1. Tentang Tokoh yang Sama

72 3 0
                                    

2019.

Sepasang kaki yang dibalut sepatu hitam khas milik anak sekolahan itu berjalan santai di sepanjang koridor sekolah barunya. Kali ini rok yang dia gunakan bukan lagi berwarna biru gelap, warna itu sudah selesai dia gunakan digantikan dengan warna abu-abu terang yang panjang hingga sedikit melewati lututnya. Kepala gadis itu tegak membuat siapa saja yang melihat tidak akan tau bahwa disetiap langkah yang dibuatnya itu dipenuhi oleh keraguan dan ketakutan.

Ragu akan tempat baru yang dipilihnya akan menjadi langkah awal yang salah pada masa putih abu-abu nya. Takut jika semua hal-hal mengerikan dikepalanya akan terjadi, takut jika ternyata manusia penghuni sekolah ini akan sama membosankannya dengan sikap mereka selama sekolah online, tidak semenyenangkan teman SMP nya dahulu.

Kaki milik gadis itu berhenti di depan sebuah pintu kaca yang hampir setengahnya tertutupi lambang sekolah swasta yang cukup terkenal di kota ini.

Kening milik gadis itu berkerut saat tidak melihat satupun nama yang dikenalinya di atas kertas yang tertempel dipintu kelas. Seketika kepalanya ingin meledak, membayangkan bahwa dia harus menghabiskan satu tahun lagi tanpa satu orangpun yang dia kenali dikelas membuat kepalanya sakit tiba-tiba.

"Lena!" Merasa namanya di panggil, gadis yang sedang berdiri didepan pintu kelasnya itu memutar kepala, tersenyum tipis saat melihat kedua sahabatnya yang sedang berjalan dengan senyum ceria.

"Kalian berdua sekelas?" Tidak ingin berbasa-basi, Lena hanya ingin terkaan yang menggantung dikepalanya itu terjawab meskipun, di jurusan yang dia ambil hanya ada dua kelas, dan jika kedua sahabatnya tidak berada di kelas yang sama dengan dia, artinya kedua sahabatnya itu sekelas lagi tahun ini.

"Iya, duh sorry banget, gue kira kita bertiga bakal sekelas tahun ini" jawab salah satu dari mereka membuat Lena memaksakan senyumnya seolah mengatakan kepada kedua sahabatnya secara tidak langsung bahwa dia tidak apa padahal, dia ingin sekali memaki-maki kedua sahabatnya saat ini.

"Kalian balik aja sana, gue harus nyari tempat duduk di dalem" Lena kembali membuka suaranya, karena semakin lama mereka bertiga berada di tempat yang sama, maka gadis itu haruslah membalas perkataan kedua sahabatnya dan dirinya sedang tidak berada dalam mood yang baik untuk kegiatan tersebut.

Lena, Eira, dan Sahna, mereka berasal dari sekolah menengah yang sama, dan kembali dipertemukan pada sekolah menengah atas yang sama. Sekolah yang mereka tempati merupakan sekolah yang terkenal di kota bahkan provinsi, hal itu dikarenakan fasilitas sekolah yang diberikan cukup baik, dan juga biaya masuk dan perbulannya yang tidak dapat dibilang sedikit sebab sekolahan tersebut merupakan Sekolah Menengah Kejuruan milik sebuah yayasan yang sangat terkenal.

"Lo bisa duduk di ujung sana, barisan depan udah ada yang isi semua" seorang pria berucap saat melihat Lena yang sedang kebingungan mencari tempat duduk.

"Oke, thanks"
"Siap"

Kening Lena sedikit berkerut sambil berjalan tenang menuju barisan paling belakang. Gadis itu kira dirinya akan mendapat tempat duduk paling depan mengingat kedatangannya cukup terlambat tetapi sepertinya, teman-teman sekelasnya cukup berbaik hati untuk memenuhi barisan depan dan membiarkan yang dirinya duduk di barisan paling belakang. Bel mulai berbunyi nyaring membuat semua siswa di kelas sebelas G mulai berdatangan begitu saja.

Gadis berjam tangan perak itu menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangannya didepan dada. Dugaannya benar, kelasnya hampir dipenuhi oleh sekolompok manusia ambisius yang terlihat menguasai semua mata pelajaran. Tempat duduknya strategis sekali untuk mengamati keseluruhan keadaan kelas, dan menurut Lena hal itu akan mempermudahnya dalam memilah teman seperti apa yang cocok dengannya dan dapat di jadikan tempat bertanya atau berbagi untuk satu tahun kedepan.

Tentang Aku, Manusia, dan InnefableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang