13

11.2K 1K 33
                                    

13

Valencia membuka mata perlahan-lahan. Cahaya temaram menyambut penglihatannya. Ada senyum samar tersungging di bibirnya. Ada bunga-bunga yang mulai bermekaran di dadanya.

Untuk kali pertama tadi malam, Valencia merasakan kenikmatan tiada tara yang sering orang-orang bicarakan tentang bercinta.

Untuk pertama kali, drake tidak memerkosanya, melainkan bercinta dengan lembut. Oh, pria itu memaksa kehendaknya, padahal yang Valencia inginkan adalah tidur berkat kantuk berat yang menyerang. Namun cumbuan Drake melambungkannya ke awang-awang. Amat sangat luar biasa. Tak pernah Drake bersikap selembut itu.

Senyum samar masih menghias bibir Valencia ketika ia mendapati tubuhnya polos dalam selubung selimut. Valencia memandang ke samping dan mendapati Drake tidur berdekatan dengannya. Lengan pria itu melingkar di perutnya di balik selimut. Apakah kini hubungan mereka selangkah lebih maju?

Perlahan Valencia menyibak selimut dan merona malu merasakan kulit telanjangnya pada dinginnya suhu kamar. Selama ini, setiap Drake selesai menuntaskan berahinya, valencia akan segera membersihkan diri dan berpakaian, sangat berbeda dengan tadi malam. Entah karena terlalu mengantuk atau menikmati indahnya puncak kenikmatan, ia justru langsung lelap.

Valencia menyingkirkan tangan Drake dari perutnya dengan garakan sepelan mungkin, lalu turun dari ranjang, memungut satu per satu pakaian mereka yang berserakan di lantai dan memasukkan ke keranjang baju kotor, kemudian ia ke kamar mandi.

Kepalanya masih sedikit pusing dan badannya masih lemas, entah karena pemainan gairah mereka tadi malam, atau karena kondisinya yang sedang demam.

Selesai mencuci muka dan gosok gigi, Valencia keluar dari kamar mandi dan meraih sepasang pakaian dari lemari dan memakainya. Lalu keluar ke dapur untuk mencuci piring, menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah.

***

"Tak perlu menyiapkan sarapan, aku sudah memesan bubur ayam."

Valencia yang baru saja selesai mencuci piring, berbalik. "Drake."

Tak ada senyum di wajah itu. Secuil rasa kecewa menerpa Valencia, lalu diam-diam memarahi dirinya sendiri. Apa yang ia harapkan?

Memberinya perhatian dengan mengompres dahinya ketika ia sakit, bercinta dengan lembut, memeluk dirinya saat tidur, tak serta merta memudarkan kebencian pria itu, bukan? Lagi, ia berharap terlalu muluk.

"Terima kasih," valencia tidak tahu apa yang harus ia ucapkan.

Drake hanya diam, lalu duduk di balik kepala meja.

"Kau ingin kopi atau susu? Atau kopi susu?"

"Kopi," jawab Drake singkat dan dingin.

Meski hatinya patah, valencia mengangguk dengan senyum tipis dan membuatkan pria itu kopi. Selama proses itu, Valencia bisa rasakan kalau tatapan drake tak beranjak dari dirinya. Namun ia tak punya keberanian untuk berbalik dan bertanya mengapa pria itu memandangnya lekat-lekat. Ketika selesai membuat kopi, Valencia berbalik. Ia menangkap Drake yang masih memandangnya dan mengalihkan pandangan dengan cepat.

Valencia dan Drake saling diam. Valencia menghidangkan kopi untuk Drake. Tepat saat itu bel pintu berbunyi. Drake mendorong mundur kursinya.

"Aku saja," kata Valencia cepat.

"Satu porsi untuk pak Irfan."

Valencia mengangguk dan beranjak menuju pintu depan.

Pak irfan, si sekuriti menyodorkan tiga porsi bubur ayam padanya. Valencia mengeluarkan satu porsi, memberi pria awal empat puluh itu, dan mendapat ucapan terima kasih. Drake tipe peduli pada orang lain. Dulu, Drake juga bersikap baik padanya, kenang valencia sedih.

Dengan wajah muram, Valencia membawa bubur tersebut ke ruang makan.

Beberapa menit berlalu.

valencia makan bubur dalam diam, sementara Drake yang menyesap kopi, juga tidak berkata-kata.

Valencia jadi salah tingkah.

Tiba-tiba terdengar derit kursi. Valencia mengangkat wajah. Drake bersiap pergi.

"Kau tidak makan??"

Valencia bermimpi jika berharap mendapat jawaban, Drake berlalu tanpa kata.

Percintaan panas mereka tak serta merta mengubah sikap Drake, bukan? Seharusnya Valencia bersyukur pagi ini Drake tidak bersikap menyebalkan, seperti memintanya membuat kopi berulang kali, menyiraminya, atau memanggilnya dengan sebutan kasar.

Sayangnya, alih-alih bersyukur, valencia merasa sedih.

***

Evathink
Ig : evathink

Valencia and Her Devil HusbandWhere stories live. Discover now