"Gue mau balik ke kampus dulu, urusan." Sungjae menjawab, sembari memasang jaket, bersiap untuk pergi.
Jimin mengangguk, sembari menghisap teh botol nya, ia menoleh pada Taeyong dan Lisa yang berada di ujung ruangan sambil berbincang kecil. "Lo pada mau kemana abis ini?"
Lisa tak menjawab, cewek itu sibuk memasukkan barang-barang ke dalam sling bag nya, dibantu Taeyong yang ikut mengambil charger dan ponsel milik Lisa untuk dimasukkan ke dalam tas Lisa.
Jimin sampe sudah biasa liat pemandangan ini.
"Mau makan," jawab Taeyong, "lo balik?"
"Kebetulan gua laper. Kita makan di soto deket sungai raya yuk."
Taeyong ingin menolak, jelas saja. Namun, Lisa lebih dulu menjawab, menyetujui ajakan Jimin yang membuat Jimin sedikit berseru riang.
Melihat Jimin yang sudah bersiap keluar bersama Sungjae. Taeyong menoleh pada Lisa, merengut kecil menatap cewek itu.
"Kok lo ngajak dia?"
Lisa yang langsung di tembak begitu oleh Taeyong sedikit gelagapan. Bingung mau jawab apa, karena sebenarnya ini yang ia tunggu-tunggu. Makan bersama Taeyong tetapi tidak berdua saja. Lisa ingin setidaknya ada Jimin atau Sungjae di antara mereka berdua. Agar Lisa sendiri dapat mengontrol perasaannya.
Memang, sudah sebulan lebih Lisa dan Taeyong berinteraksi. Lisa sendiri juga selama ini sudah berusaha mengontrol dirinya, perasaannya, dan kewarasannya agar tidak mengambil milik orang lain.
Namun, semakin hari, Lisa kesulitan untuk beradaptasi dengan keadaannya. Terlebih pada Taeyong yang tiba-tiba, selalu, berada di depannya dan semakin membuatnya terus terpikirkan.
"O-oh ... y-ya biar rame aja gitu makan bareng-bareng," jawab Lisa sedikit terpatah-patah, namun ekspresinya tetap dibuat biasa saja.
Taeyong menghela napas kecil, yang kemudian mengambil tas Lisa dan membawanya. Lagi-lagi hal itu membuat detak jantung Lisa semakin berpacu kencang.
Walau begitu, Lisa masih sama seperti dulu, masih berdebar terhadap Taeyong. Bahkan sekarang, dibuat kebingungan dengan tingkah cowok itu.
"Yaudah ayo," ajak Taeyong, sembari menarik Lisa untuk berjalan di sebelahnya.
Ah, kalau dipikir-pikir, kedekatan mereka juga bersamaan dengan skinsip yang terus berjalan.
Kalau kata Yuju; "Sekarang ini, kalian lagi dalam mode, TTM."
Tapi Lisa jelas tak mau begitu saja percaya karena itu hanya akan membuyarkan pertahanan dirinya.
Sesampai di parkiran, di sana sudah ada Jimin seorang diri yang sudah stand by di atas motornya, siap untuk menancap gas dan pergi.
Jimin mengernyit, menatap Lisa dan Taeyong bergantian. Dalam hati ingin memaki, tepatnya memaki Taeyong.
Kalau biasanya dia memaki karena keduluan, sekarang dia memaki karena kegoblokan Taeyong.
Bisa-bisanya gituloh tuh mahkluk ....
"Kalian bareng?" tanya Jimin, yang lekas disahuti Taeyong, sedang Lisa berjalan menuju motor Taeyong.
"Iya," jawab Taeyong.
"Gak gerah?"
"Nggak lah."
"Ck, bukan lo, tapi Lisa, dia nggak gerah bareng lo terus?" Pasalnya, apa yang dilihat Jimin terhadap Lisa itu selalu baik.
Cewek itu di matanya memang banyak diam, tetapi kalau sudah berbicara bisa mengucapkan berbagai hal yang tidak terduga. Dan sejauh yang Jimin liat, Lisa itu juga bukan tipikal yang keenakan dideketin cowok. Lantas yang Jimin lihat itu, Lisa risih dengan Taeyong, tapi nggak bisa nolak karena nggak enakan.
YOU ARE READING
Another Us || Yonglisa
FanfictionHi, ini Eri. Kali ini Eri akan membawakan kumpulan kisah pendek dari dua manusia favorit Eri, Lee Taeyong dan Lalisa Manoban. I hope you guys enjoy it💕 ⚠⚠⚠ ▪ 13+ ▪ Harsh words. ▪ The contents are really cringe and random. ▪ Some stories have differ...
💌secret admirer (9)💌
Start from the beginning
