Good Goodbye

714 11 5
                                    



Vira duduk termenung di samping jendela kamarnya, sambil menatap kosong ke langit yang sedikit berawan. Dua minggu berlalu sejak terakhir kali dia berdansa dengan Ian dan meluapkan emosi serta kesedihannya di depan Ian. Hari ini, tepat 1,5 bulan sejak terakhir dia bertemu Louis di apartemennya. Ian masih menengok Vira setiap dua hari sekali sambil membawa Hazelnut Cappucino untuknya, dan Louis benar-benar menghilang tanpa kabar. Hati Vira masih sakit, namun dia jauh lebih kuat, dibandingkan saat-saat pertama kali dia tahu kenyataan tentang Louis. Dia belum sepenuhnya memaafkan Louis, tapi dia sadar, tidak ada yang dapat merubah kenyataan bahwa Louis telah menikah, dan dia tidak akan pernah menjadi milik Vira seutuhnya. Ditengah lamunannya, handphone Vira tiba-tiba berbunyi, dan dengan lesu Vira menyambar handphonenya di atas meja.

"Halo?" Vira menjawab pelan.

"Vira, this is Louis" jawab penelpon.

Vira seolah tidak percaya mendengar suara Louis, dan dengan cepat dia segera matikan panggilan telponnya. Dadanya kembali sakit mengingat kebohongan Louis, dan tidak berapa lama, handphonenya kembali berbunyi, masih dengan nomor yang sama. Rasanya Vira ingin membuang handphone itu ke luar jendela, tapi sejenak Vira berpikir, mungkin saatnya dia harus bersikap dewasa, dan tidak ada gunanya bermusuhan atau mendendam.

"Yes?" Vira menjawab telpon dengan sedikit ketus.

"Vira, I know you're still angry with me, but please listen to me" ucap Louis dengan terburu-buru, mencoba menjelaskan.

"I'm listening" jawab Vira, dan disambut helaan nafas Louis yang seolah lega karena Vira mau menerima telponnya.

"My office had moved me to another country. And I will leave Indonesia tomorrow night. I would like to meet you before that, if it's possible" lanjut Louis.

Vira terdiam, dan sejujurnya tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Louis. Antara sakit dan sedih, namun dia tidak menyangka Louis akhirnya akan benar-benar pergi, dan Vira tidak mungkin bisa melihat Louis lagi, mungkin untuk selamanya.

"I'm not sure" jawab Vira dengan ragu-ragu.

"I understand if you don't want to see me again. But I need to say a proper goodbye to you. And also an apology, if you don't mind. I would like to meet you tonight, if possible" ucap Louis.

Vira menutup telepon tanpa berpamitan pada Louis, dan entah kenapa Vira tiba-tiba menangis. Luka yang dia coba sembuhkan dalam beberapa minggu ini, akhirnya terbuka kembali. Dia tidak bisa membohongi dirinya bahwa dia masih sangat mencintai Louis, dan Louis? Entahlah. Cintanya pada istri dan kedua anaknya pasti jauh lebih besar dibandingkan dengan perasaanya pada Vira. Atau bahkan, Louis tidak mencintai Vira sama sekali? Hanya kebohongan, hanya untuk seks? pikir Vira. Vira menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dan kembali menangis. Hatinya kembali terluka.

*****

Untuk kesekian kalinya Louis menelpon Vira, lalu dia melihat ke arah jam tangannya, hingga waktu saat itu sudah menunjukkan jam 3 sore. Akhirnya diapun menyerah. Sepertinya Vira tidak akan pernah mau menemuinya, bahkan meskipun hari itu adalah hari terakhirnya di Jakarta. Dia tidak akan punya kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal, dan yang terpenting, untuk meminta maaf.

Baginya, Vira bukanlah satu-satunya perempuan yang dia kencani lewat Finder. Tapi ada satu hal yang membuat Vira berbeda di mata Louis. Keluguan dan kepolosan Vira. Hal itu tidak dimiliki oleh perempuan-perempuan lain yang dia temui sebelumnya, yang lebih mengutamakan materi dan kemewahan. Dalam hati kecilnya Louis merasa sangat bersalah, dengan kebohongan dan egonya sebagai laki-laki. Tapi dia merasa kehidupannya sudah cukup sempurna, dengan keluarga kecil yang dia miliki. Sehingga dia tidak mungkin jatuh cinta pada perempuan lain, apalagi meninggalkan istri dan kedua anaknya demi perempuan lain, termasuk Vira.

THE FINDERWhere stories live. Discover now