TWENTY SIX

1.5K 176 6
                                    

HAPPY SUNDAY !!

JANGAN LUPA VOTENYA YAAA. GRATIS KOK HEHEHE  :*



"Chris akan mengantarmu pulang."

Dorothy yang sedang memandang keluar jendela kamar langsung membalikkan badannya mendengar suara Justin kemudian menganggukkan kepalanya.

"Kita sarapan dulu." Lanjut Justin yang masih tetap berdiri di ambang pintu kamar Pipa.

Dorothy menggelengkan kepalanya. "Aku akan langsung pulang saja."

"Thompson keberatan kau berlama-lama di sini?" Tanya Justin santai.

"Mungkin." Sahut Dorothy singkat.

Justin mengedikkan bahunya. "Baiklah. Chris akan segera datang."

Dorothy menganggukkan kepalanya.

"Anak buahku saat ini sedang melacak keberadaan Grego." Lanjut Justin yang masih saja berdiri di ambang pintu.

"Kau yakin Pipa sedang bersama pria itu?" Tanya Dorothy mengingat dia sebenarnya belum tahu apa-apa mengenai hilangnya Pipa.

"Terakhir kami bertemu, Pipa memang bersama Grego." Sahut Justin mulai menyesal dengan sikapnya yang membiarkan putrinya begitu saja bersama Grego hanya agar rencananya berjalan dengan lancar.

"Kau bertemu langsung dengan mereka? Dengan Pipa?" Tanya Dorothy hampir tidak percaya.

Justin menganggukkan kepalanya.

"Dan kau membiarkan Pipa tetap bersama pria itu? Kenapa kau tidak langsung memintanya pulang bersamamu?" Tanya Dorothy yang terlihat sangat kecewa terhadap Justin. Dia ingin marah tapi dia juga tahu dia ikut salah dalam hal ini.

"Aku ada alasan untuk itu." Sahut Justin.

"Karena kerjasama sialan itu?" Tanya Dorothy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai menjatuhkan air matanya.

"Maafkan aku." Sahut Justin lirih.

"Maafmu tidak akan membawa putriku kembali." Sahut Dorothy menatap benci kepada Justin.

"Aku akan berusaha. Beri aku waktu. Dan soal kerjasama itu aku sudah membatalkannya." Ujar Justin mencoba membuat Dorothy memahaminya.

"Aku tidak peduli dengan kerjasama sialan itu! Aku mau putriku kembali!" Seru Dorothy semakin terlihat frustasi.

Hati justin kembali hancur melihat Dorothy kembali menangis. Perlahan dia mendekati wanita itu. "Aku tahu aku salah dan aku menyesalinya, tapi biarkan aku berusaha. Aku janji akan membawa Pipa kembali. Kau bisa memegang janjiku." Ujar Justin bersungguh-sungguh.

"Aku tidak akan pernah memaafkanmu kalau sampai terjadi sesuatu pada putriku." Ujar Dorothy masih dengan tatapan benci kepada Justin.

***

"Ada kabar dari anak buahmu mengenai ponselku?" Tanya Pipa.

Saat ini Pipa dan Grego sedang sarapan bersama di pantry villa.

"Tidak ada." Sahut Grego. "Tapi kau tidak perlu khawatir. Kita akan menemukan ponselmu."

Pipa diam. "Apa mungkin terjadi sesuatu pada Mama?"

Grego mengernyitkan dahinya bingung.

"Aku tidak tahu kenapa semalam aku tiba-tiba sangat merindukan Mama." Aku Pipa.

Grego diam. Tapi tidak dengan otaknya. Dia sedang berpikir untuk segera mengikat gadis itu sebelum orangtuanya mencarinya dan mengambilnya dari Grego. Grego bisa saja menikahi gadis itu dengan cara baik-baik seperti yang di inginkan gadis itu sebelumnya, apa lagi gadis itu juga menginginkannya. Itu bisa menjadi alasannya untuk berjuang mendapatkan izin dari kedua orangtuanya. Namun mengingat kondisi Grego yang masih tidak layak untuk gadis itu, Grego merasa khawatir. Orangtua gadis itu pasti tidak akan merestuinya untuk menikahi putri mereka. Grego masih belum bisa meninggalkan dunianya. Grego masih sangat tidak siap untuk itu.

"Aku yakin ibumu baik-baik saja. Kau hanya merindukannya." Sahut Grego setelah terdiam cukup lama.

"Semoga saja." Sahut Pipa lirih. "Grego?"

Grego mengangkat wajahnya dan menatap gadis itu. "Ya?"

"Aku bisa mempercayaimu?"

Jantung Grego berdegup kencang mendengar pertanyaan gadis itu. Namun seperti biasa dia selalu terlihat santai. "Kau tidak punya alasan untuk tidak mempercayaiku." Sahutnya sambil bangkit berdiri dan menghampiri gadis itu kemudian berlutut dihadapannya.

Pipa terkejut melihat Grego tiba-tiba saja berlutut di hadapannya.

Perlahan Grego meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya. "Aku sangat mencintaimu. Kau mau berjanji untuk tidak akan pergi dariku?" Tanya Grego bersungguh-sungguh dengan tatapan memohon. Tatapan yang tidak pernah diberikan Grego kepada siapapun kecuali kepada gadis itu. Grego dikenal dengan tatapannya yang selalu mengintimidasi lawan bicaranya.

Pipa hanya diam saja. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Bukan karena dia tidak ingin menyanggupi permintaan Grego, hanya saja dia tidak bisa menjamin hal itu. Dia juga mencintai pria itu, tapi Pipa sadar kalau hubungan mereka tidak akan berjalan mulus. Pipa takut pada akhirnya dia mengingkari janjinya kepada pria itu. Pipa tidak ingin berjanji kalau dia sendiri masih belum yakin.

"Aku juga sangat mencintaimu Grego. Tapi aku tidak bisa berjanji, aku takut tidak bisa menepati janjiku. Tapi aku akan berusaha." Sahut Pipa lembut.

Grego menatap Pipa dengan tatapan putus asa. Dia ingin gadis itu berjanji untuk tidak meninggalkannya. "Aku khawatir kau akan meninggalkanku kalau kau kembali pada orangtuamu."

"Sejauh ini aku tidak melihat tanda-tanda aku akan kembali kepada keluargaku." Sahut Pipa sambil tertawa hambar.

"Pada akhirnya kau akan kembali kepada keluargamu." Suara Grego semakin terdengar lirih.

"Aku sangat mencintaimu. Aku rasa itu bisa menjadi alasanku untuk berusaha agar aku tidak meninggalkanmu." Sahut Pipa sambil tersenyum kemudian mencium bibir pria itu sekilas.

"Aku bisa mempercayaimu?" Tanya Grego lembut.

"Kau tidak punya alasan untuk tidak mempercayaiku." Sahut Pipa menirukan kata-kata Grego sebelumnya.

Grego menghembuskan nafasnya kasar. "Tunggu aku. Aku akan membuatmu benar-benar menjadi milikku."

"Aku menunggumu." Sahut Pipa kembali tersenyum kemudian kembali mencium bibir pria itu. Cukup lama sampai akhirnya Grego mengambil alih ciuman mereka.

***

tbc...

***

BTW, CERITA INI AKU UPLOAD DI STORIAL.CO JUGA YAAA

DENGAN JUDUL YANG SAMA 

DENGAN JUDUL YANG SAMA 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PIPA' s HAPPINESSWhere stories live. Discover now