Perutnya semakin membesar. Langkahnya semakin kepayahan. Usia kandungan Krist memasuki bulan melahirkan. Ruang geraknya sedikit karena tubuhnya yang gampang pegal. Bahkan terkadang dia merasakan kram di perutnya. Kata dokter itu normal. Tapi Singto menjaga ketat istrinya itu. Jika dia sedang tak ada di rumah, maka Arm atau Gun yang menjaga Krist. Seperti yang dilakukan saat ini. Singto harus pergi ke kampus, ada ujian. Namun Krist sulit untuk ditinggal, takut ada apa-apa ketika tak ada orang di rumah."Aku antar kamu ke rumah Mae, ya?" tawar Singto saat mereka ada di ruang makan; sarapan.
"Tidak usah. Sebentar lagi P'Gun dan Chimon juga kesini."
Krist menusuk potongan wortelnya dengan garpu dan memakannya. Memiliki bayi dalam perut membuatnya ekstra hati-hati dengan makanan walaupun beberapa waktu lalu ngidamnya dapat dibilang ekstrim.
"Tapi aku harus berangkat sekarang."
"Ya, sudah. Kamu berangkat saja. Nanti telat, lho? Katanya ujian?"
"Iya. Tapi kamunya sendirian. Nanti kalau ada apa-apa sama kamu dan baby gimana?"
Krist tahu kekhawatiran suaminya. Maka dia meninggalkan sendok garpunya untuk meraih lengan suaminya dan mengusapnya pelan.
"Aku tak apa, Singtuan. Percaya, deh!"
Tetap saja Singto tak bisa langsung tenang begitu saja. Raut gelisah tampak jelas di wajahnya.
"Aku antar kamu ke rumah Mae sekarang. Ayo!" Singto sudah berdiri namun segera Krist menangkap tangannya.
"Tidak usah. Kamu berangkat saja, ya? Sudah mau telat, nih! Sebentar lagi juga P'Gun datang."
Krist hanya tak ingin merepotkan suaminya yang harus bolak-balik mengantarnya. Apalagi jarak kediaman Ruangroj ke kampus akan semakin jauh dibanding apartemen mereka.
"Kalau begitu aku telpon P'Gun biar cepat kesini."
Kali ini Krist hanya mengangguk nurut. Singto menghubungi Gun untuk aegera datang. Dari raut Singto yang lega, Krist dapat menebak jika Gun akan segera datang.
"Sebentar lagi P'Gun sama Mae datang bawa Chimon juga." Krist mengangguk lagi. Sedang Singto melirik jam tangannya. "Sepertinya aku harus berangkat sekarang. Sudah hampir telat."
Krist mendekati Singto menyodorkan keningnya. Seperti biasa, Singto mencium kening, ujung hidung, dan bibirnya sekilas. Kemudian mengusap pipi gembil Krist.
"Baik-baik di rumah, ya?"
"Iya. Kamu juga. Lancar ujiannya."
Singto mengangguk, lalu membungkuk menyapa perut Krist yang sangat besar itu.
"Papa berangkat dulu ya, Nak!" ucapnya sembari mengusap perut Krist dan menghujaninya dengan ciuman.
"Iya, Papa. Cepat pulang, ya?" jawab Krist dengan meniru suara anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over Love [Singto X Krist - Completed]
Fanfiction[COMPLETE] PERAYA FANFICTION REMAKE Ketika dua orang pecinta game harus menikah karena taruhan. Singto mengajak Krist menikah karena dirinya yang menang bermain game. Seperti apa kehidupan pernikahan yang akan mereka jalani? FF remake by dudu8812 G...