Part 18|| Predisposisi💫

2.5K 650 106
                                    


Pukul 06:25

"Astaga gue kesiangan." pekik seorang gadis dengan rambut acak-acakan dan mata membulat sempurna melihat jam di atas nakas nya.

"Lexa bangun!" Shanz mengguncang tubuh Alexa. Semalam sepupunya tertidur di Villar nya usai belajar.

Alexa mengerang sambil memposisikan dirinya untuk duduk. Kemudian ia pun tidak kalah terkejut ketika melihat waktu sudah se-siang itu. Alexa segera menuju kamar mandi dan mencuci wajah nya. Kemudian ia langsung berpamitan pada Shanz untuk menuju Villar nya dan bersiap ke sekolah.

Shanz segera menarik handuk yang menggantung, lalu memasuki kamar mandi.  Entah mendapat Ilham darimana, baru kali ini ia dibuat kaget ketika melihat waktu sudah sangat siang. Biasanya, pukul 06:30 saja dia masih malas-malasan pergi ke sekolah.

Tapi tidak apa, ini adalah suatu perubahan bagus bagi Shanz. Setidaknya ia mulai disiplin, meskipun masih malas dalam hal menyetrika seragam nya. Setiap murid EHS harus selalu terlihat rapi, tapi Shanz belum membiasakan diri untuk itu.

Jas sedikit kusut saja alay sekali rasanya jika harus di setrika. Buang-buang energi saja. Dan mungkin, hanya seorang Shanz Swillman lah satu-satunya siswi yang berpikiran seperti itu. Bertolak belakang dengan murid EHS lainya, mereka selalu berlomba-lomba dalam segala hal. Termasuk kerapihan. Seolah-olah semuanya harus terlihat perfect

Tepat pada menit ketujuh, Shanz keluar dari kamar mandi dan segera memakai seragam. Ia memasukan buku sekolahnya dengan cepat, lalu buru-buru keluar dan tidak lupa mengunci pintu Villar nya.

***

"Waktu kalian hanya lima belas menit." Mr Kevin membagikan lembaran soal ulangan.

Ketika menghampiri bangku belakang, ia terdiam,"bukankah yang duduk disini adalah Shanz?"

"Iya Mr," jawab siswa-siswi.

"Kemana dia? Sudah jam segini belum masuk?" Mr Kevin berdiri di ambang pintu sambil mengamati lorong Pluto.

Namun ketika Mr Kevin hendak berbalik, Shanz muncul dari belokan kelas Pluto 6. Ia berlari dengan nafas tersengal-sengal.

"Mr, maaf terlambat."

Mr Kevin menatap Shanz secara keseluruhan, "pagi-pagi sudah keringetan. Apa kau melihat setan di siang bolong hingga berlari seperti itu?" ucapnya.

"Aku tidak menggunakan escalator untuk sampai kesini karena jumlah orangnya sudah cukup, akhirnya aku memilih menaiki tangga saja."

"Pantesan. Ya sudah, masuk sana! Kertas ulangan mu sudah ada di atas meja."

"Bukankah Minggu kemarin baru saja ulangan Mr?" tanya Shanz.

"Kau membantah?" Mr Kevin menaikan satu alisnya sambil menatap Shanz.

"Baiklah Mr, maafkan aku."

Setelah itu Shanz di izinkan masuk ke kelas, ia tidak memperdulikan tatapan teman-temanya. Apakah dirinya penting sekali untuk di perhatikan, sekalipun mereka sedang mengisi soal sampai menyempatkan waktu tiga detik untuk meliriknya? Benar-benar hal bodoh.

Shanz menghembuskan nafasnya perlahan, lalu ia mengambil alat tulis dan mulai mengerjakan soal-soal itu.

Sebuah senyuman kecil terbit pada bibir gadis itu, ada rasa bahagia dan lega ketika melihat soal tersebut telah ia pelajari semalam bersama Alexa. Meskipun tidak seluruhnya. 

Einstein Student (On Going)Where stories live. Discover now