"..."

"Kalau alasannya itu, lo bisa bilang baik-baik ke gue, Chris, nggak perlu kayak gini!"

"..."

"Jawab, Chris!"

Chris menggeleng pelan.

"Bukan. Gue nggak suka sama Kenneth." air mata Chris tak terbendung lagi.

"Terus apa?!"

"GUE SUKA SAMA LO, TAN! GUE SAYANG SAMA LO!!!" Chris berteriak histeris, sementara Kenneth mencoba meraih bahu Chris dan menenangkannya.

Mata Sebastian terbelalak. Ia tidak pernah tahu kalau sahabatnya ini memendam perasaan padanya. Bagaimana bisa Chris...

"Kenapa lo sama sekali nggak peka? Dari dulu, Tan, gue selalu dukung apa pun yang lo pengen, gue selalu bantu lo, karena gue tahu gue akan bahagia kalo lo juga bahagia." ucap Chris dengan sesak.

"..." Sebastian terpatung.

"Tapi untuk kali ini gue nggak bisa menahannya lagi. Gue bener-bener udah sakit hati. Gue nggak bisa ngelihat lo sama Kenneth bahagia. Gue cemburu, Tan! Gue cemburu!" Chris memegang dadanya yang sesak.

"Kak, Chris, tenangin diri kakak..." Kenneth mencoba membantunya untuk menenangkan diri. Tidak ada perlawanan. Karena mereka sudah membicarakannya usai pertunjukan orkestra di Singapura semalam. Tentu saat itu Kenneth terkejut. Tapi setelah mendengarkan penjelasan lebih rincinya, Kenneth mampu menerimanya.

"Ma-maafin gue, Chris...gue nggak tau..."

"Nggak masalah, Tan. Gue tahu kalo lo nggak tau perasaan gue selama ini. Dan gue nggak masalah jika akhirnya rasa sayang gue ini cuma sepihak." Chris sudah berhasil sedikit menenagkan dirinya. "Dan buat lo, Ken, gue ulangi sekali lagi kalau gue minta maaf atas semua yang udah gue lakuin. Terutama insiden di gudang itu."

Kenneth mengerti. Saat itu Chris ingin membuat pelajaran agar tidak mendekati orang yang ia sayangi. Tapi perbuatan Chris saat itu salah. Itulah mengapa tiba-tiba Chris berubah pikiran dan menyelamatkan Kenneth malam itu. Ia benar-benar mengakui kesalahannya dan bahkan sekarang ia berlutut di depan Kenneth.

"Gue tahu itu bisa membekas di ingatan lo sebagai trauma. Sekarang kalo lo mau balas dendam, silakan pukul gue atau bahkan bunuh gue silakan! Gue nggak peduli! Gue benar-benar menyesal, Ken! Gue emang nggak pantes buat lo maafin." Chris memukul-mukul kepala dan dadanya. Tapi Kenneth mencoba untuk menghetikannya. Kenneth memeluk Chris untuk menenangkannya. Sementara Sebastian hanya bisa berkaca-kaca dan tidak percaya atas apa yang telah ia lihat sekarang.

"Kak Chris, tenangin dulu diri kakak. Aku bisa memahaminya. Jangan sakitin diri kakak kayak gini." ucap Kenneth setenang mungkin. Dan terus mencoba menenagkan Chris dengan menepuk-nepuk pelan bahunya.

Chris juga menceritakan perbuatan bodohnya beberapa waktu yang lalu ketika meminta ketiga orang bayarannya untuk menyingkirkan wanita yang mendekati Sebastian. Itu adalah percakapan yang yang didengar oleh Kenneth dan Austin di restoran jepang itu.

Kata menyingkirkan itu sebenarnya bukan dalam artian membunuh atau menyakitinya. Chris hanya ingin menjauhkan siapa pun yang mencoba mendekati Sebastian.

"Gue menyesal, Tan..." Chris benar-benar menangis sampai dia lemas dan tak sadarkan diri. Kenneth yang mengetahui hal itu pertama kali pun langsung histeris.

"Kak Chris..." Kenneth mencoba menepuk-nepuk pelan pipi Chris. "Ayo bawa kak Chris ke rumah sakit, Kak!" Kenneth mencoba mengangkat Chris setelah mendapat bantuan dari Sebastian.

