CHAPTER 17 - TRAUMA EMILY

54 15 4
                                    

SELAMAT MEMBACA TWINS RIVAL💓

siapkan hati, karena bikin kesel parah!!!





















Peranku di sini, tidak lebih dari seorang figuran yang membantu pemeran utama untuk mencapai kebahagiannya.

Emily menatap enggan pada Niel. Dia kesal setengah mati pada cowok yang sekarang menatap lurus ke arahnya.

"Kenapa?"

"Kamu pulang sama Emma, ya?"

Kedua tangan Emily bersedekap di depan dada, balas menatap Niel sedikit tajam. "Ayo pulang aja, Niel." Emily mulai bergelayut manja di lengan Niel.

"Mill. Aku harus selesain semua ini."

Emily menghela napasnya. "Aku ikut."

Niel mengepal tangannya kuat-kuat. Rahangnya menegas menunjukan urat-urat wajahnya. Sudut matanya menangkap segerombol cowok yang dipimpin oleh Alvaro.

"Ayo pulang, Niel."

Niel menatap gadis yang jauh lebih pendek di bawahnya lalu melepas paksakan tangan sang pacar yang melingkar sempurna di pinggangnya.

"Mill." Suara bariton rendah dan menyejukan hati itu menatap Emily dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sudut matanya menajam dengan kedua tangan yang menangkup pipi chubby Emily. "Pulang, aku harus selesaiin apa yang terjadi."

Kedua tangan Niel mulai turun lalu menjauh dari pandangan Emily. Cowok itu benar-benar pergi dan tidak mendengarkan Emily. Tangan gadis itu kini beralih mengambil benda pipih di saku rompinya dan menghubungi seseorang.

Emma.

"Emma, di mana?" Jantungnya berdegup kencang membuat nada bicaranya sedikit bergetar ketakuan.

"Di kafe, kenapa?"

"Aku—butuh kamu, Emma." Manik mata cantik milik Emily mulai mengeluarkan satu cairan bening. "Aku takut Niel kenapa-napa."

"Terus gue bisa apa?"

Emily menghela napasnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri yang mulai bergetar ketakutan. Berdiri di lorong sekolah sendiri, dengan pikiran yang melayang kemana-mana terutama, keselamatan sang pacar, Nathaniel.

"Aku mau nyusul Niel."

"Jangan gi—"

Tut.

Panggilan dimatikan sepihak oleh Emily. Dia sulit mengontol dirinya sendiri kalau sudah berhadapan dengan hal yang menyangkut Niel. Sumpah demi apapun, hatinya sekarang diselimuti kemarahan, kebencian pada satu orang menyebalkan yang hadir di hidupnya. Alvaro.

Mata dengan iris berwarna hazel itu sesekali mengeluarkan cairan bening yang dengan cepat diusap oleh jari-jari lentiknya. Dadanya bergemuruh hebat. Dia tidak bisa tenang sebelum melihat dan memastikan kalau sang pacar baik-baik saja.

Sampai akhirnya langkahnya terhenti di depan pintu gudang yang terbuat dari besi dan sudah mulai berkarat. Menatap bengis pada tiga orang yang berdiri di depan pintu itu. Antek-antek Al.

"Aku mau masuk." Nada bicaranya terdengar dingin.

"Wah, itu mah susah, neng cantik. Al gak bolehin kita buka pintu."

Twins Rival [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang