Ini untuk kesekian kalinya Lisa tidak fokus mengikuti perkuliahan. Pasalnya ia terus terpikir akan percakapan singkatnya semalam dengan Jimin. Juga kenyataan bahwa ia ingin dijadikan partner menari oleh Taeyong.
Sekali lagi, Lisa benar-benar tak pernah menduga hal ini. Memang, kerap kali ia berandai akan ada saatnya mereka di dalam satu ruangan dan satu melodi yang sama. Menari bersama seakan benar-benar tarian terakhirnya.
Namun, sekali lagi, itu hanya angan-angan. Lisa pun tidak mengharapkan hal lebih. Tetapi sekarang?
Lisa benar-benar ingin gila sekarang karena terus memikirkannya.
Apa sih yang dipikirkan Taeyong hingga ingin menari dengan nya? Kok tiba-tiba cowok itu mencarinya? Bukankah sebelumnya cowok itu tidak mengenali Lisa?
Lisa yakin Taeyong tidak mungkin memperhatikannya, pasti ada seseorang yang menyebut namanya.
Tidak salah lagi, pasti ini ulah oknum Jimin. Tetapi mengingigat semalam saat ia dan Jimin bertelponan, Jimin bahkan tidak mengingatnya.
Lisa menghela napas lagi, ia merunduk dan terus memijat pelipisnya. Gara-gara pikiran ini, kepalanya jadi pusing juga.
Kalau ditanya apa Lisa senang, ya Lisa senang. Hanya saja, Lisa masih benar-benar tak menyangka, dan terus bertanya-tanya. Tak heran jika Lisa terus memikirkannya hingga membuat kepala nya juga pusing.
Sialan Jimin!
Lisa menghela napas lagi, kali ini ia mendongak dan mencoba mengenyahkan pikirannya. Namun ia sontak melongo saat dosen di depan kelas itu pamit pergi. Perkuliahan hari ini telah selesai, dan Lisa tak menyadarinya.
Orang-orang perlahan keluar dengan sedikit keramaian. Lisa masih di tempatnya memandangi itu. Kebetulan hari ini Lisa duduk di belakang karena ia telat memasuki kelas. Dan untungnya, diri yang sedang tak fokus itu tidak menarik perhatian dosen ataupun mahasiswa lainnya.
Lisa kembali menghela napas, ia membuka ponselnya dan melihat nama Jimin di sana. Bukan hanya Jimin, namun nomer yang belum ia simpan— nomer nya Taeyong.
Lisa lantas membuka aplikasi whatsapp tersebut. Tentu saja, nomer Taeyong yang sudah ia hapali itu, untuk dibuka lebih dulu pesannya. Padahal nama Jimin berada di atas.
+62 8XX-XXXX-0107
| Lisa
Satu saja pesannya, tapi sudah membuat Lisa tak karuan rasa dengan pipi yang bersemu. Walau begitu, Lisa terlalu pengecut untuk membalas pesan nya. Lantas, Lisa hanya membacanya dan membuka pesan dari Jimin.
Jimin
| Weh, ke studio baru yak, diskusi.
| Weh dimana lo?
| Lis ke studio baru weh
| Dah jam tiga nih woi
| p
| p
Isinya spam, nyebelin.
Lalisa
| Iya, gue otw
Lisa lantas membereskan barang-barangnya, memasukkannya dengan rapi pada totebag nya. Kemudian selang beberapa detik ponselnya bergetar, Jimin membalas pesannya.
Jimin
| Cepetan, si taeyong mau ngedate katanya
Oke. Harusnya Lisa sudah biasa. Tetapi lagi-lagi rasanya menyakitkan.
💌💌
"Dia otewe katanya."
Taeyong sontak menoleh, mengalihkan atensinya dari layar ponsel yang menampilkan roomchat nya bersama Lisa. Ia mengernyit, menatap heran.
"Chat lu dibales?"
Jimin mengangguk, cowok itu lantas melempar ponselnya di sofa tepat di samping Taeyong.
YOU ARE READING
Another Us || Yonglisa
FanfictionHi, ini Eri. Kali ini Eri akan membawakan kumpulan kisah pendek dari dua manusia favorit Eri, Lee Taeyong dan Lalisa Manoban. I hope you guys enjoy it💕 ⚠⚠⚠ ▪ 13+ ▪ Harsh words. ▪ The contents are really cringe and random. ▪ Some stories have differ...
