TWENTY FOUR

1.5K 225 15
                                    

SELAMAT BERAKHIR PEKAN SEMUANYA...

JANGAN LUPA VOTENYA YAAA, JANGAN CUMA DIBACA TERUS MAIN PERGI AJA HEHE :* 

VOTE TIDAK BAYAR KOK. JADI GAK AKAN RUGI HEHE


"Kau melihat ponselku?" Tanya Pipa setelah sadar jika sudah 2 hari dia tidak melihat ponselnya.

"Sepertinya di dalam mobil." Sahut Grego santai. "Ada apa?"

Pipa menggelengkan kepalanya. "Aku hanya bertanya. Sudah dua hari aku tidak melihat ponselku."

"Kau mau aku mengambilnya?" Tanya Grego.

"Tidak perlu. Tidak ada gunanya. Tidak akan ada yang menghubungiku." Sahut Pipa datar.

Grego hanya menganggukkan kepalanya.

Mereka kini sedang duduk di teras belakang villa Grego.

"Aku suka di sini. Kita bisa tidur di sini saja malam ini?" Tanya Pipa yang tiba-tiba saja mendapat ide untuk tidur di teras belakang.

"Ide bagus!" Seru Grego sambil bangkit berdiri. "Tunggu di sini. Aku mau mengambil selimut."

"Oke."

Beberapa menit kemudian, Grego kembali dengan sebuah selimut besar yang tebal dan dua buah bantal tidur.

"Sudah lama aku ingin tidur seperti ini. Tapi aku selalu saja malas melakukannya karena aku sendiri." Ujar Grego sambil menyiapkan tempat tidur mereka. Sebuah sofa bed yang memang sudah ada di teras belakang.

Pipa ikut membantu Grego.

Setelah selesai, keduanya pun mulai berbaring. Grego mengarahkan kepala Pipa agar berada di lengannya.

"Apa alasanmu tidak bisa meninggalakan kehidupanmu yang sekarang?" Tanya Pipa.

"Aku tidak bisa melakukannya. Anak-anak buahku menggantungkan hidup mereka di sana." Sahut Grego dengan jujur. Dia memang sedang tidak membual.

Dia sadar jika dunianya sekarang bukanlah dunia yang di impikan oleh siapapun. Terlebih saat ini dia ingin menikahi Pipa. Tidak ada perempuan yang mau menikah dengan pria seperti Grego. Pengecualian untuk jalang-jalang di clubnya.

Dia tidak ingin gadis itu terlibat. Dia ingin lepas dari dunia itu, tapi dia tidak tahu cara yang tepat untuk melakukannya. Dia ingin melakukannya tanpa merugikan siapapun.

Lagi pula jika dia harus keluar dari sana. Artinya dia akan memulai hidupnya kembali dari nol. Itu hampir terdengar mustahil bagi Grego.

Dia sudah tidak ingin mengharapkan ayahnya dan Gio. Dia sudah menghilangkan harapannya kepada kedua orang itu sejak dia memutuskan untuk keluar dari rumah.

Pipa diam, tapi tidak dengan otaknya. Dia berusaha mencari ide agar Grego mau berubah pikiran.

"Aku akan berusaha pergi dari sana. Tapi tidak dalam waktu dekat. Alasanku satu-satunya adalah kau. Kau terlalu cepat datang di hidupku sampai-sampai aku tidak ada waktu untuk memperbaiki situasi." Lanjut Grego dengan nada serius. "Seandainya saja malam itu kau tidak kembali datang ke clubku, mungkin aku masih ada waktu mempersiapkan diri. Tapi sayangnya kau datang terlalu cepat. Tapi itu jauh lebih baik. Andai saja kau tidak datang secepat itu, mungkin mantan pacarmu akan terlebih dulu merebutmu dariku." Lanjut Grego sambil tertawa.

"Hei. Kau tidak perlu menyebut bajingan itu." Sahut Pipa kesal. "Lebih baik aku menjadi perawan sampai mati dari pada aku harus kembali padanya."

Grego tertawa mendengar ucapan Pipa.

PIPA' s HAPPINESSWhere stories live. Discover now