih dulu.

"Masa gue nggak dateng, sih?" Kata Shaqila sambil tersenyum manis. "Adrian sama Tari 'kan teman gue juga. Lo lupa?"

Sok cantik. Batin Kayla.

Kayla paham kemana arah tatapan mata Shaqila. Oleh sebab itu lah Kayla dengan sangat segera mengalungkan tangannya pada lengan kekar Saddam. Merasa mulai terancam oleh kehadiran Shaqila yang saat ini seolah sudah berdiri satu langkah maju didepannya.

"Lo.... apa kabar?"

"Seperti yang lo liat." Kata Saddam. "Gue baik."

"Syukurlah kalo lo baik, gue senang dengarnya."

Look at me, please!? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang