Enam - Bertemu

9 1 0
                                    

PERINGATAN!

18+

"Nina?," tanya Jira.

"Kamu siapa?,"

Betapa terkejutnya Jira. Ia tak mengenali betul pria di depannya ini. Tapi, ia membawa kenangan yang belakangan ini membuat Jira benar-benar kepikiran.

Wanginya. Postur wajah. N di proposal. Danbo.

Semua itu seperti teka-teki.

Teka-teki yang selalu membuat Jira takut akan hadir lagi. Teka-teki yang membuat Jira takut akan kembali muncul saat kehidupannya sudah lebih baik.

Jira sekarang mengerti siapa pria di depannya.

"Kamu nggak salah. Ini bukan mimpi. Ini memang seperti mimpi. Seperti mimpi yang aku ceritakan ke kamu waktu sekolah dulu. Waktu kamu sedang jalan-jalan dan aku sedang tidur di rumah. Aku cerita kalau aku mimpi kita sudah putus. Kita selesai. Tapi, kita bertemu lagi setelah kamu dicampakkan dan aku yang mencari kamu ke mana-mana menemukan kamu sedang menangis sendirian. Hatiku sakit melihat kamu saat itu. Sakit mengingat bahwa kita telah berpisah dan aku nggak bisa memeluk kamu. Tapi aku senang, karena dengan kesedihan kamu, aku memiliki peluang untuk kembali,"

Pria di depan Jira berhenti bicara. Ia membenarkan posisi rambutnya.

"Sama seperti sekarang. Betapa terkejutnya aku melihat kamu pagi itu. Aku ingat. 100% aku ingat, itu benar kamu,"

Masih dengan pikiran kosong, Jira menangis.

Naufal segera menarik Jira.

Mendekatkan wajahnya kemudian mengecup pelan bibir Jira.

Hati Jira kembali berdebar.

Ia masih mengingat jelas aroma ini. Aroma tubuh Naufal, pria yang ia kenal 15 tahun lalu. Bahkan setelah 15 tahun berlalu, rasa itu masih saja sama.

Naufal masih mencium bibir Jira. Begitupun dengan Jira, yang menikmati pertemuan rindu mendalam itu. Ia tak tahu, apakah selanjutnya ia akan kembali bersama ataukah ada kabar buruk lain?

Pelan-pelan, Jira melepaskan ciuman Naufal.

"Kenapa kamu ngaku sebagai Adit?," tanya Jira setelah mereka mendudukkan diri di kasur.

"Namaku Wiraditya Naufal kan? Kamu lupa? Aku nggak mau kamu dengan mudah ngenalin aku,"

Jira tertegun. Rasa apa ini? Benar. Jira sama sekali tak ingat dengan Naufal.

Ia tak ingat wajah Naufal, pria yang telah menemaninya selama empat tahun, 15 tahun yang lalu.

Naufal tiba-tiba menarik tubuh Jira. menidurkannya di kasur dan Naufal naik ke atasnya.

Jira menelan saliva-nya. Naufal menyentuh pipi Jira dengan lembut dan mengelus rambut Jira yang menutupi wajah cantiknya.

"Kamu masih sama. Tetap cantik,"

Seusai kata itu, Naufal kembali mencium Jira.

Ia juga menyentuh lembut Jira di bagian lain, bagian yang membuat Jira merasakan nikmat sekaligus keinginan untuk puas akan kerinduan.

"Kamu mau menghabiskan malam dengan aku?," tanya Naufal berhenti sebelum melepaskan pakaian Jira.

Jira tak menjawab, ia hanya menatap Naufal sejenak, kemudian mengecup bibir Naufal.

Naufal melanjutkan kegiatannya. Melepaskan pakaian dirinya dan Jira.

~~~

Jira memperbaiki posisi selimutnya kemudian duduk menatap Naufal yang telanjang dada menghadap jendela.

Sosok itu, benar-benar masih ia rindukan.

Namun, hingga mereka selesai berhubungan badan barusan, Naufal sama sekali tak menyebutkan maksud ia kembali.

Naufal membalikkan badannya, menatap Jira. Wanita yang juga ia rindukan. Seperti bisa membaca pikiran Jira, Naufal mengatakan sesuatu.

"Aku kembali untuk ngabarin kamu kalau aku bakal nikah," ucap Naufal tiba-tiba.

Bak diterjang badai, Jira tak bisa mendeskripsikan rasa itu.
























































it's not fur nh, it's not fur anyone.

Jira & Naufal Where stories live. Discover now