Part 20|| Ratifikasi💫

2.6K 578 49
                                    


"Rindu tidak butuh ungkapan. Melainkan butuh pertemuan."

Einstein

Minggu pagi...

Hujan lebat mengguyur Indonesia pagi itu. Shanz menyibakkan gorden yang menutupi jendela nya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah lapangan. Di bawah sana juga tampak sepi.

Shanz membuka pintu balkon dan berdiri di sana sambil mengadakan tangannya pada rintikan hujan, semerbak petrichore tercium sampai ke lantai lima.

Hampir seluruh jendela asrama tertutup rapat. Sudah lama sekali rasanya tidak mendapati hujan selama di Indonesia, Shanz merindukan suasana itu. Dulu, ia sering bermain hujan dengan Alexa di rumah neneknya.

Bicara soal Alexa, Shanz jadi teringat dengan sepupunya itu. Kemana dia? Setelah hadir di persidangan kemarin, Alexa tidak menampakan lagi batang hidungnya.

Seketika, lamunan Shanz terusik ketika suara bell kamarnya berbunyi. Ia berjalan ke arah pintu kamar dan membuka nya.

"Pluto class is waiting for you to have breakfast together," ucap pelayan tersebut.

Shanz hanya mengangguk, setelah itu ia mengambil jaket cukup tebal dan segera keluar dari Villar nya.

Shanz berjalan melewati lorong Villar, sepertinya teman-teman nya sudah berkumpul semua. Mungkin, hanya tinggal dirinya saja.

Ceklek

Salah satu pintu Villar yang berjejer rapi itu terbuka, menampilkan Austin yang baru saja keluar.

"Hai Shanz," sapa nya. Shanz membalasnya hanya dengan senyuman.

"Ayo sarapan, kita udah nunggu lho dari tadi," ucap Austin sambil menggandeng tangan Shanz.

"Kok tahu?"

"Aku kembali lagi kesini karena ponselku ketinggalan," jawab Austin.

***

Suasana ruang makan Pluto Class sudah sangat ramai. Kedatangan Shanz dan Austin menjadi pusat perhatian mereka, suasana nya seketika senyap ketika Shanz menarik salah satu bangku dan duduk di sana.

Kali ini berbeda, bukan lagi Leo dan Glen yang duduk di kedua kursi paling ujung meja. Melainkan Shanz dan Zico. Tempat duduk itu memang di khususkan untuk ketua dan wakil kelas.

"Ketua kelas nya udah datang, kita mulai aja yuk sarapan nya," ucap Alice. Murid yang lainya mengangguk setuju.

"Kita berdoa dulu sesuai kepercayaan masing-masing," ucap Shanz.

Siswa-siswi mulai berdoa dan setelah itu mereka sarapan. Tidak ada pembicaraan apapun ketika sarapan itu berlangsung, suasana ruangan hanya di isi oleh suara dentingan sendok dan piring.

"Kenapa kau tidak makan?" bisik Grace pada Austin.

"Aku tidak sarapan ini," jawab Austin sambil mendorong piring berisi roti panggang itu. Ia hanya meminum susu saja setengah gelas, kemudian mengamati orang lain yang sedang menikmati sarapan pagi ini.

Einstein Student (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang