#10 - Tanggung Jawab

33K 1.2K 21
                                    

[Telah direvisi]

👄👄👄👄👄

"Baju gue basah makanya dibuka," kilah Saddam begitu melihat Valerio berdiri didepan pintu villa papanya. Hujan sudah berhenti turun dan Saddam sudah menyalakan listrik di villa tersebut. Berniat menghubungi Valerio, tapi sialnya pria itu sudah muncul dengan sendirinya tanpa diberi tahu.

Valerio memandang Saddam dari atas sampai bawah. Pria itu hanya mengenakan boxer hitam, rambut berantakan, telanjang dada, daerah dada dan bahu berwarna merah terlihat akibat dicakar, serta bekas lisptik berwarna merah muda di area leher. Pikiran Valerio berkelana, sosok Saddam didepannya sekarang benar-benar terlihat seperti orang yang habis melakukan hal terlarang.

"Baju gue beneran basah karena kehujanan," Saddam mengulangi ucapannya ketika Valerio tidak mengeluarkan sepatah katapun karena masih asik melihat setiap inchi dari tubuh kembarannya yang sudah lama tidak ia lihat. Terakhir melihat Saddam hampir telanjang bulat seperti sekarang adalah tujuh atau delapan tahun yang lalu. Ketika pria itu baru mau masuk SMA dan mendapat kejutan dari teman-teman SMP nya dengan ceplokan telor usai pulang sekolah, yang akhirnya membuat Saddam terpaksa harus membuka seluruh bajunya yang bau amis didepan rumah sebelum menginjakkan kaki masuk kedalam.

"Kayla mana?"

"Didalem," jawab Saddam tanpa berpikir.

Valerio hendak masuk ke dalam villa, tapi Saddam menahan pintu didepannya karena tidak mengizinkan pria itu masuk.

"Gue panggilin dulu. Tunggu lima menit," kata Saddam gelisah. Kayla sedang tertidur didalam kamar, tapi bukan itu masalahnya. Gadis itu tidak memakai sehelai benang pun, makanya Saddam tidak mengizinkan Valerio masuk kedalam villa. Apalagi sampai melihat Kayla tanpa busana. Cukup Saddam saja.

Valerio terekeh, "are you guys having sex?"

Saddam menelan ludahnya. Mau menjawab tidak, tapi kenyataannya iya. Mau menjawab iya, tapi tidak kedengaran enak ditelinga.

"Denger dulu---"

"Congrats bro," Valerio memeluk Saddam, "gue bangga sama lo."

Bangga? Ucapan macam apa itu? Saddam bahkan tidak bangga dengan dirinya sendiri setelah melakukan hal dewasa yang baru pertama kali ia lakukan diusianya yang genap dua puluh tiga tahun pada hari ini.

"Mobil gue mogok ya?" Valerio bertanya usai melepaskan pelukannya, "sori, gue lupa ngasih tau kalo villa bokap yang gue maksud itu villa yang ada di Batulawang, bukan villa ini."

"Batulawang? Sejak kapan bokap punya villa disana?" Saddam keheranan. Demi Tuhan, Saddam sama sekali tidak tau menau soal kepunyaan villa Papanya yang berada di Batulawang. Yang Saddam tau, villa Papanya di puncak ya hanya villa yang sekarang menjadi saksi bisu hal dewasa yang sudah ia lakukan dengan Kayla.

"Tahun lalu bokap beli villa itu," jawab Valerio santai, "makanya, jangan di apartemen mulu. Sekali-kali tengok juga orang tua lo dirumah. Tanya kabar, jangan diem-diem aja."

Saddam berpikir sebentar, "lo tau dari mana mobil lo mogok?"

"Gue lupa kasih tau kalo itu mobil udah lama nggak gue bawa ke bengkel. Kayaknya akinya udah soak," gumam Valerio, "pas gue mau nyari lo, gue liat mobil gue dipinggir jalan, gue sempet berenti, tapi ternyata nggak ada orangnya. Makanya gue langsung mikir lo pasti dateng ke villa ini."

Saddam tidak tau harus menjawab apa, semua yang sudah terjadi antara dirinya dan Kayla seolah sudah takdir dari yang Maha Kuasa. Padahal, dua jam yang lalu, bisa saja Saddam tidak membawa Kayla ke kamar saat gadis itu tertidur di sofa karena terlalu mabuk. Entah apa tujuannya, Saddam juga tidak mengerti dengan dirinya dua jam yang lalu.

Look at me, please!? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang