Love is hurt 14

167 38 14
                                    

Aderin keluar dari toko rotinya bersama Justin, anaknya. Hari Minggu, biasanya ia tidak libur, tapi untuk hari ini ia akan libur dahulu, terlebih lagi Justin juga libur sekolah.

Aderin berniat ingin mengunjungi kakaknya, ia akan memberi sebuah kebenaran tentang kakaknya dan juga dirinya. Saat itu, ketika ia berkunjung ke rumah kakaknya, ia melihat kakaknya sedang bersama suaminya, terlihat seperti pasangan yang sangat harmonis.

Aderin datang pagi-pagi, agar ia tidak bertemu suami kakaknya, sebenarnya Aderin sering ke rumah kakaknya saat siang hari, tapi suami kakaknya itu terlihat ada di rumah, jadi Aderin tak jadi masuk ke rumah kakaknya dan memilih pergi.

Aderin dan Justin sudah sampai di depan rumah Sena, tapi anehnya, pintu rumah itu terbuka.

Aderin mendengar suara keributan di dalam sana, ia langsung berlari, meninggalkan Justin di belakangnya, ia rasa kakaknya tengah berada di dalam bahaya.

Belum sampai di tempat kakaknya berada, Aderin mendengar suara seseorang jatuh ke dalam kolam, Aderin mempercepat lagi langkahnya.

Aderin melihat kakaknya ada di dalam kolam, di sana ada seorang perempuan yang tengah terduduk lemas, tapi Aderin tak memikirkan itu, ia langsung menceburkan diri ke dalam kolam, kakaknya bisa tenggelam kalau ia tidak datang menyelamatkannya.

Justin tiba di dekat kolam, melihat ibunya masuk ke dalam kolam.

"Bunda!"

••••••

Sean kembali lagi ke rumah, niatnya ingin bekerja, tapi ia urungkan, rasa malas sedang mendominasi dirinya untuk saat ini.

Sean turun dari mobilnya, pertanyaan memenuhi kepalanya ketika melihat Mina sedang membuka pintu depan rumah.

Kenapa ia baru datang? Tak biasanya ia datang terlalu siang seperti ini. Pikir Sean.

Sean menghampiri Mina, yang membuat Mina berhenti melangkah.

"Kenapa baru datang?"

"Tadi saya ada kelas pagi tuan, jadi saya terlambat ke sini."

Sean mengangguk memakluminya, ia berjalan menuju kamarnya, mencari keberadaan Sena, Sena tak ada di ranjang.

Sean membuka pintu kamar mandi, Sena juga tak ada di sana.

Sean berlari menuju ke belakang ketika mendengar teriakan Mina.

Sean mantap Mina yang berdiri dengan gemetar, matanya memerah. Sean melihat arah yang ditunjuk oleh jari Mina, Sean membelalakkan matanya.

Di sana, ada sandal yang Sena pakai tengah mengapung di atas beningnya air kolam, Sean langsung masuk ke dalam kolam mencari-cari Sena di dalam kolam itu.

Sean berenang mengelilingi kolam, ia sudah lelah, Sena tak ada di dalam kolam ini. Ia terengah-engah nafasnya terengah-engah.

Sean mengusap wajahnya kasar, ia tak berhasil menemukan Sena.

"Kamu sudah mencari Sena di seluruh bagian rumah ini?" Tanya Sean ketika Mina memberikannya handuk.

"Sudah, Tuan. Saya sudah dari lantas atas juga, tapi kak Sena tidak ada."

Sean langsung berlari mengambil ponselnya yang ada di mobil untuk menelfon sang mama.

"Ma! Sena ada di rumah mama nggak?" Tanya Sean.

"Tidak, Sena nggak di rumah mama."

Sean langsung menutup telepon dengan mamanya.

"Mina!"

Mina mendekati Sean yang ada di ruang tamu.

"Kamu cari Sena di dekat sini, saya ganti baju dulu, nanti saya susul kamu."

Mina mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah besar itu.

•••••

Waktu terus berlalu, sudah dua hari ini Sean terus mengurung dirinya di rumah, pekerjaan kantor ia percayakan semua kepada Jeffrey, kini ia sedang tak bersemangat hidup, tak ada niatan ingin mencari Sena, ia berpikir kalau ia di rumah terus, Sena akan pulang, tapi nyatanya tidak.

Ajakan Airin untuk bertemu pun ia tolak terus menerus, hingga ia tau bahwa Airin keguguran karena depresi, tapi mungkin karena ia tak mau bertemu dengan Airin, wanita itu bisa keguguran, sungguh aneh dan dengan adanya berita bahwa Airin keguguran, Sean sudah tak punya tanggung jawab atas perempuan itu, Sean malah bersyukur, hujat saja Sean, ia memang laki-laki brengsek.

Hari ini, Sean memutuskan untuk keluar rumah, ia ingin pergi ke suatu tempat ketika ia pernah melihat orang yang begitu mirip dengan Sena.

Sean mengendarai mobilnya dengan pelan, ia sedang tak ada semangat untuk mengendarai mobil, kalau bisa ia ingin jalan kaki, tapi jarak tempat itu dari rumahnya sangat jauh.

Setelah sampai, Sean turun dari mobilnya, duduk di bangku pinggir jalan, bangku itu berseberangan dengan toko roti JRIN's Cake, ia baru paham, ternyata ada toko roti bernama seperti itu di sini.

Sean menyebrang jalan, berniat ingin mengunjungi toko itu, saat di pintu masuk, Sean berpapasan dengan orang itu lagi, orang yang mirip dengan Sena, bedanya, sekarang wanita itu menggenggam tangan anak kecil, Sean langsung menatap anak itu.

Perempuan yang mirip Sena itu langsung menarik anak kecil itu, Sean mencekal tangan perempuan yang mirip Sena dengan erat.

Perempuan itu menghempaskan tangan Sean dengan kasar, Sean bertanya-tanya, kenapa perempuan itu seakan-akan menghindarinya?

"Sena?"

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Sean, perempuan beserta anak kecil itu menjauhi Sean dengan langkah tergesanya.

Apa salah Sean? Kenapa perempuan itu menamparnya?

-End-































Eh enggak dong, bercanda, masa end sih, kayaknya ceritanya masih panjang. Bye-bye, author tinggal nulis lagi yaa.

Love is HurtWhere stories live. Discover now