TWENTY TWO

1.6K 233 22
                                    

TRIPLE UP DONG !!

TOLONG VOTENYA YAA :D


Justin dan Chris sedang dalam perjalanan pulang. Chris mencoba fokus untuk menyetir walaupun pikirannya penuh dengan Pipa.

Justin hanya diam saja. Pikirannya juga di penuhi dengan pertanyaan bagaimana putrinya yang polos itu bisa mengenal Grego. "Apa mungkin ini yang dimaksud Sandra?"

"Ya tuan?" Chris reflek menoleh spion untuk melihat Justin yang duduk di belakang.

"Sandra sudah tahu kalau anak itu bersama Grego." Sahut Justin.

"Tuan akan membiarkan hal itu?" Chris memberanikan diri untuk bertanya kepada Chris.

"Grego sudah mau bekerja sama dengan kita, kita tidak mungkin menyia-nyiakan hal itu. Kita harus membereskan dulu masalah kita. Nanti setelah tujuan kita tercapai, kita akan mengambil anak itu darinya. Dia tidak pantas mendapatkan putriku." Ujar Justin sambil mengepalkan tangannya.

"Dia lebih memperdulikan ambisinya dibanding keselamatan putrinya." Gumam Chris dalam hati yang sudah sangat jengkel dengan sikap Justin. Dia harus mencari cara agar gadis itu lepas dari genggaman Grego. Dia akan mencoba membicarakannya dengan Dorothy. Semoga hati Dorothy tidak sekeras hati Justin.

***

Grego tidak menunggu lama lagi. Setelah memastikan keadaan kawasannya akan baik-baik saja, mereka langsung menuju kembali ke villa. Dia tidak mau mengambil resiko berlama-lama di rumahnya. Justin bisa saja kembali dan mengambil putrinya. Dia tidak mau hal itu terjadi. Gadis itu harus selalu bersamanya.

Dia melirik sekilas ke arah Pipa yang sudah tidur nyenyak di kursi penumpang di sebelahnya. Ada rasa bangga di dalam dirinya mengingat Pipa lebih memilih masuk ke dalam kamarnya di bandingkan mengemis perhatian dari ayahnya.

Grego kembali fokus menyetir.

***

"Jadi apa tujuanmu menemuiku Chris? Apa ini ada hubungannya dengan masalah politik?" Tanya Dorothy sambil menyeruput kopinya.

Dorothy dan Chris kini sedang duduk berdua di salah satu caffee yang jauh dari pusat kota. Chris sengaja memilih tempat itu untuk menghindari kemungkinan pertemuannya dengan Dorothy di ketahui oleh Justin.

Chris menggelengkan kepalanya sambil menyeruput kopinya. "Saya harap nyonya tidak memberitahukan mengenai pertemuan ini kepada tuan Justin."

Dorothy mengernyitkan dahinya bingung. "Apa ini misi rahasia?"

Chris hanya mengangguk asal.

"Baiklah. Apa itu?"

"Saya dan tuan Justin sudah mengetahui apa yang dimaksud Sandra mengenai nona Pipa."

Dorothy reflek mengangkat kepalanya dan menunggu Chris melanjutkan kata-katanya.

"Nona Pipa sekarang bersama seorang pria. Gregorius Michael Stone. Aku yakin nyonya pasti mengenalnya." Jelas Chris.

Dorothy membelalak matanya kaget. Putrinya dan pria itu tidak seharusnya bersama. Bahkan tidak seharusnya mereka saling mengenal. Benar kata Sandra, putrinya itu terlalu polos.

"Aku hanya kasihan kepada nona karena tuan Justin tidak ada niat mengambil nona dari tangan pria itu. Tuan justin mengatakan jika dia akan mengambil nona kalau misi kerjasamanya dengan Grego telah selesai. Jadi selama kerjasama itu berlangsung, tuan Justin akan membiarkan nona dalam bahaya." Jelas Chris berharap hati nurani Dorothy sebagai seoranga ibu dapat tergerak.

Penyesalan mulai menyelimuti hati Dorothy. Tidak seharusnya dia memperlakukan putrinya seperti ini. tidak seharusnya putri polosnya itu mengalami hal ini. Dia mulai sadar jika keegoisannya dengan Justin ternyata membawa dampak besar dalam hidup putrinya. Benar kata Chris, putrinya sedang dalam bahaya.

PIPA' s HAPPINESSWhere stories live. Discover now