CHAPTER 9 - GRANNY YANG BERPERAN

60 20 3
                                    

Apakah semesta kembali mempermainkan ku dengan membuat luka yang menyakitkan itu kembali mengalun seperti irama musik.

Selamat membaca, Enjoy:)

-----***-----

Granny terlihat paling sibuk hari ini. Dia berusaha membuat segalanya sempurna, tanpa cacat sedikitpun. Ruangan tamu keluarga Anderson kali ini didominasi dekorasi berwarna putih, memberikan aura yang sedikit berbeda dari biasanya. Di sudut ruangan juga sudah tersedia piano untuk tampilan Emily nanti malam.

"Taruh meja ini ke tengah ruangan!"

"Ini kurang rapih. Perbaiki!"

"Tolong meja ini di geser sedikit."

Mata Garcia menangkap Edbert yang baru saja turun dari tangga. Dia tersenyum sambil melangkahkan kakinya ke tangga. Menyambut putranya dengan hangat. Edbert tetaplah anak kecil bagi Garcia, masih perlu dibimbing.

"Mom...," ujar Edbert. "Apa ini gak terlalu berlebihan?" lanjutnya.

Garcia menggeleng cepat. "Ini perayaan, Edbert. Banyak hal terjadi akhir-akhir ini. Kita harus merayakannya, kan?"

Edbert paham akan maksud Garcia, mommy-nya. Tapi ini benar-benar berlebihan, dia tidak suka pesta karena kenangan-kenangan yang lalu akan kembali berputar di otaknya.

"Dimana Emily dan Emma?"

Ah, iya. Garcia melupakan kedua cucu kembarnya. Dia memikirkan banyak hal, sehingga melupakan hal lainnya. Tapi, tadi malam Nash menghubunginya dan mengatakan kalau si kembar akan menginap di hotel. Granny mengijinkan dan bilang itu sebagai hadiah.

"Mereka tidur di hotel semalam, mungkin sebentar lagi akan datang."

Edbert menghela napasnya. Matanya mengitari ruang tamu yang kini terlihat berbeda dari biasanya. Perlahan, kenangan-kenangan itu kembali berputar. Rasa sakit kembali menjalar di tubuhnya.

"Daddy!"

Edbert tersenyum menyambut kedatangan si kembar. Dia berjalan mendekati Emma, lalu memeluknya hangat. Sedangkan Emily berjalan ke arah Garcia yang masih sibuk mengurus ini dan itu.

"Granny," panggil Emily. "Milly pulang."

Garcia tersenyum, Emily anak yang manis. Dia merasa berhasil mendidik Emily selama ini.

"Hello, dear. Gimana tidurnya? Nyenyak?"

Emily tersenyum kecut, setidaknya dia harus kembali memainkan semua sandiwara nya. "Of course. Hotel granny nyaman."

Emily memperhatikan ruang tamu keluarganya yang menjadi sangat jauh berbeda. Ah, dia melupakan sesuatu. Dengan cepat dia menghampiri Edbert yang sedang mengobrol dengan Emma.

"Daddy...," panggil Emily. "Happy birthday." Emily beranjak memeluk Edbert.

"Terimakasih, sayang."

"Maaf Milly lupa. Banyak hal yang Milly pikirin akhir-akhir ini."

Edbert tersenyum. Kini Emily sudah duduk di sebelah kirinya. Sebagian dirinya kini sudah benar-benar kembali. Nyaman rasanya kembali bertemu dengan kedua anak kembarnya setelah lama dipisahkan.

"Daddy." Emma terlihat gugup sekarang. Ada hal yang harus dia katakan tapi rasanya berat untuk memulainya.

"Selamat ulang tahun." Emma menarik napasnya lega. Edbert tersenyum haru, dia merasakan hatinya menghangat akibat perkataan Emma.

Twins Rival [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant