25 || Permintaan maaf

22 5 0
                                    

Beberapa minggu setelah acara kelulusan, Anna lebih banyak di rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa minggu setelah acara kelulusan, Anna lebih banyak di rumah. Ya, dirinya akhirnya bisa bebas jadi jeratan tugas. Namun ia dihadapkan dengan kenyataan hidup yang sesungguhnya. Anna tidak tahu harus berbuat apa, Aldi masih belum ada kabar sampai sekarang.

Setiap Anna ke rumah lelaki itu, Aldi pasti tidak mau menemui nya. Saat diajak bicara, Aldi pasti tidak pernah menjawab. Segitu fatalnya kesalahan Anna?

Anna bolak-balik cek notifikasi di ponselnya, namun tidak ada tanda-tanda Aldi menghubunginya. Memang Anna yang salah. Tapi, apa harus Anna mengirimi pesan duluan kepada lelaki itu? Tidak, tidak. Gengsi dong!

"Aldi apa-apaan sih, kok belum ada kabar sampai sekarang," gumam Anna. "Apa gua hubungi duluan aja?"

Anna lalu menggeleng keras. "Nggak, nggak! Gede kepala yang ada nanti dia."

Begitulah perempuan, terlalu besar gengsinya. Tetapi, Anna tidak mau seperti ini terus. Mau tidak mau ia harus kembali menghubungi Aldi, Anna tidak mau hubungannya bubar hanya karena ego.

Di deringan ketiga, akhirnya Aldi mengangkat teleponnya.

"Aldi, ayo ketemu. Aku bisa jelasin semuanya," ujar Anna memulai percakapan.

"Aldi nggak bisa."

"Al, please. Kamu nggak boleh seperti ini terus, kamu harus dengerin penjelasan aku dulu. Aku sama Rega bener-bener nggak ngapa-ngapain, kita cuma makan."

"Itu masalahnya. Kalau saja saat itu kamu jujur, aku pasti nggak akan marah."

"Al, kamu ambekan banget sih. Kayak cewek," ujar Anna.

"Kamu pikir cuma cewek yang bisa ngambek? Cowok kalau dibohongi juga bisa ngambek. Lebih parahnya malah sampai hilang respect."

"Al hubungan kita bukan satu bulan atau dua bulan loh, kita udah tiga tahun. Masa cuma gara-gara seperti ini doang harus bubar? Aku nggak mau."

"Jangankan tiga tahun, yang sepuluh tahun aja kalau emang nggak jodoh pasti bubar di tengah jalan. Apalagi kita yang baru seumur jagung."

"Kok kamu ngomong gitu sih! Aku nggak mau, aku minta maaf. Oke aku ngaku kalau aku emang janjian sama Rega, tapi kita cuma meet sebagai teman biasa. Nggak lebih." Anna masih berusaha meyakinkan.

"Kamu anggapnya gitu, tapi Rega nggak. Dia masih berharap sama kamu, dia masih suka sama kamu. Kalian pacaran hampir mau lima tahun, kan? Jadi mana mungkin dia bisa lupain kamu gitu aja."

"Bodoamat kalau dia masih ngarep, yang penting akunya nggak. Aku cuma mau kamu, Al. Ayo ketemu, kita selesaikan semuanya. Aku nggak mau hub—"

Aldi tiba-tiba langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Arghhh!" Anna memukul bantal yang sedari tadi berada di genggamannya.

"Naya, kenapa?" Jihan muncul di depan pintu kamar putrinya. Lalu menghampiri Anna.

Aldi & Anna (END)Where stories live. Discover now