TWENTY EIGHT

2.3K 206 12
                                    

HAIIII UP LAGI NIH !!

JANGAN LUPA VOTENYA YAAWWW

VOTE GAK BAYAR KOK HEHE JADI GAK AKAN BIKIN RUGI :)

GAK MAKAN WAKTU YANG BANYAK JUGAAA :D

AKU YANG MIKIR IDE CERITANYA DAN KALIAN TINGGAL MEMBACA KEMUDIAN VOTE <3

BTW, BAGI YANG BELUM FOLLOW AKUN INI, SILAHKAN DI FOLLOW YAAA

THANKYOU GUYZZZ !!



"Kau menyembunyikan sesuatu?" Tanya Pipa masih berada di dalam pelukan Grego.

Jantung Grego seketika berdegup kencang. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanya Grego berusaha agar terlihat biasa saja dan tidak ada apa-apa.

"Ada apa tante Sandra menelfonmu?" Tanya Pipa sambil mengangkat kepalanya dan melepaskan diri dari pelukan Grego.

"Aku tidak tahu. Tadi dia mengatakan apa?" Grego balik bertanya untuk menghilangkan kecurigaan gadis itu.

"Dia tidak mengatakan apa-apa." Sahut Pipa.

"Mungkin dia ingin menemuiku perihal barang itu." Grego mencari alasan.

"Kau memberitahu tante Sandra kalau aku di sini?" Tanya Pipa.

Grego menggelengkan kepalanya. "Tidak. Memangnya kenapa?"

"Tante Sandra tidak terkejut mengetahui aku ada di sini." Sahut Pipa.

"Mungkin dia hanya tidak mau peduli." Sahut Grego.

"Sepertinya begitu." Sahut Pipa walaupun masih ragu. Dia yakin ada sesuatu yang disembunyikan Grego darinya.

***

"Kau dimana?" Tanya Sandra setelah Dorothy menerima panggilannya.

"Ada apa?" Sahut Dorothy.

"Justin menyerang kawasan Grego, apa ini ada hubungannya denganmu?" Selidik Sandra.

"Kau tahu darimana?" Sahut Dorothy bingung. Setahunya dia tidak memberitahu soal itu kepada Sandra.

"Grego menelfonku untuk meminta bantuanku. Dan aku menyanggupinya. Aku tidak tahu kalau Justin yang menjadi lawan kami." Jelas Sandra.

"Lalu?" Tanya Dorothy penasaran bagaimana nasib anak-anak buah Justin.

"Anak buah Justin jelas kalah." Sahut Sandra santai.

Dorothy terlihat kecewa.

"Tapi kau tenang saja. Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan dari Grego. Jadi sekarang aku bisa membantumu dan berbalik menyerang mereka." Ujar Sandra berharap Dorothy setuju dengan idenya. Dia tetap mendapat imbalan dari Dorothy dan tidak tertutup kemungkinan Justin juga akan memberikannya imbalan jika misi mereka berhasil.

Dorothy tampak tertarik dengan ide Sandra. "Aku akan membicarakannya dulu pada Justin. Aku akan menghubungimu lagi."

"Hubungi aku secepatnya. Putrimu benar-benar dalam bahaya." Sahut Sandra.

"Apa maksudmu?" Tanya Dorothy dengan wajah khawatir.

"Baru saja aku menelfon Grego dan yang menerima panggilan itu ternyata putrimu. Dan kau tahu? Grego memarahinya karena diam-diam menerima panggilan dariku." Ujar Sandra berharap Dorothy semakin geram dan akhirnya menyetujui idenya.

"Kau akan membantuku." Sahut Dorothy tanpa berpikir panjang.

"Bagaimana dengan Justin? Apa dia setuju? Karena tidak mungkin hanya anak buah suamiku yang akan kesana. Jelas mereka bisa kalah, tapi kalau anak buah Justin bergabung dengan anak buah suamiku maka bisa dipastikan kita yang akan menang." Jelas Dorothy.

"Aku yang akan bicara pada Justin. Kau hanya perlu menyiapkan anak buahmu." Sahut Dorothy yakin.

Sandra tersenyum puas. "Jackpot!!" Serunya dalam hati dan langsung memutuskan panggilan tersebut. "Ada untungnya juga punya keponakan polos seperti gadis itu."

***

"Kita bisa bekerja sama dengan Sandra." Ujar Dorothy setelah menjelaskan semuanya pada Justin. "Kita tidak bisa menunggu lagi."

Justin tampak berpikir. "Kita bisa mencobanya."

Dorothy menghembuskan nafasnya lega. "Bagaimana kalau malam ini? Sandra sudah menyiapkan anak buahnya."

Justin menganggukkan kepalanya kemudian langsung mengambil ponselnya dan menghubungi anak buahnya.

Setelah memastikan Justin menghubungi anak buahnya, Dorothy langsung bersiap-siap untuk pergi.

"Kita bisa bicara sebentar?" Tanya Justin.

"Apa ada hubungannya dengan rencana nanti malam?" Tanya Dorothy memastikan.

Justin menggelengkan kepalanya.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku harus segera pergi." Ujar Dorothy cepat.

"Aku minta maaf."

"Kau tidak melakukan kesalahan." Sahut Dorothy cepat dan bersiap pergi meninggalakan pria itu.

Dengan cepat Justin menahan lengannya. "Semua kekacauan ini terjadi karena kesalahanku."

"Semua orang tahu mengenai hal itu." Sahut Dorothy datar.

"Sekali lagi aku minta maaf."

Dorothy tidak menjawab.

"Aku akan melakukan apapun untuk memperbaiki semuanya." Lanjut Justin.

"Kau tidak bisa memperbaiki semuanya. Dan saat ini kau sedang memperbaiki yang sudah seharusnya kau perbaiki, kau hanya perlu fokus untuk itu." Sahut Dorothy yang paham apa maksud Justin.

"Aku akan berusaha untuk memperbaiki semuanya. Semuanya." Ujar Justin bersungguh-sungguh.

"Aku harus pulang." Dorothy dengan cepat melepaskan tangan Justin dari lengannya.

Justin terlihat kecewa. "Aku mohon." Lirihnya.

Dorothy sudah tidak memperdulikan Justin. Dia terus saja melangkah sampai benar-benar menghilang dari pandangan Justin.

Justin menghempaskan tubuhnya di sofa. Bahkan untuk memperbaiki kesalahannya pun dia sudah tidak layak.

***

tbc...


OH IYAA CERITA INI AKU UPLOAD DI STORIAL.CO JUGA YAA

JANGAN LUPA FOLLOW, RATING DAN SHARENYA YAA 

THANKYOUUU :*

THANKYOUUU :*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PIPA' s HAPPINESSWhere stories live. Discover now