28: Kekkei Genkai #Bandit

2.4K 473 21
                                    

Tinggalkan jejak, makasih;'

***

(Y/n) POV

"Apa kau gila, Maiko-san?" Aku bertanya dengan sinis dan sedikit kesal pada Maiko-san.

"Aku akan ikut! Bagaimanapun aku harus bisa membawa suami ku pulang." Dia menjawab dengan serius dan yakin.

Hal itu membuat aku sedikit berkedut lalu bersedekap dada dan menyandarkan punggungku di dinding dan menatap Maiko-san dengan malas.

"Sebelumnya aku sangat berterimakasih karena kau sudah memberikan ku informasi-"

"Tapi kau sudah bilang pada ku kalau kau akan membantu ku!"

Dia memotong perkataan ku dengan nada suara yang sedikit meninggi. Aku berdecak lalu menatap nya tajam, kenapa wanita ini sangat memaksa, sih?

"Aku memang akan membantu mu. Tetapi aku tidak akan membawa mu! Itu akan merepotkan dan mengerikan jika mengingat kondisi mu yang sedang mengandung. Kau tidak tau kalau dunia ninja itu keras dan sadis, Maiko-san." Aku berujar dengan nada yang tegas.

Bagaimanapun aku memang tidak bisa pergi bersamanya. Itu hanya akan menjadi beban bagiku. Sementara itu, setelah ini semua aku akan segera ke perbatasan desa Kiri untuk tetap menjalankan misi ku. Setelah sebagian informasi berhasil ku kumpulkan, maka baru aku pulang ke Konoha.

Ketua dari para bandit itu adalah ninja Kekei Genkai dan itu di luar kemampuan ku. Aku tidak mau mati konyol, aku masih ingin hidup dan aku mencintai diri ku sendiri.

"Aku mohon, bawa aku bersama mu. Aku berjanji tidak akan merepotkan mu. Terlebih, kau akan sangat membutuhkan arahan ku untuk menggunakan jutsu yang baru saja ku beri tahu."

Cih, apa dia meragukan ku?

"Aku tau kalau aku belum pernah menggunakan elemen Raiton dan tidak menguasai nya. Karena selama ini aku hanya menggunakan Katon dan Futon. Tetapi aku yakin, aku masih bisa melakukan Raiton sendirian," sahut ku.

Kemudian aku berdiri dan sedikit menguap. Entah sudah berapa lama aku berdiskusi dengan Maiko-san. Aku kembali menatapnya dan dia terlihat seperti ... putus asa mungkin?

"Jika kau tidak mau membawa ku, maka aku akan membunuh anak yang aku kandung ini!" Dia mengancam ku dan kemudian dia berdiri dan berjalan ke arah dapurnya.

Kening ku berkerut, apa dia serius melakukan ancamannya? Tak lama Maiko-san kembali dengan sembilah pisau dapur yang terlihat mengkilap saat terkena pantulan cahaya lampu. Kedua mata ku terbelak saat melihat Maiko-san mengarahkan pisau itu ke arah perutnya.

Apa yang harus aku lakukan?!

Beberapa detik kemudian aku tersadar. Aku menghela nafas lalu menetralisir ekspresi kaget ku menjadi ekspresi datar. Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana ku dan mengangkat alis sebelah kanan ku.

"Jika kau melakukan itu, maka kau akan mati bersama anak mu dan itu tidak berpengaruh pada ku," ujar ku. Baiklah, kalimat ku yang satu ini terkesan seperti tidak memiliki hati. Tetapi, aku tidak boleh termakan oleh ancaman Maiko-san.

"Lagi pula, jika kau mau membunuh anak yang kau kandung, maka kau tidak ada bedanya dengan suami mu itu, Maiko-san. Jika kau bisa berpikir jernih, maka kau akan menuruti keputusan ku untuk menetap di desa ini dan biarkan aku saja yang mengurus nya. Jika pun suatu saat suami mu tertangkap, maka kau dan suami mu itu tidak akan bisa bertemu karena dia otomatis akan di penjara dengan hukum yang ada," jelas ku.

Ku lihat tangan Maiko-san bergetar dan akhirnya pisau itu terjatuh di atas lantai. Aku tersenyum tipis dan menghampiri Maiko-san. Sebelum itu, aku sudah menyingkirkan pisau tajam itu jauh-jauh dari kami berdua. Aku takut sewaktu-waktu Maiko-san malah menusuk perut ku. Ah, itu sama saja seperti aku mati konyol.

𝐖𝐀𝐓𝐀𝐒𝐇𝐈 𝐍𝐎 𝐌𝐎𝐍𝐎𝐆𝐀𝐓𝐀𝐑𝐈 || Naruto Various ✔︎Where stories live. Discover now