Queen sukses mengabaikan Rafael, tetapi sayangnya Nara justru sebaliknya. Menyadari kehadiran Rafael, Nara terlihat antusias. Ah ya, selama ini Nara tidak tahu jika hubungan Queen dan Rafael sudah berakhir menyedihkan. Queen menutupi apa yang telah terjadi dengannya, termasuk hubungan satu malam itu.

"Astaga, Tuan Rafael! Bagaimana kabar Anda? Lama tidak melihat Anda di toko kue."

Rafael tersenyum kikuk. Tidak nyaman melihat kehadiran Queen, takut jika gadis itu membongkar kebenaran di depan Selly. "Belakangan ini aku sibuk mengurus perusahaan di luar kota. Kau suka makan di tempat ini juga?"

"Sebelumnya tidak pernah. Tapi entah ada angin apa, malam ini Queen memaksa saya makan sushi di sini. Seperti orang yang sedang mengidam saja." Nara tertawa, lantas meringis saat Queen menyikut rusuknya.

"Mengidam?" Rafael hampir saja tersedak ikan salmon yang meluncur ke tenggorokannya.

"Saya bercanda, Tuan. Mana mungkin Queen hamil, bersentuhan dengan lelaki saja tidak pernah." Lagi-lagi Nara tertawa, tatapannya beralih pada Selly. "Wanita ini-"

"Aku Selly, tunangan Rafael."

"Tunangan?" Nara melongo, sementara Queen bergegas menarik lengannya agar sengaja menjauh dari sana.

"Maaf, kami sibuk dan harus segera kembali ke toko." Queen mengangguk singkat pada Rafael dan Selly, untuk kemudian menyeret Nara.

Nara bersungut-sungut, menganggap jika Queen tidak sopan pada Rafael. Lagipula Nara juga penasaran pada sosok Selly. Astaga, Nara sama sekali tidak menyangka jika Rafael sudah memiliki tunangan. Inikah yang menyebabkan lelaki itu tidak pernah menemui Queen lagi? Ah, pantas saja Queen selalu terlihat murung, pasti karena patah hati.

"Queen, kenapa tidak pernah cerita tentang ini? Bukankah selama ini kita selalu berbagi? Sekarang kau patah hati dan kau diam saja?" protes Nara sembari merangkul pinggang Queen.

"Patah hati apanya, aku baik-baik saja. Sudah kubilang sejak awal bukan, pria seperti Tuan Rafael tidak menyukai gadis polos. Kau lihat bagaimana penampilan tunangannya, high class."

"Lalu untuk apa waktu itu dia mendekatimu?"

"Sudahlah, Ra. Itu tidak penting lagi."

Nara menarik lengan Queen, menghentikan langkah gadis itu. "Tatap mataku, Queen. Apa yang terjadi pada malam itu? Kau tidak pulang ke rumah."

"Sudah kubilang, aku bertemu teman lama dan berbincang sampai pagi. Sedangkan Tuan Rafael pulang ke rumahnya."

"Lalu kenapa sekarang kau terlihat menghindari Tuan Rafael?"

"Memangnya aku harus apa? Dia sudah punya tunangan dan artinya aku harus jaga jarak."

"Sekali lagi, aku bertanya. Benar kau tidak melakukan apa pun dengan Tuan Rafael?"

"Serius, Ra. Malam itu kami hanya makan malam."

Nara menghela napas lega. "Syukurlah kalau begitu. Aku cemas kalau-kalau perubahanmu belakangan ini karena kau hamil. Oke, ayo kita pulang."

Mereka melanjutkan langkah. Queen menggigit bibirnya, kalimat Nara baru saja sukses membuatnya khawatir. Hamil. Ia tidak mungkin hamil, bukan? Ia hanya melakukannya satu malam dengan Rafael. Tidak mungkin jika benih pria itu berhasil tumbuh di rahim Queen.

