17

10.5K 1K 130
                                    

Yuhuuu, makasi banget temen2 atas komen2 yg cetar di part sebelumnya, votenya juga jangan lupa ya kawan2. Ini klo komen n vote sama2 cetar, bakal cepat bgt update. Kadang liat vote, aih lesu haha
Butz makasi bgt buat yang baik hati n setia ngevote n komen, love you all banget kawan2, without kalian semua, i am nothing.

 Kadang liat vote, aih lesu hahaButz makasi bgt buat yang baik hati n setia ngevote n komen, love you all banget kawan2, without kalian semua, i am nothing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Btw, ebook versi tamat valencia sudah tersedia di google play buku, buat yg beli pake pulsa, minimal saldo 56.000
Kurang dr itu akan direject sistem.

Cerita dilanjutkan di wattpad sampai TAMAT, jangan ke mana2, harus ikuti sampai akhir yahh.

17

"Apa kau ingin tambah sotonya, Sayang?" tanya Drake pada wanita cantik yang baru saja selesai menyantap setengah mangkuk soto. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Valencia berdiri tak jauh dari mereka, siap menunggu panggilan bak pelayan.

"Tidak, Sayang, Aku sudah sangat kenyang. Omong-omong pengurus rumahmu sangat pintar memasak. Sotonya enak," kata Calista sambil meraih serbet dan mengelap mulut.

"Karena itulah dia digaji." Drake melirik Valencia, yang tampak menggigit bibir. "Apa kau ingin minum sesuatu, Sayang?"

"Aku ingin jus jeruk."

Drake tertawa kecil. "Kalau begitu dua gelas jus jeruk, Valen!" lalu Drake berdiri. "Ayo, Sayang."

Keduanya pun bergerak meninggalkan meja makan. Drake masih sempat mendengar helaan napas panjang Valencia.

Drake tertawa sinis. Valencia jelas bodoh, bukan? Atau terlalu putus asa hingga tak berusaha pergi meski Drake telah memperlakukannya seburuk itu? Lihat saja, Drake akan berlaku lebih buruk. Drake ingin melihat sampai kapan Valencia akan bertahan.

Semakin lama semakin bagus, Drake senang menyiksanya.

***

Valencia membuat jus untuk Drake dan wanitanya dengan hati hancur berkeping-keping. Dadanya sesak disebabkan menahan air mata.

Bagaimana mungkin Valencia pernah berpikir kalau iblis itu pernah menaruh perhatian padanya satu waktu dulu?

Mencengkeram nampan erat-erat, Valencia membawa dua buah gelas berisi jus jeruk ke ruang tamu. Ketika memasuki ruang tamu, Valencia melihat Drake sedang mencumbu wanita itu. Blus bagian atas si wanita terbuka. Tangan Drake sedang bergerilya di sana. Si wanita dengan tak tahu malu mendesah dan memejamkan mata.

Sembari menggigit bibir, Valencia menghidangkan dua gelas jus jeruk ke atas meja. Si wanita yang menyadari kehadirannya, membuka mata. Alih-alih malu, si wanita merintih parau.

Drake melirik Valencia. Mata keduanya beradu. Tidak ada sorot rasa bersalah karena telah mengkhianati sang istri di mata itu. Valencia justru menemukan kekejaman.

Dengan air mata memenuhi rongga mata, Valencia berbalik dan bergerak ke dapur. Ia membersihkan meja makan dan mencuci piring dengan hati terluka.

Suara desahan dan rintihan dari ruang tamu kian terdengar jelas.

Ketika Valencia selesai mencuci piring dan bersiap ke kamar, ia mendengar suara dengkusan napas Drake bersahut-sahutan dengan rintihan manja penuh kenikmatan si wanita.

Dengan kaki goyah, Valencia melangkah untuk mengintip. Di sana, di ruang tamu, Valencia melihat Drake meniduri wanitanya dengan buas dan liar sementara si wanita mendesah-desah nikmat.

Air mata Valencia jatuh membasahi pipi. Bagaimana mungkin Drake bercinta dengan wanita lain seperti pria itu bercinta dengannya? Dengan hati hancur, Valencia melangkah ke kamar. Beruntung pintu kamar mereka berada di ruang keluarga, jadi ia tak perlu melewati ruang tamu. Valencia tidak yakin ia sanggup berjalan melewati keduanya.

***

Drake berpacu di atas tubuh Calista yang dalam posisi membungkuk di sandaran sofa. Drake merasa puas. Oh, bukan puas karena sedang berada dalam cengkeraman si wanita jalang—yang menurut Drake sama sekali tak senikmat ketika bersama Valencia, tapi Drake senang melihat rasa sakit Valencia. Drake tahu wanita itu barusan mengintip hubungan intimnya dengan Calista.

"Oh, Drake! Cepat. Ayo!"

Sial! Drake memaki dalam hati. Lebih baik wanita jalang itu diam saja. Desahannya justru membuat gairah Drake jatuh ke tingkat terendah.

Desahan Valencia jauh lebih enak didengar dan membakar gairah.

Sial! Beribu-ribu kali sial! Kenapa ia terus memikirkan wanita sialan itu?

***

Evathink
Ig ; evathink

Gimanaaa?

Valencia and Her Devil HusbandWhere stories live. Discover now