PART 1

56 4 0
                                    

Siapa yang akan menyangka jika hidup Hera Amara akan berubah 180 derajat hanya dalam satu hari. Entah setan sial apa yang sedang mengikutinya sedari tadi, mulai dari minum kopi yang tak sengaja dicampur garam akibat buru-buru karena bangun kesiangan, lalu ojol yang tak kunjung mau menerima ride booking, alasannya karena pagi itu hujan dan mereka tak membawa jas hujan lebih, sehingga ia pun memilih untuk naik angkot dan akhirnya terlambat tiba di kantor.

Hera pikir dia bisa sedikit bernapas lega, namun mood-nya langsung turun kembali ketika melihat pemandangan ekstrim dari tumpukan berkas-berkas yang mungkin diletakkan oleh manajernya di atas meja kerja gadis itu.

Seakan-akan ia tidak boleh tidak menderita, Hera langsung mendapat kabar dadakan dari dua rekan kerja yang duduk di dekatnya bahwa akan ada pemecatan beberapa karyawan hari itu akibat kondisi keuangan perusahaan yang memang sedang sekarat.

"Ya ampun, aku baru saja duduk... Apa kalian serius?" tanya Hera, bola matanya membesar.

"Ini memang gila, perusahaan mana yang tiba-tiba ingin memecat karyawannya di hari yang sama dengan hari dimana mereka memberitakan hal itu." Salah satu senior Hera, Mbak Nuri namanya, merespon pertanyaan Hera sambil melihat ke arah gadis itu.

"Aduh, kalau aku adalah salah satu orang yang dipecat, istriku pasti mengamuk, dia pikir aku berbuat kesalahan besar apa sampai dipecat begitu... Apa aku bungkam sebulan dulu saja dan pura-pura berangkat kerja seperti biasa, maksudku aku bisa ke rumah temanku yang gamer itu untuk main game sementara waktu, tapi aku tak ada niat masuk ke live streaming-nya kok, nanti sajalah kalau subscriber dia sudah sangat banyak sekalian jadi 'artis online', hehe..." timpal Veno, yang berusia lebih tua dua tahun dari Hera tapi baru bergabung ke perusahaan tahun lalu. Meja kerja Veno berada tepat di sebelah kiri meja Hera dan menjadikannya teman gosip setia gadis itu. Veno yang sangat suka mengobrol juga bercanda, sekarang tengah berbicara omong kosong sambil menyengir konyol.

Ketika Hera ingin meluapkan kekesalannya juga, tiba-tiba muncul Aini, gadis 25 tahun yang seumuran dengannya.

Aini pun menepuk-nepuk pundak Hera dan berbicara, "Aku tahu cash flow perusahaan kita sedang tidak bagus, tapi apa ini tidak kejam namanya, iya kan?" Gadis tersebut menggerutu, mengumpat bahasa kebun binatang, lalu berghibah ria tentang atasan mereka. Walaupun Aini kala itu sedang memakan sebuah roti bungkus rasa coklat yang tampak enak, tapi wajahnya sangat serius. Coklat saja tak mampu menenangkannya sekarang.

"Oke semuanya cukup, aku ingin tahu jam berapa pastinya Mr. Jeremy mengumumkan siapa-siapa saja yang akan diberhentikan? Kurasa lebih cepat lebih baik karena perutku terasa mual sekarang dan detak jantungku tak sesuai iramanya. Aku tak yakin aku mampu bertahan beberapa jam lagi." Hera berkata dengan wajah pucat dan lelah.

"Kamu kena angin duduk?! Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Veno bertanya dengan wajah bodoh.

"Sialan, amit-amit." jawab Hera marah.

"Ya sudah kalau bukan, aku kan hanya menerka-nerka tentangmu."

"Kok seperti judul lagu..." Mbak Nuri menimpali dan terkekeh sendiri. Hera dan Aini mengangkat bahu masing-masing, terlihat tak peduli. Sementara Veno menjawab bahwa itu adalah lagu favoritnya dan akhir-akhir ini ia sering menggunakan penggalan lirik dari lagu tersebut dalam setiap ucapan-ucapannya kalau ada kesempatan.

"Kudengar dari divisi lain, Mr. Jeremy akan memberikan pengumuman pasti setelah jam makan siang nanti. Mungkin dia tak mau para karyawannya jadi tak napsu makan kalau tahu merekalah yang dipecat." bisik Aini ditelinga Hera.

"Omong kosong, kodok gosong! Dengan kita mendengar berita ini saja rasanya sudah cukup untuk membuat semua karyawan berdiet masal di jam makan siang nanti!" seru Hera dramatis.

"Hush, jangan keras-keras!" Aini mengisyaratkan Hera untuk diam. "Tapi... Umpatan tadi bagus juga, new and original no stolen. Biar aku catat diotak dulu."

Dasar penggila umpatan. Pikir Hera dalam hati.

Di detik Aini menelan kunyahan terakhir dari roti coklatnya, sang manajer pemasaran yaitu Ms. Chantale Lee tiba-tiba keluar dari ruang kerja miliknya yang serba putih, rapi, bersih dan higienis, untuk sekedar memantau keadaan ruangan staff. Wanita single berusia 45 tahun tersebut lalu memicingkan mata dengan wajah muak ke arah Hera dan lainnya yang kedapatan sedang ribut-ribut.

"You guys, berisik sekali ya!" ucapnya garang dengan aksen yang ganjil dan lucu. "No life or what, huh? "

Semua peserta gosip yang ditegur pun segera membubarkan diri. Mereka kembali ke meja kerja masing-masing dan duduk sambil berlagak seperti tidak terjadi apa-apa. Selanjutnya yang terdengar hanyalah bunyi tangan yang pura-pura sibuk bekerja.

Ms. Chantale sekali lagi mengobservasi seluruh ruangan staff pemasaran yang memang isinya cuma ada empat orang saja, berhubung perusahaan mereka adalah perusahaan asing yang tak bisa dibilang besar juga tak bisa dibilang abal-abal, jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan itu pun tidak begitu banyak, totalnya kira-kira hanya ada empat puluhan orang yang bekerja di sana.

Setelah puas bertingkah layaknya seorang atasan, Ms. Chantale kemudian mendatangi meja Hera.

"Hera-ya, saya mau kamu selesaikan input berkas-berkas itu," tunjuk Ms. Chantale ke arah tumpukan tak manusiawi yang ada di meja Hera, "hari ini sebelum go home must finished. Apa pun yang terjadi, understand? "

"Today, Miss? " Wajah Hera memelas.

"Yup of course today, why you asking? " Ms. Chantale memasang wajah tak mau tahu. "Mungkin kamu sudah dengar, some of you might be cut today, right? Bagaimana jika itu kamu dan pekerjaanmu belum selesai? Ugh, no way. I can't imagine it. So better you starting to work on it now. Kirim lewat email kepada saya kalau sudah selesai."

"Yes, Miss..." Hera menjawab pelan.

Setelah menyeringai kejam, Ms. Chantale lalu kembali ke dalam ruangannya.

"Si penyihir tua itu... Dia pasti reinkarnasi iblis..." bisik Veno di sebelah Hera. Gadis itu membalas dengan anggukan setuju kemudian ia hanya bisa pasrah dan mulai mengerjakan berkas-berkas terkutuk dari 'Sang Penyihir Tua Reinkarnasi Iblis'.

Hera VS Unexpected EventsWhere stories live. Discover now