Queen mencoba menghibur diri. Menurut cerita ibunya, Queen terlahir di usia pernikahan orang tuanya yang ke delapan. Jadi, tidak mungkin Queen hamil jika ia hanya tidur satu malam dengan Rafael. Tolonglah, itu tidak mungkin terjadi!

Queen meraih ponsel dari tas dan memeriksa kalender. Dahinya berkerut, ia sudah terlambat datang bulan selama satu minggu. Ya Tuhan, bagaimana ini? Apa yang harus ia katakan pada ibunya? Dan ia harus meminta pertanggungjawaban pada siapa?

Rafael tidak mungkin mau bertanggung jawab. Lelaki itu sudah memiliki tunangan yang sepertinya sangat dicintainya. Mustahil jika Rafael rela meninggalkan tunangannya hanya untuk wanita yang singgah satu malam dalam hidupnya.

"Sepertinya aku tidak asing dengan wajah Selly. Mungkin aku pernah bertemu di suatu tempat. Entahlah," ucap Nara lagi.

***

Sepulang dari restoran, Queen pulang ke apartemen Nara. Ia sedang membutuhkan teman untuk berbagi cerita. Bukan cerita tentang Rafael, melainkan apa pun, setidaknya Queen bisa menyingkirkan Rafael dari benaknya.

Saat mereka lelah berbincang hingga Nara tertidur, diam-diam Queen menyelinap keluar, turun menuju minimarket di lantai bawah. Ada sesuatu yang harus ia beli, dan Nara tidak boleh tahu. Queen membutuhkan test pack.

Queen hampir mendapatkan benda yang dibutuhkannya, tetapi ia tertegun saat merogoh saku celananya. Tidak ada uang di sana, dan ia juga lupa membawa dompet akibat terlalu terburu-buru.

"Maaf, aku lupa membawa uang. Bisa tolong dicancel dulu?" tanya Queen.

Sebelum kasir menjawab, seorang pelanggan lain menyela sembari meletakkan dua kaleng minuman soda di meja kasir. "Biar aku yang membayarnya."

Queen menoleh, ia hampir mati berdiri saat menemukan siapa lelaki yang berniat membayarkan barang belanjaannya. Ya, tubuh tinggi tegap Rafael berdiri di samping Queen, masih mengenakan pakaian yang sama dengan saat mereka bertemu di restoran. Bedanya, kali ini tanpa Selly.

Queen menahan napas. Apa Rafael menguntitnya?

"Selly tinggal di apartemen sini," ucap Rafael seolah tahu apa isi kepala Queen. "Milikmu."

Queen meraih test pack yang disodorkan Rafael, dan bergegas pergi sebelum pria itu mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Apa Rafael juga memiliki kegelisahan yang sama dengan Queen. Pertanyaan itupun terjawab saat tiba-tiba Rafael menarik lengan Queen dan membawa tubuh gadis itu lebih dekat padanya.

Queen mendongak. Aroma musk yang menguar dari tubuh Rafael, mengingatkannya pada malam panas itu lagi. Tolong, sampai kapan semuanya akan seperti ini? Ia ingin berhenti mencintai Rafael dan mengenyahkan bayangan itu sejauh-jauhnya.

"Listen to me," desis Rafael dengan suara lirih. Tatapan tajamnya menghunjam tepat ke mata sayu Queen. "Jika kau positif hamil, pastikan itu bukan bayiku."

Queen menggigit bibirnya, terluka oleh ucapan Rafael. "Anda pikir saya sudi mengandung benih dari lelaki brengsek seperti Anda?"

"Bagus! Kau harus mengingat-ingat dengan siapa saja kau tidur dalam waktu sebulan ini." Rafael mengempaskan tangan Queen hingga gadis itu terjajar ke belakang. Lantas, lelaki itu pun pergi meninggalkan Queen.

Mata Queen berkaca-kaca. Bahkan sebelum tahu apakah Queen benar hamil atau tidak, Rafael sudah dengan tegas menolak jika dialah satu-satunya lelaki yang menitipkan benih di rahim gadis itu.

***

To be Continued
16-09-2020

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang