-Arvelo'48

2.7K 282 78
                                    

Seperti yang sudah kuduga, banyak orang yang kecewa akan keputusanku mengakhiri hubungan dengan Arvelo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti yang sudah kuduga, banyak orang yang kecewa akan keputusanku mengakhiri hubungan dengan Arvelo. Terlebih Bunda dan Kak Vela. Keduanya memberondongiku dengan pertanyaan dan ungkapan kekecewaan. Berbeda dengan Tante Dhania yang langsung bertanya apa Arvelo melakukan kesalahan padaku. Wanita yang paling dicintai Arvelo tersebut sempat mengira kalau Arvelo berulah, namun dengan cepat aku menampiknya.

Arvelo tidak salah. Tidak ada yang perlu disalahkan. Memang waktunya saja yang belum tepat.

Setelah hari itu, aku menyibukkan diri dengan semua aktifitas sekolah. Tak jarang juga aku ikut Shaidan berkumpul di basecamp Proklisi. Walaupun, aku dan Arvelo sudah tidak berpacaran lagi, mereka sama sekali tidak mengubah sikap. Masih menerimaku dan bahkan bersedia menjagaku.

Jika kalian berpikir sekarang aku putus komunikasi dengan Arvelo, maka salah besar. Hingga kini, kami masih saling bertukar kabar juga bertukar cerita. Karena sebenarnya, hubungan kami tidak pernah berakhir, hanya status pacaran yang ending-nya masih buram yang sudah kami akhiri.

Gedoran pintu membuatku terpaksa beranjak dari meja belajar. Membuka pintu kamar, dan mendapati Shaidan dengan wajah cerah juga senyum lebar.

"Kenapa?" tanyaku.

Shaidan langsung memelukku erat. "Kak, gue berhasil. Gue udah jadi ketua Proklisi gantiin posisi Bang Velo sama Bang Gilang, sekarang," katanya masih dalam posisi yang sama.

Aku tersenyum haru mendengarnya. Mengetahui perjuangan adikku tidak berakhir sia-sia membuatku ikut bahagia. Di banyak kesempatan, Shaidan Fernando memang selalu membuatku bangga.

Aku malas mengatakan ini, namun aku tak bisa bohong, aku benar-benar merasa beruntung memiliki adik sepertinya.

"Selamat! Kasih yang terbaik buat Proklisi. Walaupun, gue sempet ragu, tapi gue yakin lo bisa. Lo selalu buat gue bangga." aku menepuk pipinya dengan senyuman.

Shaidan balas tersenyum, lalu kembali memelukku. Aku tidak lupa, sedari kecil Shaidan memang lebih senang memelukku dari pada Bunda saat ia sedang merasa bahagia. Dan yang aku tahu, Shaidan lebih sering menunjukkan sikap manjanya padaku.

"Hubungan lo sama Bang Velo gimana, Kak?" tanyanya mengalihkan topik.

"Baik-baik aja. Kita masih sering ngobrol kok," kataku sambil berjalan menuju tempat tidur. Shaidan membuntuti di belakang sebelum ia menjatuhkan tubuhnya di kasurku.

"Lo sendiri, gimana?" aku balik bertanya. Yang aku tahu, sekarang Shaidan sedang dekat dengan Aleta, atau mungkin ..., sudah berpacaran? Ah, entahlah.

"Itu masalahnya." ia bangkit duduk, lalu bersila menghadapku. "Alasan gue nanya hubungan lo sama Bang Velo, ya ini. Lo kan tahu sendiri, Aleta sama Bang Velo sodaraan, Kak."

Aku tercenung. Kenapa baru terpikirkan sekarang? Shaidan ada benarnya juga. Walaupun, bukan saudara se-ibu dan se-ayah, namun mereka memiliki sepasang orang tua yang sama, yang mereka panggil dengan sebutan 'Oppa-Omma'.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang