#3 - Mendapat Restu

2K 293 18
                                    

Krist tak peduli lagi, yang ada di pikirannya saat ini adalah keadaan sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Krist tak peduli lagi, yang ada di pikirannya saat ini adalah keadaan sang ayah. Mendapatkan informasi dari pihak rumah sakit jika ayahnya kecelakaan adalah hal buruk kedua setelah mendengar kabar New; kakaknya.

Pikirannya carut marut. Bahkan ia segera meninggalkan kampus demi sampai di rumah sakit tempat ayahnya dibawa. Berlarian di selasar rumah sakit. Ia melihat Arm yang sepertinya juga baru sampai.

"P'Arm!" panggilnya keras.

"Kit ...," Arm membalikkan tubuhnya. Krist berlari kecil ke arahnya. Terengah.

"Bagaimana keadaan Pho?" tanya Krist cemas.

"Aku tidak tau. Aku juga baru sampai," ucapnya.

Mereka segera menuju ke UGD, sesuai informasi yang didapat. Sesampainya di sana, mereka menunggu. Tak berapa lama kemudian, Pho keluar namun hal itu membuat Krist dan Arm mengerutkan keningnya heran.

Bagaimana tidak, jika yang mereka lihat saat ini adalah Pho yang berbicara dengan Singto begitu akrab.

"Pho ...," panggil Krist dan Arm kompak.

"Eh, kalian datang?" Pho menoleh sambil tersenyum. Singto juga tersenyum.

"Pho, tidak apa-apa, 'kan? Mana yang sakit? Mana yang luka?" tanya Krist mendekati Pho.

"Pho tidak apa-apa. Hanya luka sedikit," ucapnya sambil terkekeh.

"Terus, dia?" Arm menunjuk Singto yang lengan kirinya memakai arm sling.

"Dia yang menyelamatkan Pho. Tadi, sewaktu Pho sedang menyeberang tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang. Pho yang sedang menelepon tidak melihat ke arah mobil itu. Untung saja, ada Singto yang berlari dan menolong Pho. Eh, malah dia yang terluka sampai patah tulang begini," jelas Pho.

"Tapi, kok bisa?" Krist menatap bingung. Ia masih tak percaya dengan apa yang Pho bilang.

"Iya, kebetulan tadi aku habis dari cafe sekitar sana," imbuh Singto.

"Oh!" Krist menganggukkan kepalanya mengerti.

Mendadak perasaannya tidak enak, apalagi saat melihat Singto yang tampak akrab dengan Pho. Arm hanya diam. Dia tidak tahu harus apa. Ini benar-benar diluar bayangannya.

Lalu Arm mendekati Krist, berbisik. "Bisa kebetulan begini, ya? Apa jangan-jangan dia memang jodohmu?"

Sontak, Krist membulatkan matanya. Ingin rasanya berteriak "Tidak!" tapi apa daya, mereka tahunya Singto adalah pacarnya. Jadi Krist hanya menanggapi Arm dengan senyuman; lebih tepatnya meringis.

"Oh, ya ...," tiba-tiba Pho berbicara lagi.

"Iya, Pho?"

"Masalah kamu dan Singto. Pho pikir waktu itu dia hanya main-main denganmu. Makanya Pho menggertak dan mengusirnya. Tapi, sepertinya Singto benar-benar menyukaimu dan dia tidak menyerah begitu saja. Dan lagipula, dia sudah menyelamatkan nyawa Pho. Pho rasa mungkin ini sudah waktunya Pho melepaskan putra kecil kesayangan Pho ini," Pho mengacak rambut Krist yang semakin meringis ingin menangis. Ia sudah menduga hal ini sebelumnya. "Arm, kau tidak keberatan 'kan kalau adikmu menikah duluan?"

Game Over Love [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang