16| Ayah Kangen Nay - TSS2

6.8K 644 147
                                    

Malika masih duduk berhadapan dengan Hadimas yang sedang menikmati kopinya di kantin rumah sakit, dimana pria itu tadinya memilih keluar dari ruangan sang Papa yang sedang membicarakan dirinya dengan wanita di hadapannya ini dan itu membuat dirinya sangat malu sekarang ini.

"Papa saya bicara apa saja?" Tanya Hadimas menatap Malika.

"Banyak," jawab Malika.

"Jangan percaya. Tuh orang tua emang suka ngada-ngada kalau ngomong," ucap Hadimas.

"Jangan bicara seperti itu pak, gak baik. Beliau kan Papa bapak, yang sudah merawat bapak," ujar Malika yang membenahi ucapan dari bosnya yang berada di hadapannya ini.

"Saya udah biasa seperti ini," jawab Hadimas.

"Mulai dari sekarang coba bapak bicara lebih lembut, sopan dan tidak datar." Malika mencoba membuat Hadimas menjadi pria yang lebih sopan.

"Tidak bisa, karakter saya sudah seperti ini," tolak Hadimas.

"Di coba pak, kalau tidak di coba mana bisa ngerti bapak," ucap Malika.

"oke, demi kamu," ujar Hadimas dengan manatap manik mata Malika.

"Jangan demi saya dong pak, demi diri bapak sendiri," koreksi Malika.

"Iya iya," jawab Hadimas.

Malika melihat buku yang tadi dirinya berikan kepada Hadimas di samping gelas kopi miliknya, dan kemudian matanya menatap Hadimas yang sibuk dengan poselnya.

"Bapak sudah membaca buku itu?" Tanya Malika.

Hadimas mendongakan kepalanya, lalu mengangguk singkat sebagai balasan dari pertanyaan Malika, "sedikit."

"Bukunya menurut bapak bagaimana?" Tanya Malika lagi.

"Lumayanlah," jawab Hadimas tanpa memindahkan fokusnya pada layar benda pipih yang sedang dirinya pegang.

"Saya harap bapak bisa mengambil sisi positif dan bapak juga banyak belajar lagi tentang islam dari buku tersebut," ujar Malika.

"Iya."

"Amin pak," Malika membenahi lagi ucapan Hadimas.

Hadimas menatap Malika dan menghembuskan napasnya pelan, "amin, sudah puas?" Ujar Hadimas dengan kesal.

Malika hanya terkekeh dengan menggelengkan kepalanya pelan, dia juga berharap bahwa pria di hadapannya ini bisa kembali lagi ke jalan yang lurus dan Malika akan membantunya dengan sebisanya. Dan untuk masalah hati dirinya masih belum memikirkannya untuk saat ini, hatinya masih harus banyak untuk di benahi. Lukanya belum sembuh sepenuhnya, luka itu masih basah belum sepemuhnya kering. Mengingat bagaimana dulu suami yang begitu dirinya cintai memalingkan hatinya pada wanita lain dan begitu mudahnya dulu pria itu mengingkari janji yang dirinya buat sendiri.

Malika tersenyum miris mengingat kejadian-kejadian dulu, begitu kuat hatinya menerima perlakuan-perlakuan dari suaminya. Walaupun tidak bisa di pungkiri bahwa hatinya masih terisi dengan nama pria itu, pria yang dirinya temui dan pria yang begitu beraninya mandatangi rumahnya untuk melamar dengan hanya beberapa pertemuan saja.

"Sekarang pasti kamu sudah bahagia Mas, saya disini masih berusaha untuk mengobati luka yang kamu berikan," batinya dengan sangat teriris.

•••

Atha, pria itu sebelum menuju ke kantornya dia menyempatkan untuk berziarah ke makam Kanaya. Dirinya sangat merindukan putri kecilnya saat ini, betapa terpuruk dirinya melihat putri kecilnya, putri yang begitu dirinya cintai sudah berpulang ke pangkuan sang pencipta.

Tak Seindah Surgamu 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang