Part 13

12.3K 1.7K 350
                                    

Rafael kecil berdiri mematung di ujung tangga. Untuk kesekian kali, ia menyaksikan ayah dan ibunya bertengkar. Pertengkaran yang lebih hebat dari sebelumnya. Baru kali ini Rafael melihat ibunya berteriak histeris sembari menampar Nona Elma. Ya, Nona Elma dengan perutnya yang sudah membesar.

Rafael tidak tahu apa yang mereka ributkan. Hanya saja, sepertinya bayi di dalam perut Nona Elma lah yang membuat mereka bertiga bertengkar hebat. Tetapi kenapa? Apa yang salah dengan bayi itu?

"Aku tidak ingin bayi itu terlahir ke dunia!" Mama menunjuk perut Nona Elma. "Aku tidak akan pernah percaya jika dia anak Alexander!"

"Dia anakku!"

Rahang Rafael gemetar. Bayi di dalam perut Nona Elma adalah anak Papa? Artinya Rafael akan memiliki adik? Rafael juga akan memiliki ibu baru selain Mama? Tidak, Rafael hanya sayang Mama. Dia tidak ingin memiliki ibu lagi selain Mama. Bagaimana mungkin Nona Elma dan bayinya tega merebut Papa dari Rafael?

"Pergi! Aku tidak ingin melihat wanita ini menginjakkan kaki di lantai rumah kita!" Mama kembali berteriak histeris. Ia mencoba mendorong Nona Elma, tetapi Papa lebih gesit menarik lengan Mama. Hingga Mama terhuyung dan kepalanya membentur dinding.

"Mama!" Rafael refleks berseru, lantas tergesa-gesa berlari menuruni tangga dan menghampiri Mama. "Papa jahat!"

Rafael memeluk Mama erat-erat, sementara tatapannya mengarah pada Papa. Seharusnya Papa meminta maaf karena telah berbuat kasar pada Mama, tapi kenyataannya Papa justru mengabaikan Rafael. Papa menggandeng tangan Nona Elma dan pergi bersamanya.

Kenapa Papa berubah sejak mengenal Nona Elma? Papa yang selalu mengajarkan Rafael untuk menyayangi Mama dan jangan pernah menyakiti Mama. Tapi kenyataannya justru Papa tega membuat Mama terluka. Dahi Mama tergores dinding, setitik darah mulai muncul di permukaan kulitnya.

"Mama, apa ini sakit?" tanya Rafael.

"Tidak apa-apa, Sayang. Mama baik-baik saja."

Saat itu, Rafael menganggap jika Mama benar-benar baik-baik saja. Tetapi, seiring berjalannya waktu dan Rafael tumbuh semakin dewasa, ia mulai tahu. Bahwa jika seorang wanita berkata 'baik-baik saja', sebenarnya dia sedang menyimpan rasa sakit, jauh di dalam hatinya.

***

"Aku ingin memberikan jawaban atas ungkapan cintamu waktu itu." Queen berujar dengan mantap. Tatapannya tertuju pada bayangan bulan sabit di dasar kolam renang.

Malam itu, Queen nekat mendatangi Joshua di rumahnya. Bukan apa-apa, ia hanya ingin menyelesaikan semuanya. Seharusnya mereka bisa membicarakan ini di telepon, tetapi Queen lebih memilih untuk bertatap muka. Ah, anggaplah merayakan perpisahan dengan bermain musik bersama menggunakan piano kesayangan Joshua.

"Tidak perlu terburu-buru, Queen. Aku siap menunggunya, lagipula aku masih memiliki waktu beberapa minggu di sini. Aku−"

"Aku tidak bisa menerima cintamu, dan aku tidak ingin bertemu denganmu lagi," potong Queen.

"Kau bercanda? Oke, aku bisa memahami kalau kau tidak bisa menerima cintaku. Tapi bagaimana mungkin kau tidak ingin bertemu denganku lagi? Kita teman dekat, Queen. Haruskah perasaan cintaku menghancurkan persahabatan kita?"

"Mengertilah, Jo! Aku memiliki alasan yang membuat kita ... tidak mungkin bisa bertemu lagi."

"Alasan apa? Jika aku berbuat salah padamu, katakan agar aku bisa memperbaikinya."

"Tidak ada yang salah denganmu. Tapi aku mohon, aku memiliki alasan yang tidak mungkin aku katakan padamu. Ini privasiku, Jo."

Joshua mengacak rambutnya, tidak bisa mengerti jalan pikiran Queen. Entah apa yang membuat Queen malam ini terlihat berbeda. Queen begitu tertutup, dan sejak kapan gadis itu menyembunyikan rahasia? Selama ini mereka berteman dekat, hampir tidak ada rahasia di antara mereka.

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang