Tiga - Gatcha!

27 3 0
                                    


"Gimana? Mau Bang Yoko ngasih?," serbu Jira tepat saat Julin berlari-lari kecil masuk  ke dalam kelas.

"Lin? Gimana?"

"Lin,"

Julin terlihat kelabakan, ia terlambat dan juga belum menyalin PR. Iya, nggak salah.

"Pinjem PR lo, Rak,"

"Gimana? Dapet?," tanya Jira lagi.

"Belum, kan lo belum ngasih,"

Jira mengernyitkan keningnya, mengerti, ia pun melempar buku PR ke kepala Julin.

"Serah lo," alih Jira.

Ia kesal dengan lawakan Julin pagi-pagi. Persis seperti bapack-bapack Facebook.

Julin fokus menyalin PR dari buku Jira.

"Wait the minute ya, Rak"

"Rak rak," sungut Jira mengalihkan pandangan dari Julin dan memberikan waktu untuk Julin "nyontek" dulu.

~~

"Buat siapa sih Lin pagi-pagi ngasih ginian ke gue?," tanya Yoko kesal melihat gulungan kertas yang diberikan Julin.

"Lo kenal dia, Yok?," tanya Julin sambil menunjukkan foto anak laki-laki yang dia cuci tadi malam.

"Yak Yok Yak Yok, mau ngajak kemana lo? hahaha," ledek Yoko.

"Ko, lo kenal dia nggak?,"

"Gue bilang sama nenek ya, manggil gue nggak pake abang," ledek Yoko lagi.

"Iya Bang Yok, lo kenal....."

"Lo dapat foto Naufal dari mana? Ih parah lo paparazzi," ledek Yoko lagi.

"Oh, Naufal. Lo kenal dia, ya?,"

"Temen sekelas gue, kenapa? Lo suka? Serius lo suka, Lin?," Goda Yoko pada adiknya.

"Lah elo, manggil gue Lan Lin Lan Lin. Nama gue Juliana, bang. Julia. Bukan Julin!," kesal Julin.

"Lah, Jira boleh manggil lo Julin. Masa gue engga," elak Yoko.

"Dia lidahnya capek nyebut A satu lagi katanya," sungut Julin.

"Ya gue capek lo suruh-suruh mulu. Jadi elo kan yang suka sama Naufal, Lin?" goda Yoko lagi.

"Bukan gue, temen gue," Julin beralih menuju keluar gang rumahnya.

"Temen lo yang mana? Jira?," kejar Yoko.

"Kepo amat dah, bang. Bantuin aja ya?," bujuk Julin.

Yoko mengabaikan permintaan Julin dan berlalu mendahului Julin menuju keluar gang.

"Baiklah saya berikan segenap tugas ini kepada Anda. Anda harus menyelesaikan misi penting ini, semangat Yoko!" titah Julin mengejar Yoko dengan gaya penyerahan tugas dan langsung berlari ke arah bus.

Julin meninggalkan abangnya lalu melaju dengan sepatu baru pemberian neneknya dan berlari menuju halte bus di depan gang rumahnya.

"Tapi gue setuju Lin, baik kok dia," sergap Yoko yang menyusul di belakang Julin.

"Serius, Yok? Baiklah, segera laksanakan misi sesuai perintah disini ya, Yok, Anda gagal, nyawa melayang," ancam Julin dengan gaya menggorok leher sambil menunjuk gulungan kertas yang masih digenggam Yoko.

~~

"Lin," panggil Jira tiba-tiba.

"Apaan?," lirik Julin sembari mengunyah bakso boraksnya. Eh bakso bulatnya.

"Lin," ucap Jira lagi.

"Et dah, malas,"

Tiba-tiba Jira berdiri dan memeluk Julin.

"Engkaulah Julin. Sahabat terbaikku," ucap Jira sembari memeluk Julin.

"Kalau gue baik, bisa ga manggil gue tuh Juliana, Ra?," pinta Julin dengan muka masamnya.

"Juliana terlalu cantik, Lin. Hahahahaha," ledek Jira dan melarikan diri ke kasir kantinnya, tapi tiba-tiba...

Brakkkkk.

"Ya Tuhan. Bisa nggak sih lo kalau mau ngerem tuh jangan dempet sama kursi, Ra?," keluh Julin karena menabrak sudut meja setelah Jira mengerem mendadak di sampingnya.

Jira tak menjawab. Hatinya seolah malu untuk beranjak. Kakinya seolah salah tingkah untuk berlari. Wajahnya memerah seolah memanas. Tangannya terdiam seolah digenggam.

Tiga atau lima meter di depannya. Jarak itu nyata.

Mungkin kemarin sebelum sadar rasa ini, jarak sedekat ini tak akan bereaksi apa-apa.

Minggu lalu, Jira sama sekali tak merasakan hal se-natural dan se-lebay ini.

Tapi hari ini. Ia merasa seperti satu-satunya orang yang paling pantas kasmaran di kantin.

"Lo harus bayar makan siang gue!," teriak Julin tiba-tiba.

Jira hanya mengangguk. Masih menatap anak laki-laki ber tas abu merah yang ia tahu bernama Naufal.

Anak itu tengah bermain sepak bola. Kiper. Dengan jersey orange dan celana hijau. Norak memang jika disebutkan, tetapi keren jika tampak oleh mata.

Sepertinya itu pakaian tim kelasnya.

Anak itu tampak keren. Walau baru bertemu dua kali. Jira benar-benar tak bisa memalingkan matanya. Walau syukurlah, tak ada yang sadar dengan tingkah lebaynya ini.

"Gue SMS dia nanti ya, Rak" salip Julin tiba-tiba sambil membawa dua gelas jus jeruk dan naga di tangannya dan ikut duduk di samping Jira.

"Loh? Siapa yang bayar?," kaget Jira karena tadi berjanji akan mentraktir namun Julin telah membeli minuman duluan padahal Jira belum memberinya uang.

"Kasbon atas nama Jira, hehehe," tawa Julin.






































fur nh, u know this.

Jira & Naufal Where stories live. Discover now