Prolog

21.2K 1.3K 40
                                    

hai

abaikan pada typo dan eyd yang berantakan ya, karena memang belum diedit. masih segar di laptop nih.

met baca. moga suka. btw, ini dark romance lho!

1

Drake berdiri mematung di depan sebuah pusara yang tanahnya masih merah dan basah. Matanya terbakar menahan tangis.

Tepukan ringan hinggap di bahu pria itu. "Waktunya pulang, Drake."

Drake tidak menoleh meski tahu sebastian yang berdiri di sisi kanannya, yang barusan menepuk bahunya, menatapnya khawatir.

"Patricia akan sedih melihatmu begini," ucap gabriel yang berdiri di sisi kiri Drake.

Drake mengertakkan rahang. Kemudian matanya beralih ke sebentuk wajah pucat yang berjongkok di dekat pusara dengan wajah basah bersimbah air mata.

Seluruh pelayat sudah pulang. Di keheningan area pemakaman, hanya tersisa mereka berempat.

Drake benci pada lubang yang menganga di dadanya. Lebih benci lagi pada sosok mungil yang sedang berjongkok di dekat pusara itu. Perempuan laknat itulah yang telah membuat hatinya nyeri tak terperi seperti ini.

"Ayo," ajak sebastian.

Meski berat hati, Drake berbalik dan melangkah pelan dengan jiwa yang terasa mati. Satu-satunya keluarganya, adik semata wayangnya, kini telah direnggut darinya, dan penyebabnya adalah gadis sialan bernama Valencia Oliver.

Kenapa patricia harus mati sementara Valencia hanya mengalami luka ringan. Takdir sungguh tak adil!

"Selamat ulang tahun, Pat," Drake mencium kening patricia, adik semata wayangnya. "Semoga sehat selalu dan panjang umur."

Patricia mengulas senyum sehangat sinar mentari pagi. Kehangatan itu menjalar ka dada Drake. Ia kemudian menyerahkan sebuah kotak berisi kalung berlian.

Patricia menjerit senang, lalu memeluk sang kakak dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Kak. Kau kakak terbaik di dunia."

Adegan tiga bulan yang lalu itu berputar di benak Drake. Ia yang sejak tadi telah berusaha mati-matian mencegah air mata runtuh, kini tak sanggup lagi. Rasa panas menjalar di pipinya ketika ia masuk ke dalam mobil sport mewahnya.

Gadis itu pembawa sial!

Jika dia tidak hadir di kelurga mereka, maka semuanya akan baik-baik saja.

***

Valencia masuk ke dalam rumah mewah nan megah yang dua tahun terakhir ini ia tempati. Nyeri menusuk hatinya. Tanpa sadar, air matanya kembali menetes. Tak terhitung sudah berapa banyak air matanya tumpah sejak kejadian nahas itu.

Dengan langkah lesu, Valencia melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Tiba di depan kamarnya, hatinya kembali merintih sedih ketika memandang pintu kamar yang berada di sebelah kamarnya.

Valencia tergerak ingin ke kamar tersebut, lalu menggeleng. Tidak. Kamar itu hanya akan membuat lubang di dadanya kian mengangga.

Dengan lunglai, Valencia membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk.

Satu per satu orang yang menyayanginya, juga ia sayangi, pergi. Sekarang, tidak ada gunanya lagi ia berada di rumah ini. Lagi pula, Drake membencinya, bukan? Valencia tahu, pria itu menyalahkannya atas kematian patricia.

Valencia melangkah menuju lemari pakaian. Sepuluh menit kemudian seluruh pakaiannya sudah ada di dalam koper. Dengan berat hati ia menyeret kopernya keluar dari kamar.

"Mau ke mana?"

Valencia yang berjalan dengan pikiran berkelana, seketika tersentak. Ia menatap kaget sosok yang berdiri bak hantu di depannya.

"Aku akan pergi."

Tiba-tiba suara tawa tanpa humor menggema.

Valencia menatap bingung.

"Setelah membunuh patricia, kau ingin melarikan diri, valen? Betapa pengecut dirimu! Atau lebih tepatnya, betapa jahat?!"

"Aku tidak membunuh patricia! Semua orang tahu itu kecelakan!" Rasa bersalah yang sebisa mungkin Valencia tepis sejak kejadian nahas beberapa hari lalu yang telah merenggut jiwa sahabatnya itu, kembali menyerangnya.

Mata setajam tatapan elang itu menatap Valencia berkilat-kilat. Ia berjalan mendekati Valencia, kemudian tangannya terangkat, jari-jemari yang besar mencengkeram dagu Valencia.

Valencia merasa sakit, tapi ia tak sudi meringis untuk menunjukkan rasa sakitnya. Entah bagaimana, ia yakin, hal tersebut hanya akan membuat Drake semakin murka alih-alih puas.

"Kalau begitu kenapa kau hidup, sementara dia mati?"

Valencia menahan tangis, ia menyentak wajahnya, sialnya cengkeraman pria itu tidak terlepas. Rasa sakit menusuk rahangnya.

"Kau bermimpi jika berpikir bisa cuci tangan, Valencia."

"Apa maksudmu?"

"Kau tak akan ke mana-mana. Kau akan berada di sini, setiap detik menangisi perbuatanmu,"

"Aku tak bisa tetap di sini. Kita hanya berdua. Orang-orang akan memandang miring,"

Lagi Drake tertawa tanpa humor. "Oh, tenang saja. Setelah kau menjadi istriku, aku yakin, tak akan ada gosip tak sadap."

"A..pa maksudmu?"

"Kita akan menikah. Aku menyiapkan neraka untukmu sebagai balasan telah merenggut orang yang kusayang."

***

Evathink

ig : evathink

18 juli 2020

gimana? jangan lupa vote dan komennya yahhhhh. makasi.

Valencia and Her Devil HusbandWhere stories live. Discover now