8. Rencana Liburan

15.1K 2.2K 106
                                    

Zaid baru saja pulang dari luar dengan membawa dua kantong makanan. Yaitu martabak manis dan martabak spesial.

"Sayang aku bawa martabak nih." Pekik Zaid kepada Shira.

Firhan dan Bagas langsung keluar dari tempat persembunyian.

"Apa? Makanan?" Ucap mereka serempak. Zaid memandang ayah dan adiknya kesal. Ia lupa bahwa ada buaya rakus dua pula di dalam rumahnya ini. Tamat sudah riwayat martabaknya.

Sekarang hari sudah sore. Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga sambil memakan martabak manis. Manis banget kaya kamu yang lagi baca. Iya kamu. Tapi boong.

"Mau martabak yang rasa kacang dong Bang." Ucap Bagas kepada Zaid.

"Nih makan ni kacang biar kamu engga dikacangin." Jawab Zaid sambil memberikan martabak manis rasa kacang itu kepada Bagas.

"Martabak telur spesial mana nak? Bunda mau satu. " Ujar Aisyah kepada Zaid.

Zaid mengambil satu potong martabak spesial untuk sang Bunda.

"Ini Bun." Ucap Zaid. Aisyah menerima potongan martabak itu dan memakannya.

"Dari martabak kita bisa belajar, bahwa yang spesial aja bisa di kacangin." Ucap Bagas sambil mulai memvideo aksinya.

"Jadi ges kita lagi makan yang reng goreng, dan nis manis. Kamu tau? Ini martabak. Enak ges, soalnya gratis." Ujarnya.

"Mau makan gratis lagi gak Gas?" Ucap Zaid kepada adiknya.

"Punten Abangku sayang, panggilah adekmu ini dengan panggilan yang benar. Jangan engkau singkat pula karena niscaya namaku BUKAN GAS WOI, BAGAS? B A G A S, BA GA S. BAGAS!" Pekiknya keras dan byurr!

Zaid memuncratkan semua air yang ia hendak minum.

"Berbakat aing jadi mbah dukun rupanya. Astagfirullah aku kan ustadz." Ucapnya sambil menepuk keningnya pelan.

Firhan , Aisyah dan Shira hanya menonton sambil menikmati bioskop komedi gratis itu. Sedangkan Bagas, ia melihat wajahnya yang ada di kamera. Semua basah bahkan bajunya pun ikut basah.

"HUAAA MULUT ABANG BAU JIGONG!" Pekik Bagas kuat saat mencium bajunya yang semula wangi downy anti bakteri dan sekarang berubah menjadi semerbak harum raflesia.

•••

Malamnya mereka makan di ruang keluarga karena kursi di ruang makan tidaklah cukup disebabkan oleh kedua orang-tua Shira juga hadir disini.

"Apa kabar kalian?" Tanya Winda selaku Ibu dari Shira.

"Alhamdulillah baik bu dan sekarang pun Shira sedang hamil." Ucap Zaid sopan kepada mertuanya.

Winda dan Zainal kaget mendengar perkataan Zaid. Shira hamil? Anak mereka hamil? Berarti mereka sebentar lagi akan mempunyai cucu.

"Alhamdulillah ya Allah. Berarti bentar lagi kita bakalan jadi nenek kakek dong ya." Ujar Zainal.

Firhan dan Aisyah mengangguk seraya terkekeh. Tak pernah membayangkan bahwa mereka akan memiliki cucu sebentar lagi.

"Sehat-sehat ya nak, jaga cucu Ibu." Ucap Winda lemah lembut kepada anaknya.

"Iya Bu, pasti Shira bakalan jagain cucunya Ibu." Ucap Shira yakin.

Mereka makan malam sambil berbicara ria. Hingga pada saat pukul 21.00 kedua orang tua Shira berpamitan untuk pulang. Merek semua mengantarkan Winda dan Zainal sampai ke depan pintu rumah.

Meski sudah hampir larut, mereka semua masih saja menonton aja televisi bersama.

"Jadi liburannya jadikan?" Tanya Firhan tiba-tiba.

"Zaid sih jadi. Tinggal nentuin mau liburan di mana." Jawabnya.

Firhan tersenyum mendengar hal itu.

"Zaid, ayah udah pesen tiket liburan lagi ada diskon juga lumayan buat kita berempat." Ujarnya.

"Bagas? Bagas gamau tinggal! Mau ikut!" Ucap Bagas was-was saat kehadirannya tidak diperdulikan.

"Akh kamu gampang, tinggal taruh di ban pesawat. Gratis." Ucap Zaid.

