💌secret admirer (5)💌

Start from the beginning
                                        

"Hah siapa?"

Terdengar suara bising di sana hingga membuat Lisa sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Gue Lisa, lo inget nggak?"

"Lisa? Lisa siap─ Oh partnernya Taeyong?!"

Kini giliran Lisa yang mengernyit bingung. "Partner apa?"

"Iya elu─ bentar, gue ke tempat sepi dulu."

Lisa mendengus, jadi kesal sendiri karena suara bising dari Jimin. Sebenarnya cowok itu di mana sih? Di pinggir jalan? Bising banget.

"Oi, Lis, eh─ ini beneran Lisa? Lo dapet nomor gua di mana dah?"

Lisa mendecak. "Kita tukeran nomor waktu masih baru di dance."

"Lah masa? Njim, kok gua lupa ya?"

"Lo 'kan dah tua, jadi pikun," ketus Lisa.

"Bangke, ngadi-ngadi, kita seumuran woi."

"Yaudah sih. Gue mau nanya ... eh bentar, tadi maksud lo gua partner Taeyong apaan?"

"Partner nari lah, njim, emang apa lagi."

"Nari? Nari apa?"

"Nari di festival entar. Si Taeyong belum ngasih tau lo?"

Lisa mengerjap, sedikit tersentak saat mendengar ucapan Jimin di seberang sana. Jadi, kedatangan Taeyong tiba-tiba itu adalah ingin menjadikannya partner nari di festival?

Kok ....





"KOK GUE!?"

"Sat, telinga gua!"

Lisa sontak menutup mulutnya. "Sorry sorry, refleks. Tapi kok, gue? Gue 'kan udah keluar dari dance awal semester ini ...."

"LAH?! SERIUS?!"

Lisa terperanjat, sontak menjauhkan sebentar ponselnya dari telinga. "Sekarang lo yang teriak!"

"Njim, sorry sorry, kaget gua. Kok elo keluar? Kok gue kaga tau elo keluar?!"

Lisa mengulum bibirnya. Nggak heran sebenarnya Jimin atau anak-anak lain nggak tahu keberadaannya. Mungkin saat-saat awal mereka tahu, tetapi selanjutnya mereka melupakan ada sosok Lisa. Lisa memakluminya, bukan salah siapapun, ini karena dirinya saja, yang masih tidak ingin menunjukan diri.

Seperti yang diucapkan Minghao, ia masih berada di zona nyamannya.

"Ya pokoknya gitu deh," ujar Lisa.

"Terus lo mau nggak? Dua bulan lagi."

"HAH!?"

"BANGKE TELINGA GUA!"

"SERIUS DUA BULAN LAGI? KOK BARU BILANG?!"

"Ehhh? Lo mau jadi partner nya Taeyong?"

"Ehhh ...," Lisa menggigit bibir bawahnya. "Maksud gua, kok mepet banget festivalnya ...."

"Ya karna si Taeyong milih-milih nyari partner, terus jatuh cinta sama lo."







"HAH!?"

Lisa menutup mulutnya. Bola matanya membulat sempurna dengan dada yang berdebar, walau selanjutnya hatinya mencelos.

"Jing, Lis, jangan teriak bangke. Maksud gua sama tarian lo."

"Gue pikir ...."

"Apaan? Eh ... gimana? Lo mau? Njim, gue kudu balik ke warteg nih."

"Yaudah sono balik."

"Besok lo ke studio tari yang baru yak, kita diskusi."

"Lah diskusi apaan?"

"Ya diskusi dance lah, koplak. Lu emang lemot gini ya, Lis?"

"Tapi─"

"Dateng aja lah entar besok sore. Elu kalo kaga dateng entar si Taeyong yang datengin lu. Eh ... lu tau gak? Si Taeyong tuh ambis banget, njim, serem pula. Jangan sampai dia yang nyeret lu─ dahlah gua balik, bye."

"Eh benta─"

Lisa mengatupkan bibir. Panggilan nya sudah diputus Jimin, dan ia sontak menaruh kasar ponsel di sampingnya.

Hal selanjutnya yang terjadi adalah, Lisa menggeram frustasi dengan mengusak surainya kasar.

Benar-benar ...

Kok bisa sih kejadian ini ....


"Bego, gua jadi lupakan tujuan gua nelpon Jimin. Sialan lo Jimin!"






 Sialan lo Jimin!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Another Us || YonglisaWhere stories live. Discover now