Jira & Naufal

Sepuluh - Putar

~Dan di samping itu, aku bukan akumu lagi.

"Ey, lagi ngapain disini, bang?,"

Jira bertemu sosok itu, di hari yang tak jelas entah siang ataupun malam ini. Sosok yang mestinya tak lagi ia rindukan. Sosok yang bahkan aroma tubuhnya masih Jira ingat.

15 tahun yang lalu.

"Dek?,"

Ya, itu Naufal. Mereka bertemu di sebuah rumah. Rumah yang tampak ramai, tapi tak tahu rumah siapa.

Rumah yang tampak tak asing, berada di sebelah kiri kedatangan Jira, dengan beberapa kendaraan yang tak Jira kenali, entah motor ataupun mobil.

Jira hanya mengenal satu wajah, Naufal. Naufal berdiri di ambang pintu rumah. Melihat Jira yang terdiam di teras rumah.

Jira ingin memeluk Naufal. Entahla. Sangat aneh jika dilakukan tiba-tiba. Tapi pergerakan itu tampak nyata.

Namun, Naufal menolaknya. Ia mundur.

"Nggak bisa, dek. Kita kan udah punya pacar,"

Jira tertegun. Ia ingat itu, ia punya Dawn. Ia punya pacar, tegas pikirannya.

Dan Naufal? Benar, Naufal punya Kembang.

Kembang. Wanita yang baru Jira ketahui bahwa ia adalah pacar baru Naufal.

Amor Eterno. Begitu sebutan Naufal untuk Kembang.

Cantik, namun Jira merasa dia tak kalah cantik dari Kembang.

Jira tak tahu banyak hal tentang Kembang.

Yang ia tahu, Kembang begitu luar biasa, dengan latar belakang dan prestasi yang Jira lihat dari media sosial.

Kembang juga mirip Fathia Izzati, begitu gambaran wajah Kembang bagi Jira.

Naufal beruntung meninggalkan Jira untuk Kembang.

Namun, Jira tak menggubris larangan Naufal tadi. Ia tetap mendekati Naufal dan duduk di sampingnya.

Naufal tak menghindar.

Mereka berada di sebuah rumah yang sedang melakukan pertemuan. Tak mengerti. Tapi mereka seperti sedang ingin camping. Dari peralatan dan pakaian yang tampak, mereka seperti akan segera berangkat.

Saut-saut arahan dari kejauhan tak di dengar Jira dan Naufal.

Mereka fokus dengan pikirannya masing-masing.

Ini dimana? Ngapain aku disini? Sama Naufal pula. Tanya Jira pada pikirannya sendiri.

Naufal tampak diam, namun ekspresi wajahnya cerah seperti sedang berbahagia. Jira senang melihat itu. Ia menatap wajah lama yang sudah tak ia lihat selama 10 tahun lamanya.

Wajah yang selalu sumringah setiap bertemu Jira dahulu. Dua bulan sekali.

Wajah yang selalu menyambut Jira dengan sapaan dan senyuman manis.

Jira merangkul tangan Naufal, terbalas.

Dari jauh terdengar suara seperti menyudahi pertemuan.

Semua terdengar sayup dan samar.

Suara arahan, suara Naufal, bahkan wajah orang-orang tampak samar. Jira semakin bingung. Hanya wajah Naufal yang jelas.

Semua seperti tak terdengar. Tapi, terasa nyata, sama seperti yang dilakukan Jira dan Naufal sekarang.

Tak ada kehidupan nyata yang mengizinkan keadaan yang ia lakukan sekarang dengan Naufal.

Berpelukan.

"Sebenarnya aku juga kangen, dek," ucap Naufal saat memeluk Jira.

Jira senang.

Ia tak benar-benar merasakan itu, tapi Jira benar-benar merasa nyata. Ini semua seperti nyata.

Jira selalu ingin mendengar perasaan Naufal.

Perasaan Naufal setelah 10 tahun tak bertemu dan telah berpisah.

Perasaan Naufal ketika bercerita bahwa ia masih sempat mengingat hari ulang tahun Jira, perasaan Naufal ketika harus berpisah dengan pasangan setelah Jira, perasaan Naufal ketika melihat Jira bersama Dawn, perasaan Naufal ketika Jira meminta pertemuan setelah berpisah, perasaan Naufal setelah hubungan mereka berakhir dahulu, dan perasaan Naufal dengan Jira setelah memiliki Kembang.

"Tapi ini nggak bener. Kamu punya pacar," Naufal melepas pelukan itu.

Hilang.

Ia pergi, Naufal pergi.

Kepergiannya tak tampak.

Semua hilang.

Rumah pertemuan. Kendaraan aneh. Orang-orang itu.

Tiba-tiba saja Jira sudah di rumah, di rumahnya sendiri.

Namun, bukan dengan peralatan camping, melainkan selimut.

Ini mimpi.

100% fur nh.

satu dan lain hal menghalangi aku dan kamu untuk saling menghubungi. "Menghubungi?" terbesit keinginan pun adalah haram. maka, melalui cerita ini aku sampaikan.