07 ● Ngapelin

44.9K 5.5K 3.9K
                                    

Jangan gengsi. Gak ada manusia modelan gue lagi, yakin, mau disia-siain?

- Satria Adison


Nungguin Bangsat gak?

🌙

Happy Reading 💖

. . .

SUARA bising dari halaman rumahnya berhasil membuat rasa penasaran Jingga timbul. Kakinya bergerak turun, berjalan menuju pintu utama rumah minimalisnya ini.

Alisnya bertaut bingung melihat Tari---Mamah nya yang tengah sibuk memasuki koper kedalam mobil nya.

Jingga mendekat, melirik beberapa barang lain yang sudah berada didalam mobil itu. "Mah," panggilnya berat.

Tari berdeham, tanpa membalikkan tubuhnya. Atau bahkan melirik gadis satu-satunya itu.

Jingga menggigit bibirnya pelan, "Mamah mau kemana?"

"Ada tugas, Sayang. Tapi kali ini bakal lama. Seminggu di Palembang, dua minggu di Bandung, Sayang." jelas Tari, perhatiannya masih sibuk dengan seluruh barang-barang nya. "Kamu dirumah baik-baik ya, jangan suka telat makan." ucapnya lagi.

Kepalanya kini berputar, menatap Jingga yang tengah menatap sendu manusia kesayangannya itu.

"Sayang," Tari mendekat, menghampiri Jingga seraya mengelus rambut gadis kecilnya. "Jangan sedih, nanti Mamah transfer uang jajan kamu, ya. Kamu tau mamah kerja keras gini buat siapa, kan?"

Jingga menunduk, menggigit kuat-kuat bibirnya. Ia tahu, ia sangat tahu bahwa Tari sudah menjadi seseorang yang sangat ingin hidup Jingga terpenuhi. Nyatanya, menggantikan sosok ayah tentu tidak mudah bagi Tari. Dan Jingga tahu itu.

Jingga harus mengerti, kesibukan sang Bunda tentu untuk kebaikannya. Jingga tidak masalah, Jingga faham. Jingga tahu Tari sudah berbuat banyak selama ini. Jingga tidak keberatan dengan pekerjaan sang Bunda.

Hanya saja,

Jingga kesepian.

"Mamah hati-hati juga, Jingga gak mau mamah sakit." Jingga memeluk kuat Tari. Membenamkan wajahnya pada ceruk hangat leher Tari.

"Pasti, sayang."


●◆●◆●


"Hape gue mana, sih?!"

Tarikan kasar pada selimut bercorak kotak-kotak tengah jari berkuku lentik itu lakukan. Bahkan bibir yang tadi sempat maju karena sedih ditinggal sang Bunda kini terus berdecak kesal.

Kaki berlapis sendal berbulu tebal itu berjalan menuju meja belajarnya, mengambil tas ransel yang tadi ia bawa kesekolah. Membuka nya-- Ralat, mengacak isinya untuk mencari benda pipih bercase ungu tua kesayangannya.

"Mana sih, elaaaah,"

Jingga berkacak pinggang, menatap kesal meja belajarnya yang sudah hancur balau.

Otaknya mencoba mengingat kejadian disekolah, mengingat kembali tempat-tempat dimana ia membawa ponselnya.

"Bentar--" Jingga membuka resleting tas depannya, melihat sesuatu yang juga tidak ada disana.

"Gue masuk kelas, terus duduk. Masih gue pegang tuh," ujar Jingga mengingat-ngingat.

"Terus gue kekantin sama Zahra, masih gue pegang juga, kan? Abis itu Zahra pergi sama Ocha, terus gue denger musik. Abis itu gue keruang mus--- EH ANJIR!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FAKBOY PENSIUN ( on - going ) Where stories live. Discover now