-Arvelo'10

3.7K 332 27
                                    

🍭🍭🍭

Aku langsung turun dari motor yang membawaku ke gedung olahraga saat kendaraan itu berhenti di parkiran.

Seharusnya kalian tidak terlalu kaget kalau aku katakan, pagi ini aku berangkat dengan Arvelo.

Ya, kemarin aku menerima tawarannya untuk pergi bersama. Aku berpikir jika pergi bersama Arvelo, aku tak perlu membuat Ayah harus bolak-balik mengantarku dan Bunda yang tujuannya berbeda arah.

Kami melangkah berdampingan memasuki gedung olahraga. Sudah terbayang di otakku siulan-siulan menggoda dan ledekan dari sahabat-sahabatku. Tapi, sepertinya aku akan mengikuti gaya Arvelo mulai sekarang. Cuek.

"Shenaa!" kulihat cewek yang mengenakan jersey sama sepertiku tengah berlari ke arah sini dengan senyuman lebar. Kak Naomi rupanya.

"Kenapa, Kak?" tanyaku saat dia sudah berdiri tepat di depanku. Setelahnya, aku dibuat terkejut oleh cewek ber-jersey merah yang amat kukenali ikut menghampiriku dan Arvelo. Tidak salah lagi, dia Kak Kinan. Sama seperti Kak Naomi, cewek itu juga tersenyum lebar ke arahku dan ..., Arvelo.

"Harusnya yang lo gantiin tuh gue. Gue yang ngedidik lo, si Naomi yang dapet enaknya," cibir Kak Kinan dengan nada bercanda.

Kak Naomi membalas perkataan Kak Kinan dengan peletan lidah. "Emang dia jodohnya sama gue."

"Sama lo, atau sama yang sebelahnya?" aku kontan melirik Arvelo yang nampak berdiri anteng di sampingku. Apa dia tidak berniat pergi? Dia tidak risih berada di antara cewek-cewek seperti ini?

"Kalau sama yang sebelah mah, urusan jodohnya beda lagi." Kak Naomi tersenyum menggoda ke arahku.

Hell! Apa gosip tentang aku dan Arvelo sekarang sudah menyebar?

Aku memaksakan senyumku. "Kita langsung nemuin Bang Kevin deh, Kak. Yang lain pasti udah nunggu," ajakku.

Kak Naomi hari ini ikut, hanya saja dia jadi cadangan. Kemungkinan juga dia tidak akan main. Karena selama latihan, Kak Naomi hanya mengawasi kami, tidak ikut latihan, itu pun dia tidak setiap hari datang karena sibuk bimbel.

"Kak Kinan, lo masih ikut?" tanyaku.

Kak Kinan mengangguk. "Usulannya dia nih, buat jadi cadangan. Gue males sebenarnya."

Aku mengangguk faham.

"Vel, gue duluan, ya? Makasih buat tebengannya." aku sudah hendak pergi bersama Kak Naomi, jika saja Arvelo tidak mencekal lenganku. "Kenapa?"

Dia menunjukan layar ponselnya. Di sana ada pesan dari kontak atas nama 'Bunda' yang berisi permintaan tolong.

Bunda:
Nak Velo, Bunda minta tlng dong. Tdi pagi Bunda lupa bnerin iketan tali sepatunya Shena. Tlng  bnerin, ya. Mksh.

Mataku membelalak kaget. "Bunda Fidya?"

"Iyalah, emangnya Bunda lo siapa lagi?"

Kini mataku berubah memicing. "Kok nama kontaknya Bunda?"

"Ya masa gue kasih nama Fidya, kan gak sopan," kilahnya.

Aku mendengkus kasar. "Eh-eh, mau ngapain?" seruku spontan saat Arvelo berjongkok di depanku. Aku sempat melirik Kak Kinan dan Kak Naomi yang nampak sama kagetnya.

"Masih nanya?" cetusnya.

"Ih, gak usah. Nanti biar gue minta tolong sama yang lain. Lagian itu talinya masih bener kok. Paling kurang terik," kataku.

Arvelo nampaknya tak mendengar laranganku. Terbukti dengan tangannya yang mulai meraih tali sepatuku. Dia membongkar ulang, lalu mengikatnya lagi. Tampak lebih rapih dari hasil ikatanku tadi.

ARVELO (Want You With Me)✔Where stories live. Discover now