Lisa melotot, memandang terkejut pada Taeyong juga Jimin. Ia seketika lupa dengan kejaiman yang ia jaga sejak tadi.
“Serius gerakan tadi?!”
“Iya, kenapa?” jawab Taeyong santai sembari kembali memakan semangkanya. Walau ia masih terkejut, karena cewek kalem di depannya ini berkata-kata manis.
“Lo sadar itu intim banget?! M-maksud gue, itu terlalu dekat banget!” ujar Lisa, masih belum sadar kalo dia sekarang ini ngegas di depan doi.
“Ya terus?” sewot Taeyong, “Lagipula intiman mana sama video yang gue tunjukin kemarin?”
Lisa terdiam sesaat, mengingat lagi. Ya iya sih, intiman gerakan dance yang ditunjuk Taeyong semalam. Walau itu cuman contoh, tapi itu terlalu dekat. Lisa pasti tidak kuat.
Tapi kalau gerakan yang tadi dicontohkan Jimin dan Taeyong, walau enggak selalu menempel sepanjang musik. Tetap aja, bakalan berefek untuk jiwa yang mudah ambyar.
Anjing, batin Lisa.
Lisa sampe nggak sadar udah berapa kali dia mengumpat.
“Emang itu nggak bisa diganti? Gue ada kok gerakan yang lebih masuk akal.”
Taeyong menghela napasnya keras. “Gerakan tadi juga masuk akal, cocok dengan konsep yang udah kita sepakati. Lagian ...,” Taeyong menatap Lisa lekat, “Lo kenapa sih? Benci sama gue jadi gak mau disentuh sama gue?”
Lisa terdiam. Nggak bisa berkutik lagi. Tetapi dalam hati meronta, mengelak, karena dia nggak seperti yang dibilang Taeyong.
Gue tuh suka sama lo. Suka! Tapi ini tuh nggak baik banget buat gue, batin Lisa. Meronta-ronta ingin segera direalisasikan lewat kata.
Sementara Jimin yang duduk diam sambil makan semangka hanya dapat menatap kedua orang itu. Tanpa bisa berkata-kata, namun ia justru memaki dalam hati.
Ya gimana enggak memaki. Jimin jadi sadar, jadi tahu apa yang terjadi, tapi males bersuara, nanti jadi salah dan malah kena tonjok Taeyong. Perlu diketahui, Jimin enggak seberani atau semena-mena itu sama Taeyong, walau mereka temen deket. Ia juga cukup sadar diri untuk nggak ngurusin perasaan orang lain apalagi hubungan orang lain. Lalu, posisinya di keadaan sekarang ini juga cukup membuatnya kesal, karena dia di tengah-tengah orang yang cukup keras kepala, perlu ada yang jadi penengah, tetapi ia sendiri bingung harus apa.
Yaudah deh, mending makan semangka sama garem aja.
Lisa terus berpikir keras. Bahkan rasanya ingin berdiri dan kabur. Sekali lagi, Lisa memang suka Taeyong, tetapi ia cukup sadar untuk tidak mengambil kesempatan lebih. Sudah berbicara saja Lisa merasa beruntung, apalagi lebih ‘kan?
Nggak, Lisa nggak boleh jadi peparang.
“Gue nggak benci sama lo, gue cuman ... nggak terbiasa aja,” ujar Lisa sembari mengalihkan wajah.
Taeyong mengernyit sesaat sebelum akhirnya menghela napas. Ya bener juga sih apa kata Lisa, gadis itu pasti belum terbiasa, ia juga sebenarnya belum terbiasa joget bareng sama orang yang bahkan belum seminggu kenal. Biasanya ia joget sama anak-anak dance yang emang udah ia kenal semuanya, kecuali Lisa yang baru aja ia lihat ini jogetannya.
Taeyong akhirnya merebahkan diri di lantai bersih itu, sambil mengambil ponsel di saku celana.
“Yaudah,” ucapnya santai, walau sebenarnya ia diam-diam melirik Lisa, ingin tahu respon Lisa.
Lisa mengerjap. “Nggak jadi?”
Taeyong mengangguk. Hal itu membuat Lisa bernapas lega yang akhirnya bangkit.
YOU ARE READING
Another Us || Yonglisa
FanfictionHi, ini Eri. Kali ini Eri akan membawakan kumpulan kisah pendek dari dua manusia favorit Eri, Lee Taeyong dan Lalisa Manoban. I hope you guys enjoy it💕 ⚠⚠⚠ ▪ 13+ ▪ Harsh words. ▪ The contents are really cringe and random. ▪ Some stories have differ...
💌secret admirer (8)💌
Start from the beginning