Sebastian panik. Ia tahu kalau Chris punya riwayat penyakit asma. Dan tadi Chris sempat memukul-mukul dadanya dengan keras. Sekarang ia sangat khawatir.

Akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit dan membawa Chris ke UGD.

***

Setelah diperiksa, Chris dibawa ke ruang rawat inap. Sebastian masuk dan melihat Chris yang ditunggu Kenneth. Kondisi Chris saat itu sudah membaik.

Sebastian ingin meluruskan segalanya. Ia ingin menjelaskan sejelas mungkin agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi.

"Chris, gue rasa lo harus denger ini dari gue." ucap Sebastian sambil memberikan tatapan sendu pada Chris.

"Katakan saja, Tan. Gue udah siap menerimanya." suara Chris terdengar parau. Mungkin akibat dirinya yang berteriak tanpa kontrol tadi.

"Gue nggak bisa nerima perasaan lo." Sebastian menghela napasnya. "Selama ini lo udah gue anggap sebagai sahabat dan sosok yang selalu ada buat gue. Dan gue nggak bisa menganggap lo lebih. Gue bener-bener menghormati dan respek sama lo." jelas Sebastian dengan suara yang lembut.

"Gue tahu. Terima kasih karena udah ngasih kejelasan." Chris tersenyum tulus dengan air mata yang mengalir di pipinya. Mungkin ini akibat perasaannya yang lega karena telah mengungkapkan segalanya.

"Kak Chris..." Kenneth mengusap pipi Chris yang basah itu.

"Makasih, Ken..." Chris sadar. Ia sadar kalau Kenneth adalah orang yang baik.

Setelah jeda beberapa saat,

"Tan, gue nggak masalah kalo emang lo masih menyukai Kenneth. Lo nggak harus ngerasa jaim atau malu buat mengakuinya. Daripada lo menyesal di kemudian, bukankah lebih baik lo mengakinya sekarang?" Chris tersenyum kecil. Sementara Kenneth terkejut mendengarnya. "Ingat, gue bahagia kalo lo bahagia. Dan jika orang yang bisa membuat lo bahagia adalah Kenneth, gue akan dengan senang hati merestui kalian. Kalian bisa membicarakannya." tampak kedua manusia di depan Chris yang terlihat canggung.

***

"Jadi kamu masih suka sama aku, Kak?" tanya Kenneth to the point setelah bermenit-menit kesunyian di antara mereka yang duduk di depan ruangan rawat inap Chris

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Jadi kamu masih suka sama aku, Kak?" tanya Kenneth to the point setelah bermenit-menit kesunyian di antara mereka yang duduk di depan ruangan rawat inap Chris.

"Eumm..."

"Lalu kenapa kemarin bilang kalau aku nggak boleh baperan! Seakan ingin memutus segala hubungan denganku."

"Gue menyesal, Ken. Gue minta maaf kalau perkataan gue itu nyakitin lo."

Kenneth menghela napasnya panjang. "Memang menyakitkan."

Sebastian kemudian merangkul Kenneth dari samping dan membenamkan kepalanya ke dada dan ceruk lehernya. "Gue benar-benar nggak tau kenapa gue bisa suka sama lo. Maaf karena pernah minta lo jadi pacar pura-pura gue waktu itu."

"Aku tahu jika kau tidak sekasar dan sejahat itu."

"Mungkin karena itu adalah lo Ken," Sebastian menghela napasnya lagi. "Dan gue sayang sama lo."

Kenneth menyembunyikan pipinya yang merona itu. Ia benar-benar menahan sensasi panas di sekujur tubuhnya. Itu bukan panas akibat kemarahan, tapi akibat sentuhan Sebastian di rambut, lengan, dan pipinya. Sentuhan itu memberikan efek aneh untuk Kenneth, beda dengan sentuhan Austin yang terasa biasa saja. Mungkin karena dilakukan terlalu sering.

Akhirnya pewaris tahta dan pangeran kecil itu berbaikan.

TAMAT.

Eh, wait, belum ada naena nya ya?
Kalian mau epilog yang panas, hangat, atau dingin? Wkwkwk

***

Ditulis pada 08/09/2020

Meteor Ga(y)den [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon