Love is hurt 3

567 60 2
                                    


Sena terperanjat kaget karena teriakan Sean dan tak sengaja Sena menginjak pecahan piring dan gelas itu, Sena meringis pelan, kakinya sungguh perih.

"Berhenti di situ dan jangan bergerak!" Interupsi Sean kepada Sena, Sena hanya mengangguk.

Sean mengambil sapu, membersihkan pecahan tersebut kemudian membuangnya ke sampah menggunakan ekrak plastik.

Sean membopong Sena dan mendudukkannya di kursi ruang makan.

Sean mengobati Sena dengan telaten, sebenarnya dirinya agak kesal, sepulang dari kantor harusnya ia istirahat, tapi kenyataannya malah begini keadaannya.

"Maaf ." Ucap Sena di sela ringisannya ketika Sean selesai mengobatinya.

Setelah mengobati Sena, Sean menyajikan sup jamur untuk Sena.

"Makanlah!" Perintah Sean dengan datarnya.

Sean memberikan sendok kepada Sena dan meletakkan mangkuk yang berisi sup jamur itu tepat di depan Sena.

Sena mulai melahap sup-nya, terdengar suara langkah yang menjauhinya, mungkin Sean akan membersihkan diri.

Sena selesai memakan sup-nya, ia bangkit dari duduknya dengan kaki kirinya yang diperban, dengan langkah pincang, Sena pergi menuju wastafel, ia ingin meletakkan mangkuk kotornya, ia ingin mencoba untuk mencucinya, tidak mungkin ia harus bergantung terus kepada Sean.

Hati Sena senang, akhirnya ia dapat mencuci satu mangkuk, kemudian ia letakkan di pinggir wastafel.

Sena melangkah menuju kamarnya dengan pelan tentu dengan kaki sebelahnya yang pincang.

Rasanya sangat lama sekali hanya untuk menuju kamarnya.

Bruk!

Suara jatuh itu juga diberbarengi dengan suara kaki yang melangkah dengan tergesa-gesa.

Sena jatuh terduduk di lantai, Sena merasa bahwa ada seseorang yang menabraknya.

Terdengar suara deru mobil dan lama-kelamaan suara itu menghilang.

Mungkin itu suara mobil Sean, berarti tadi yang menabrakku adalah Sean, pikir Sena.

Sena mencoba bangkit dengan tangan kirinya bertumpu pada tembok.

Setelah berhasil berdiri, Sena melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Sena membaringkan tubuhnya di ranjang, duduk, tidur, bangun, membaca buku, berguling-guling di atas kasur, tidur lagi, bangun, dan tidur lagi.

Kini sudah menjelang pergantian hari, tapi tak ada tanda-tanda Sean pulang.

Sena mendengarkan musik, handphone canggihnya itu selalu menemaninya, sebuah ponsel yang dikhususkan untuk orang sepertinya, dari ponsel inilah ia tau waktu, ponsel ini juga sangat membantu kehidupan Sena.

Sena menguap selebar-lebarnya, ia mengantuk sekali.

Sena kini sudah mantap akan tidur, semoga esok hari Sean sudah pulang.

•••••

Sena mengerjapkan matanya, ada seseorang yang membangunkannya dengan menepuk pipinya berkali-kali.

"Wah! Terimakasih Tuhan, kupikir kak Sena pingsan."

Sena mengubah posisinya menjadi duduk.

"Mina?"

"Iya kak, aku ada di samping kakak." Mina menanggapi panggilan Sena.

"Aku pikir kak Sena pingsan, karena sedari tadi kakak tidak bangun padahal sudah kubangunkan dengan segala cara." Kata Mina.

Love is HurtWhere stories live. Discover now