“Oke, makasih dan maaf juga,” ujar Lisa dengan kelegaan. Walau sebenarnya dadanya mendesir sakit.
Jimin yang masih diam melihat dua orang itu mengernyit, memandang Lisa yang berdiri dan tampak akan pergi.
“Lah? Maksudnya gimana, anjir? Ini festival dua bulan lagi ... eh kurang dari dua bulan anjir!” cetus Jimin.
Lisa mengedikkan bahu. “Pasti ada anak yang bisa diajak buat dance dalam waktu yang mepet gini. Gue mau fokus UAS entar.”
Jimin membelalak, ia menggeleng ingin protes. Masalahnya semua anak cewek anggota tari itu ditolak mentah Taeyong. Namun belum sempat ia bersuara, Taeyong sudah lebih dulu bangkit, melotot menatap pada Lisa.
“Eh bentar! Maksud gue bukan gitu!” Taeyong berseru, namun detik kemudian menghela napas ketika melihat Lisa melotot kaget. Dia nggak bermaksud membuat Lisa takut atau apa.
“Lisa, duduk dulu sini,” ujarnya sembari menepuk lantai tempat di mana Lisa duduk tadi.
Tentu saja, Lisa menurut karena melihat wajah keras yang ditampilkan Taeyong.
“Maksud gue, gerakan tadi nggak dipake, hari ini juga cukup sampe disini dulu—”
“Sampe disini apaan, anjir, lo pada belum ada koreografi fix, waktu juga mepet!” protes Jimin, namun tidak digubris Taeyong.
“Besok kita latihan lagi dan gue mau liat koreografi yang sudah lo pikirin sebelumnya, kita runding lagi besok.”
“Heh, Yong, denger ya. Waktu mepet anjim, gimana sih?!” seru Jimin lagi, kini merasa kesal dan kembali menoleh pada Lisa. “Kalo lo nggak setuju sama gerakan tadi, unjukin sekarang gerakan lo.”
Lisa yang langsung ditembak begitu oleh Jimin mengerjap dan gugup. Ia tergagap ingin bersuara melihat pada Jimin yang sebelumnya diam santai kini menatapnya menuntut.
“Jim, udah deh, santai aja dulu,” ucap Taeyong namun tak digubris Jimin, yang akhirnya membuat Taeyong kesal.
“Santai apaan? Beneran buta waktu lo?” sanggah Jimin.
Taeyong menghela napas, merunduk sesaat hingga akhirnya menatap Jimin tajam.
Sudah cukup hari ini, hari yang ternyata membuatnya lelah. Kuliah, tugas, tari untuk festival, lalu Ayuna— yang baru saja ia lihat balasan chatnya— menolak ajakannya bertemu karena sibuk hang out sama temen-temen sepergeng-annya.
Taeyong kesal, rasanya ingin meledak saja.
“Jim, lo urus solo dance lo, ini urusan gue,” ujar Taeyong pada akhirnya membungkam Jimin.
Taeyong tahu Jimin akan tersinggung, padahal sebelumnya ia meminta bantuan Jimin. Tanpa sepatah kata, dengan wajah terkejut juga wajah kesal yang ditampilkan setelahnya, Jimin memilih bangkit. Mengambil jaket dan tas di sofa dekatnya. Kemudian tanpa sepatah kata melenggang pergi dari sana.
Sementara itu, melihat sedikit drama yang terjadi. Lisa termangu di tempatnya, menatap kepergian Jimin dan Taeyong bergantian. Ia merasa bersalah seketika. Karenanya, Jimin dan Taeyong bertengkar.
Ini bukan niat Lisa. Tapi malah seperti ini.
Lagipula, memang Lisanya saja yang terlalu overthink. Ia sudah tau, festival ini pasti penting untuk Taeyong, maka dari itu Taeyong tampak berhati-hati juga ingin tampak terlihat sempurna. Walau ia masih belum mengetahui alasan sebenarnya Taeyong memilihnya.
Tapi Lisa, justru malah terbelit oleh perasaannya sendiri. Karena memang begitu susah mengendalikan perasaan menggebunya. Sudah tahu milik orang, tetapi malah berharap bisa merebutnya dari orang lain, memilikinya dan mengikatnya. Padahal Lisa harusnya mampu mengendalikan perasaanya, dengan terus menanamkan kalimat; kalau ini hanya menari bersama.
YOU ARE READING
Another Us || Yonglisa
FanfictionHi, ini Eri. Kali ini Eri akan membawakan kumpulan kisah pendek dari dua manusia favorit Eri, Lee Taeyong dan Lalisa Manoban. I hope you guys enjoy it💕 ⚠⚠⚠ ▪ 13+ ▪ Harsh words. ▪ The contents are really cringe and random. ▪ Some stories have differ...
💌secret admirer (8)💌
Start from the beginning
