17. Tentang Anggukan Eleena

25 0 0
                                    

2017.

"Gimana sih Han? Gue kan udah sering bilang jangan asal masukin tokoh kalo masalah sejarah gini, make segala udah lo setor lagi itu nama" Liya menceramahi Farhan yang hanya tersenyum lugu disebelahnya, pria itu membuat kesalahan fatal sehingga mengakibatkan Liya meledakkan emosinya begitu saja.

"Bener Ya, gue juga udah ingetin, gue bilang kalo nama itu yang disetor lo pasti bakal marah" Niskala menambah garam pada luka yang Farhan emban membuat Liya semakin gencar menghina teman sebangkunya itu.

Eleena hanya mengamati sambil sesekali menyilang pilihan ganda pada buku soal yang sedang dibukanya.

"Bacot banget sih, diem aja deh, kasihan Farhan tau" Lena bergumam pelan sambil menarik tangan Niskala yang kembali ingin mencuri atensi Liya.

Niskala hanya tersenyum manis menampilkan gigi-gigi rapihnya membuat Eleena ikut tersenyum begitu saja. Rasanya ajaib, pria yang datang terlambat dan kehadirannya menyusahkan Eleena dalam segi apa saja itu berubah menjadi sosok awam yang selalu hadir disetiap harinya, yang namanya selalu disebut, yang tubuhnya selalu Lena gunakan untuk bersembunyi setiap para guru melontarkan pertanyaan ke setiap siswa dan Eleena menyukai perasaan-perasaan ini.

Niskala ternyata sangat hangat dan nyaman. Pria bertubuh tinggi dan besar itu berhasil membuat Eleena terbuka atas setiap jenis pertanyaan yang diberikan untuknya, begitu pula sebaliknya. Niskala juga selalu hanyut dalam setiap pertanyaan yang diajukan Eleena dan perlahan berubah menjadi sebuah percakapan tidak berujung milik mereka berdua.

Niskala mulai sering bertanya siapa yang menjemput Eleena setiap sore, Eleena juga sudah mulai mengenal sang ibu dari teman sebangkunya itu melalui pertukaran-pertukaran cerita mereka di sela waktu jam pelajaran berlangsung.

"Ngomong apaan kemarin Kala?" Tubuh Lena menegang, dia tidak bermaksud mengeluarkan pertanyaan sok asik dan sok kenal seperti itu kepada Niskala, mengingat pria itu bahkan tidak pernah bertukar cerita soal gadis manis bertubuh tinggi yang menggagalkan rencana istirahat bersama mereka semalam.

"Hah? Sama Vinka maksud lo?" Eleena menganggukkan kepalanya sambil terus fokus pada buku berkertas abu-abu di hadapannya.

"Oh, masalah lomba, dia nanya ngapain gue dateng ke hotel Loaf's minggu lalu" jelas Niskala sambil menatap terang-terangan gadis di sebelahnya.

"Lo ikut lomba?"
"Iya"
"Menang ngga?"
"Menang" jawab Niskala.

"Lukisan lo soal apaan emang?" Eleena kembali bertanya, dengan gerak tubuh seolah acuh tak acuh.

"Hmm, kemarin itu diminta lukis apa yang kita pikirin soal cahaya" gadis disebelah Niskala mulai mengalihkan fokusnya.

"Cahaya?" Lena bertanya dengan kening yang berkerut.

"Iya, dan yang ada di otak gue waktu itu cuman kunang-kunang jadi, gue lukis aja kunang-kunang di atas genangan air dalem hutan, gitu deh, padahal gue gak niat-niat banget lomba kemarin, tapi papa gue nyuruh gue ikut" jelas Niskala membuat Eleena mengangguk paham.

"Lo sendiri, ngapain sama Kazi?" Kali ini Niskala yang bertanya, berusaha mengikis rasa penasarannya terhadap kejadian yang lama memenuhi hatinya.

"Perasaan lo tau deh"
"Engga tuh"
"Kazi minta ajarin gue materi bahasa inggris yang dia ketinggalan" Kala mengangguk paham.

"Perasaan itu orang jenius deh, kenapa jadi tiba-tiba minta ajarin?" Eleena tersenyum geli.

"Jenius juga punya kekurangan Kala" balas Lena hingga sang pemilik nama tersenyum menunjukkan barisan gigi rapihnya.

"Lo suka sama Kazi Na?" Eleena menghilangkan senyum di wajahnya.

Kenapa tiba-tiba semua orang menanyakan perihal perasaannya terhadap Kazi? Tidak Farhan, tidak Liya dan juga Niskala.

"Kenapa jadi nanyain itu semua sih?" Eleena memekik pelan merasa frustasi.

"Gue cuman nanya" balas Kala.
"Aduh, iya deh, gue suka sama dia, abisnya keren kalo cowok pinter misterius gitu" Eleena menjawab dengan cepat.

Niskala diam, begitu juga dengan Liya dan Farhan yang tidak sengaja mereka dengar. Pria yang duduk disebelah Eleena itu seketika kebingungan dengan perasaannya yang gundah begitu saja. Dia tidak mengharapkan jawaban seperti ini keluar dari mulut Lena, dirinya tidak berharap Eleena akan menjabarkan alasan mengapa gadis itu menyukai Kazi. Jawaban Eleena melesat jauh dari apa yang diperkirakan Niskala.

"Kan gue bilang apa" ucap Farhan membuat Liya mengangguk setuju.

"Mau gue bantu gak?" Lanjut Farhan membuat Eleena memutar bola matanya malas.

"Gak, kalo lo yang bantu satu dunia tau gue suka sama dia" Liya mengangguk setuju.

"Udah yakin sama perasaan lo ternyata" kali ini Liya yang berucap.

Sementara Niskala hanya diam, dengan isi kepala yang tidak mereda. Memangnya jawaban seperti apa yang dia harapkan keluar dari mulut Lena? Kenapa harus Kazi yang gadis itu suka? Lalu kenapa juga hatinya sedikit nyeri dengan kenyataan hari ini? Seketika Niskala pening.

Kehadiran Eleena dan semua jenis perasaan yang gadis itu bawa masuk kedalam dunia Niskala sangat amat menyusahkannya. Kala bimbang dengan perasaannya seketika, terbesit rasa bingung karena Eleena tidak pernah mengatakan hal ini kepadanya, perasaan tidak suka jika gadis itu membagi atensinya kepada orang lain dan mengurangi porsi yang seharusnya di berikan untuknya.

"Diem aja nih Kala?" Farhan berucap membuat sang pemilik nama tersadar dari lamunannya dan langsung menatap teman-temannya yang juga sedang menatapnya saat ini.

Mata milik Niskala menatap dalam mata sipit milik Lena. Menyelami tatapan kosong yang selalu dipenuhi prasangka baik atas semua hal itu, tatapan yang pernah melihat beberapa karyanya, tatapan yang mampu membuatnya terbuka seketika atas hal apa saja dari dirinya yang bisa dibagikan.

"Kasih tau gue aja kalo lo butuh atau mau tanya sesuatu, Kazi sahabat gue soalnya" ucap Niskala membuat Eleena tersenyum sambil mengangguk paham.

Saat itu juga, dua manusia yang masih saja kebingungan dengan isi hati masing-masing itu mulai saling menyiksa dan membiarkan perasaan mereka semakin berlayar jauh mencari jawaban.

Tentang Aku, Manusia, dan InnefableOnde histórias criam vida. Descubra agora