(PROLOG) Akan lagi?

281 3 0
                                    

Sejak kenangan yang membuatku tak lagi mengerti apa itu rasa. Kenangan yang menjadi kisah pada cinta pertamanya. Kenangan yang masih setia tertinggal bersama keinginan.

Keinginan untuk melanjutkan kisah yang sempat berhenti karena keinginan pula.

Bukan sebentar. Kenangan yang terbentuk bertahun-tahun lamanya. Bersama perasaan kasih, suka, duka, perjuangan, dan rindu.

Dan membuncah menjadi rasa benci.

Bersama sejuta angan dan rangkaian yang masih tersusun rapi dahulunya.

Bersama harapan dan rencana masa depan yang akhirnya pupus dikorbankan rasa benci.

Bersama harapan dan rencana yang kalah, walau beribu kali mencoba bertahan.

Dulu, waktu belum tiba pada masanya.

Kita banyak menunda, menunda perpisahan yang sudah pasti akan tiba.

Sehingga, harapan dan rencana masih sempat tersusun.

Walau akhirnya kita tahu kalau harapan dan rencana akan tetap sirna termakan ego masing-masing.

Kenangan itu tertinggal dan tinggal setelah perseteruan tanpa akhir berujung tanpa temu.

Tanpa temu yang selalu ku minta dan tak kau beri.

Hingga akhirnya berpisah dengan jarak dan hati yang benar-benar menjauh.

Harapan dan rencana itu akhirnya hanya akan tersimpan sendiri.

Bersama diri yang dulu sempat memikirkan satu sama lain. Bersama diri yang kini sudah tak berbagi cerita lagi. Bersama diri yang kini enggan menyapa lagi.

Dan pula, bersama angan yang dulu kita ukir di ponsel jadul sebagai saksi bisu saat jarak terpisah.

Kenangan yang ku sebut indah itu masih ada. Masih mengukir dirinya pada ingatanku, tak tahu bagaimana di ingatanmu. Tapi itu semakin jelas. Masih hidup.

Kenangan yang ku sebut indah itu masih hidup.

Kisah kita yang selesai, namun tak pernah terasa usai.

Tak pernah terasa usai meskipun ribuan cahaya telah melewati kehidupan baru kita.

Kisah yang usai, namun tak pernah sadar bagaimana akhirnya.

Yang ku tahu hanya kita yang berakhir kemudian tak memiliki rasa lagi.

Perpisahan dengan jarak hati dan waktu membuat kita akhirnya mengalah dan menyerah.

Kisah yang membuat lelah, namun masih terus saja ada celah.

Salah siapa?

Kita menyerah atau memang sudah waktunya berpisah?

Berakhir tanpa pertemuan, tanpa kesepakatan.

Begitu saja.

Ini ego atau sudah muak?

Ku minta pertemuan lagi dan lagi, tetap tak kau beri. Menyesal sekarang bukan ingin ku.

Hanya ketiadaan yang akhirnya membuat kita terbiasa tak saling memiliki lagi.

Hingga kadang kenangan itu sempat kembali membangkitkan keinginan untuk bersama lagi.

Buruk.

Salah.

Namun, ku anggap hingga satu dasawarsa.

Ku anggap hingga konflik dengan orang baru terus terbentuk. Wujud mu masih nyata bertahun lamanya. Harum mu masih tersimpan di memori terdalam.

Jira & Naufal Where stories live. Discover now