MEMORI-5

12 2 0
                                    

Intan pun menunjukkan sebuah foto kepada Vivi.

Intan pun menunjukkan sebuah foto kepada Vivi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ganteng njir!" Ucap Vivi kaget.

"Iya. Jangan di gebet, nanti calonnya marah." Jawab Intan.

"Siapa?"

"Mana tau ada."

"Oke temen temen kali ini saya, Bima Maulana, akan menyanyikan lagu untuk orang spesial saya. Sayangnya dia nggak ada di sini. Tapi semoga dia ngeliat live nya ya." Ujar kakak kelas Vivi dan Intan yang ternyata bernama Bima.

Seruan demi seruan ramai memenuhi suasana taman kota tersebut. Vivi dan Intan pun tak kalah heboh dengan grup band di depan mereka itu. Sesekali mereka merekam nya.

"Vi! Itu bukannya ketiga sahabat lo?" Intan menyenggol lengan Vivi dan menunjuk ketiga sahabatnya yang jauh di belakang. Sepertinya mereka baru datang.

"Eh iya. Ngapain ya? Pengen banget gue nimbrung bareng mereka." Ujar Vivi.

"Yang sabar ya. Gue yakin mereka pasti bakal balik lagi ke elo. Cuma butuh waktu aja."

"Kesannya malah gue yang di manfaat in dong?" Tanya Vivi dengan nada bercanda.

"Ya engga. Ish." Intan gelagapan menjawab pertanyaan Vivi.

"Kayaknya disini udah ga aman deh." Kata Vivi.

"Maksudnya? Kita pindah gitu?" Tangkap Intan cepat.

"Daripada gue darah tinggi?" Jawab Vivi.

"Iya sih. Yaudah. Mau kemana?"

"Rumah lo?"

"Tapi rumah gue jelek." Memang. Intan memang sedang tidak berbohong. Intan bukan dari golongan orang kaya. Tetapi Vivi tidak mempedulikan hal itu. Lagi pula di rumah Intan kayak nyaman aja gitu menurut Vivi. Soalnya rumah Intan di deket sawah.

"Jadi serius mau ke rumah gue?" Tanya Intan lagi.

"Iya. Gue pengen ketemu Cecil." Perlu kalian tahu bahwa Cecil itu adik Intan yang berusia 7 tahun.

"Yaudah. Berangkat sekarang?"

"Iya ayo."

Vivi dan Intan hendak keluar dari area taman kota. Tanpa di sengaja Vivi menatap Zara yang juga menatapnya. Kedua mata mereka seolah olah mengisyaratkan kalau mereka ingin sekali pelukan. Vivi yang tak yakin dengan tatapan Zara langsung mengalihkan pandangannya ke segala arah.

"Vi! Tunggu bentar gue mau ngomong." Zara berlari ke arah Vivi dan memegang tangannya. Vivi yang merasa tidak nyaman langsung melepaskan tangannya dari genggaman tangan Zara dan berbalik badan menghadap Zara.

"Kenapa?" Tanya Vivi.

"Gua mau ngomong tapi berdua aja bisa?" Jawabnya.

"Bisa kok. Gue tunggu di parkiran ya Vi." Sahut Intan.

MEMORIWhere stories live. Discover now