"Bundaaa! Bagas mau ikut! Gamau tinggal!" Adunya pada Aisyah. Asiyah tak habis pikir mengapa suami serta anaknya itu suka sekali mengerjai Bagas.

"Iya Bagas ikut kok, kalau tiketnya cuma 4 nanti Bunda aja yang ting–!"

"GAK! BUNDA HARUS IKUT!" Ucap Firhan tegas.

"Ayolah Bagas, Ayah sama Bunda mau honeymoon. Nanti Ayah bikinin Bagas adek mau?" Pujuk Firhan. Aisyah menoleh ke arah suaminya.

"GAK!" Ucap Bagas dan Aisyah serempak.

"Bagas gamau adek lagiiiii!" Pekiknya kesal.

"Udah cukup Ayah. Dua anak lebih baik. Kalau Ayah mau anak lagi, Bunda yang hamil gapapa deh tapi Ayah yang melahirkan. Mau?" Ucap Aisyah. Sontak Firhan menggeleng.

Mau lahiran lewat mana kalau Firhan yang brojolin anak? Lewat lobang belakang gitu? Lewat anus? Ngeluarin eek aja susah sakit pula apalagi ngeluarin anak. Firhan tak bisa membayangkannya , terlalu berbahaya bagi kesehatan otak.

"Gamau Bunda. Yaudah Bagas ikut, tapi mulung dulu besok ga ada duit." Ucap Firhan lagi.

"Ayah." Tegur Aisyah, ia tak kuasa mendengar tangisan anaknya. Berbeda dengan Firhan suaminya. Kalau Bagas ataupun Zaid waktu kecil dulu belum menangis? Belum berhenti. Tapi pas nangis baru kelabakan.

"Iya ikut." Ucap Firhan pasrah.

"Yeyeyeyeye asikkk!" Pekik Bagas senang.

"Tapi ada syaratnya. Gimana?" Tanya Firhan pada Bagas.

"Syarat apa?" Tanya Bagas balik.

"Kamu seminggu tidur di rumah Abang ya, Ayah sama Bunda pulang mau beres beres. Bisa syaratnya?"

Bagas berfikir sebentar, tidur di rumah Abangnya? Seminggu? Sehari aja udah di nina bobo sama Mbak Kunti. Tapi dari pada ia tidak ikut liburan, jadi gapapa. Seminggu di nina bobo sama Mbak Kunti gak masalah.

"Oke! Deal ya Ayah." Ujarnya yakin.

"Deal!" Ucap Firhan.

Asik bisa anget-anget sama Aisyah uhuy!

"Ngomong apa sih? Mending kita masuk kamar yuk yang. Kasian darah bulet mini mendengar obrolan gaje ini." Ajak Zaid pada istrinya. Shira mengangguk dan mereka langsung saja masuk ke dalam kamar.

Tak lama dari itu, Bagas pun menguap. Ia juga masuk ke dalam kamarnya yang ada di rumah Zaid tanpa di suruh dan sekarang tinggal Aisyah dan Firhan.

"Sayang, kan Bagas mau tidur seminggu nih di rumah Zaid. Kan kita tinggal berdua tuh, gimana kalau kita nyoba posisi baru?" Ucap Firhan manja.

"Hayo siapa takut." Jawab Aisyah. Firhan semakin mendekat dan kini memeluk istrinya.

"Bunda mau posisi apa?" Tanya Firhan bersemangat.

"Bunda pengen banget nyoba posisi tiduran si sofa sambil nonton tv." Jawabnya lagi. Firhan yang mendengar itu mulai membayangkan.

"Mantap! Terus Ayah harus ngapain?" Tanyanya lagi. Rasanya Firhan sudah tidak sabar ingin berduaan bersama Aisyah.

"Ayah nyuci, setrika sama ngepel. Mantep kan" Jawabnya.

ZONK!

Wajah Firhan langsung berubah.

"Astagfirullah kamu ini berdosa banget Bun. Kasian otakku di prank." Ucapnya lesu.

Aisyah tertawa.

"Siapa suruh mikir yang aneh Ayah. Udah ih udah tua juga, jangan macem-macem! Bunda mau tidur. Babai." Ucap Aisyah dan ia berjalan ke kamarnya.

Firhan duduk termenung.

" Posisi kampret lah! AKHHH! OTAKKU DI PRANK!" Pekiknya kesal.

"AYAH JANGAN RIBUT!" Jawab Zaid keras.

To be continued...

Maaf ya lama updet. Lagi ulangan soalnya🥺 semoga suka ya, maaf kalau gak bagus. Lagi gak ada ide 😣

Family Gaje [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang