#18 - Test Pack Positif

Mulai dari awal
                                    

Akhirnya, pagi itu Singto harus pergi ke minimarket 24 jam yang untung saja tak jauh dari apartemen mereka. Sudah tak peduli lagi jika kasir minimarket tersebut menatap penampilannya sambil menahan tawa. Singto dengan style naturalnya—piyama baby blue, sandal jepit, dan muka bantal, oh ... jangan lupakan rambutnya yang disisir acak dengan jari tangannya. Kalau bukan demi Krist, mana mau dia!

Banyak hal yang dilalui oleh Singto dan Krist. Layaknya seperti kehidupan rumah tangga pada umumnya, Krist melayani Singto dan Singto memanjakan Krist. Hanya saja yang membedakan mereka ini masih berstatus mahasiswa.

Jika diingat-ingat lucu juga. Mereka bisa sampai saat ini juga karena pertemuan yang tak sengaja. Mulai dari taruhan game yang berujung pernikahan. Berpura-pura harmonis di depan keluarga sampai ketahuan oleh Off dan Arm. Sangat kacau saat itu; point penting untuk membuat keponakan lucu. Kemusuhan yang berkepanjangan sampai sering adu mulut, selalu denial dan berdiam-diaman seperti anak kecil sedang bertengkar. Cemburu alasan utama pada saat itu.

Sampai pada akhirnya pengakuan cinta. Ungkapan sederhana yang menghangat hingga relung masing-masing. Terasa sampai sekarang rasa kasih sayangnya. Singto sangat se-perhatian itu pada Krist. Pria yang awalnya sangat menjengkelkan sudah bermetamorfosis menjadi pria yang masuk list idamannya; perhatian, tanggung jawab, penyayang, dan ganteng. Dia dapat semua itu pada seorang maniac game bernama Singto Prachaya.

Sudah enam bulan lamanya, tak terasa. Mungkin karena mereka menjalaninya dengan penuh kasih sayang dan menyenangkan sejak pulang dari bulan madu lima bulan lalu.

"Pengharum ruangan yang di kamar mandi sudah aku ganti aroma citrus," ucap Singto saat melihat Krist menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Oke. Sip. Aku mau mandi dulu, setelah itu kita sarapan."

"Eh, mau mandi bareng?"

"Singtuan!"

Singto terkekeh. Dia suka sekali menggoda Krist.

Selesai bersiap pergi ke kampus, Singto dan Krist sarapan bersama. Tak seperti biasanya, menu sarapan kali ini bukan Krist sekali. Seingat Singto, Krist itu seperti kambing—suka sayuran. Bukan serba daging, telur, dan sosis seperti yang ia lihat sekarang.

"Kok, tumben?"

"Aku lagi ingin makan ini."

"Oh, oke."

Tak ada kecurigaan sama sekali awalnya. Namun, setelahnya Singto dibuat melongo saat Krist makan dengan porsi yang tak biasa. Bahkan makannya bisa dikatakan sangat lahap.

Jika Singto belum menghabiskan satu piring makanannya maka Krist sudah menghabiskan nyaris dua piring. Melihat Krist seperti kerasukan pun membuat Singto sangat heran dengan perubahan mendadak itu.

"Kamu lapar apa doyan?" tanya Singto.

"Ih, kenapa, sih?! Suka-suka aku mau makan banyak atau tidak!" sembur Krist.

"Oh, oke."

***

Ternyata, tidak hanya Singto yang dibuat heran oleh Krist. Nammon juga. Waktu perkuliahan berlangsung, Krist berbisik pada Nammon kalau dia ingin makan sushi. Awalnya Nammon biasa saja. Bahkan selesai perkuliahan, Nammon dan Krist sepakat pergi ke restoran sushi. Tapi siapa sangka jika Krist akan makan banyak porsi seperti mukbang. Apalagi, Krist makannya terlampau lahap sampai Nammon geleng-geleng kepala dibuatnya.

"Kit, kau ... belum makan dari kapan, sih?" tanya Nammon dengan nada tak percaya.

"Pagi tadi aku sarapan, kok!" jawabnya dengan mulut penuh dengan potongan sushi.

Game Over Love [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang