SIX

5.9K 435 21
                                    

JANGAN LUPA VOTENYA YAAA 😘


"Kita perlu bicara" Ujar Ronald yang masih berdiri dipintu bagian luar.

Pipa menghembuskan nafasnya kasar. Grego belum pergi, kini Ronald juga ikut nimbrung menambah bad mood nya.

"Kamu mau mengatakan apalagi sih?" Tanya Pipa pasrah. Dia tidak ada niat untuk meninggikan suaranya lagi. Cukup sudah. Dia tidak mau pita suaranya rusak hanya karena kedua manusia pengganggu itu.

"Kita bisa bicara didalam?" Pinta Ronald.

Pipa kembali menghembuskan nafasnya. "Aku capek, bisakah kau pulang saja?" Pinta Pipa dengan wajah lesunya. Dia memang sedang lelah. Lelah fisik dan lelah batin.

"Dia menyuruhmu pergi. Apa kau tidak mendengarnya?" Ujar Grego dengan suara beratnya yang entah sejak kapan dia ada dibelakang tubuh Pipa.

Ronald mengingat wajah pria itu. Pria yang bersama Pipa 2 bulan yang lalu. Ronald memperhatikan pria itu dengan tatapan dalam mencekam.

Grego membalas tatapan itu dengan tatapan santai dan datar seperti biasanya.

Kemudian Ronald menatap Pipa seolah - olah meminta penjelasan mengenai keberadaan pria tak dikenalnya itu di apartemen Pipa.

Pipa tidak ada niat menjelaskannya pada Ronald. Lagi pula itu bukan urusan Ronald.

"Masuk" Perintah Grego dengan nada datar kepada Pipa.

Pipa mengernyitkan dahinya mendengar perintah Grego. Tapi dia tidak mau membantah, dia akan memanfaatkan Grego untuk mengusir Ronald. Dengan santai dia meninggalkan kedua pria itu didepan pintu.

Setelah hampir sampai ditengah ruangan, Pipa melihat kearah kedua pria itu dan menemukan keduanya kini sudah berada luar pintu.

Dengan cepat Pipa berlari. Dia akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menutup pintunya dan membiarkan kedua orang itu berada di luar apartemennya.

Tapi ternyata Grego mengerti isi otak Pipa, dengan gesit dia menahan pintu menggunakan kakinya sebelum Pipa sukses menutup pintu itu.

"Kami akan bicara sebentar. Kau bisa diam?" Ujar Grego datar dan dingin sambil menatap Pipa dengan tatapan mengintimidasi.

Pipa ingin sekali membantah, tapi lagi - lagi akal sehatnya menginginkan Grego untuk dimanfaatkan mengusir Ronald.
"Dia siapa seenaknya memerintahku?" Gumamnya kesal dalam hati tapi tetap mengikuti perintah Grego. Dia diam saja memperhatikan kedua pria itu.

"Aku tidak ada urusan denganmu" Ujar Ronald datar dan dingin

"Aku juga tidak ingin berurusan denganmu, jadi pergilah" Sahut Grego tidak kalah dingin.

"Aku tidak tahu kamu siapa, aku kesini ingin bertemu dengan Pipa. Jadi tolong minggir" Sahut Ronald mencoba untuk menerobos masuk kedalam apartemen Pipa.

Grego dengan gesit menahan tubuh Ronald. "Dia tidak mau bertemu denganmu"

"Lepaskan tanganmu !!" Seru Ronald tidak terima dengan tindakan Grego padanya.

"Aku tipe pacar yang bisa membunuh siapa saja yang mengganggu wanitaku. Jadi kalau kau tidak mau mati, lebih baik kau pergi sekarang juga" Ujar Grego santai.

Pipa membelalak matanya mendengar perkataan Grego. "Dia benar - benar menyamakan aku dengan wanita - wanitanya? Dan apa yang dia bilang? Pacar?" Tanya Pipa dalam hati.

"Pacar?" Sahut Ronald melongo dengan raut tidak percaya.

"Keluarlah" Ujar Grego yang kemudian memanfaatkan momen Ronald yang melongo untuk masuk kedalam apartemen dan menguncinya meninggalkan Ronald diluar.

PIPA' s HAPPINESSKde žijí příběhy. Začni objevovat