Sejak beberapa jam lalu, ia sudah tidak sabar ingin menemui bayinya. Meski masih di dalam perut bayinya, tapi bagi Rafael sama saja, seolah bayi itu sudah berwujud nyata.

"Selamat malam," ucap Rafael, tersenyum singkat.

"Memberikan ucapan untuk si bayi lagi?" sindir Queen. Gadis itu duduk bersandar di kepala ranjang—posisi ternyaman sejak pagi ketika ia bersantai di kamarnya. Telapak tangan kanannya berada di pipi.

 Telapak tangan kanannya berada di pipi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Selamat malam, ibu dari anakku." Rafael menekankan kalimatnya. Tidak ada salahnya memberikan ucapan itu sebagai tanda Rafael menghargai Queen karena sudah mengandung anaknya.

Rafael mendesah, tidak tega melihat wajah lesu Queen. Wajah dan bibir gadis itu terlihat pucat, rambutnya tidak serapi hari-hari biasa. Lalu, kelopak matanya masih sedikit bengkak efek terlalu banyak menangis. Meski begitu, Queen tetap terlihat cantik.

"Katakan apa yang ingin Anda katakan, lalu tinggalkan kamar saya."

"Ada banyak yang ingin aku bicarakan. Tapi sebelumnya, boleh aku menyapa bayiku dulu?" Rafael melemparkan jas hitamnya ke kursi, lalu melonggarkan dasi dan tanpa izin naik ke atas ranjang.

"Anda bisa duduk di kursi, tidak perlu ke—"

"Selamat malam, Baby." Rafael merunduk dan mengecup perut Queen. "Malam ini Papa akan menemanimu tidur lagi. Papa menyayangimu."

Queen tersenyum sinis. "Sulit dipercaya, pria brengsek seperti Anda bisa bersikap manis seperti ini. Sedang memasang perangkap lagi?"

"Jangan berprasangka buruk."

"Bagaimana tidak berprasangka buruk, baru dua hari yang lalu Anda mengancam saya untuk memastikan bayi yang saya kandung bukan anak Anda."

Rafael mendengus. "Harusnya kau bersyukur karena aku berubah pikiran."

"Secepat itu?"

"Nasehat Papa yang membukakan mata hatiku. Lalu, saat melihatmu dan menyadari ada bayiku yang sedang tumbuh di dalam sana, aku bahagia."

"Lalu bagaimana dengan Selly?"

Rafael mengacak rambut frustrasi. Pertanyaan yang sulit dijawab. "Selly hanya sebatas wanita yang singgah dalam hidupku. Aku memang mencintainya, tapi ada yang lebih pantas mendapatkan cintaku. Anakku, darah dagingku."

"Sulit dipercaya. Anda mampu meninggalkan orang yang Anda cintai? Maaf, Tuan. Saya meragukan pernikahan ini."

"Apa yang membuatmu ragu? Kalau tidak percaya, aku akan menelepon Papa. Papa bahkan sudah membicarakan ini dengan Mama mertua."

"Saya takut ketika kita sudah menikah nanti, tetapi Anda tidak bisa melepas Selly."

Rafael tertawa, ketakutan Queen cukup masuk akal. "Aku bersumpah tidak akan membawa masuk wanita lain ke dalam pernikahanku. Aku tidak ingin membuat anakku menderita. Apa yang pernah terjadi padaku, aku pastikan tidak akan pernah terjadi pada anakku."

TrappedWhere stories live. Discover now