10

13.1K 1K 55
                                    

10

"Kau memang perempuan gatal, bukan?"

Valencia yang akan berbaring di ranjang, diam-diam menggigit bibir. Tubuhnya lelah setelah seharian bekerja, sekarang, Drake mengajaknya bertengkar. Valencia tak punya energi lagi.

Tanpa menggubris provokasi Drake, Valencia berbaring dan membelakangi sosok yang sedang berdiri tak jauh dari ranjang itu.

"Dasar sundal! Aku tahu kau sangat senang dengan kedatangan sebastian dan gabriel. Dari dulu kau menyukai mereka, bukan?"

Valencia membuka mata dan menghela napas panjang. Ia kenal sebastian dan gabriel karena kedua pria itu cukup sering bertamu ke rumah untuk mengunjungi drake. Valencia akui kedua pria itu tampan, tapi sedikitpun ia tak pernah tertarik. Ada pria lain di hatinya.

"Ya, aku senang. Lalu kenapa?" Valencia tahu tak seharusnya ia memprovokasi Drake, tapi rasa kesal membuatnya tak mampu menahan lidah.

Mendengar itu, mata Drake berkilat-kilat. Pria itu dengan cepat naik ke ranjang dan memerangkap valencia dalam tubuh kekarnya. "Dasar pelacur! Aku saja tak cukup bagimu, hah?!" Drake menarik piama Valencia. Beberapa kancingnya terlepas.

"Kau budakku, Valencia! Jangan coba-coba berpaling!"

Hati Valencia menjerit mendengar sebutan penuh penghinaan itu, tapi ia tak akan menunjukkannya pada Drake. Ia akan membuat Drake berpikir, apa pun sebutan jahat nan hina yang pria itu berikan padanya, ia tak akan tersinggung apalagi sakit hati.

Keterdiaman Valencia membuat Drake berang. Dengan beringas ia melepas seluruh pakaian Valencia. Lalu sesi hubungan paksa tanpa sedikitpun kenikmatan itu harus Valencia jalani lagi.

***

Valencia baru selesai memotong cake lapis surabaya yang ia beli kemarin ketika sesosok tinggi gagah melangkah masuk ke ruang makan.

Pria itu mengenakan celana kain yang dijahit khusus, dipadu dengan kemeja berwarna biru tanpa dasi. Setelah dua hari berlalu, Drake sembuh dari demamnya.

Selesai memotong cake dan menaruhnya di piring, Valencia beranjak membuat kopi, lalu menghidangkannya untuk Drake.

"Siapa bilang aku mau kopi? Aku mau susu."

Menahan helaan napas panjang, valencia membuat susu, lalu menghidangkannya.

"Kopi susu, apa kau tuli?"

Valencia mengertakkan gigi. Jelas-jelas Drake bilang susu, bukan kopi susu. Dengan perasaan gusar, ia membuat kopi susu untuk pria itu. Merepotkan dan menyiksa Valencia sepertinya telah menjadi prioritas hidup Drake.

Beberapa detik berlalu. Setelah meneguk kopi susu seteguk, tanpa menyentuh cake yang valencia hidangkan, drake berdiri.

Valencia hanya diam melihat pria itu beranjak pergi. Tiba-tiba drake berhenti melangkah dan berbalik.

"Aku baru teringat kalau sejak kita menikah, aku belum pernah memberimu uang belanja." Drake meraih dompet dari saku dan mengeluarkan segepok kecil uang kertas berwarna merah.

Valencia menggeleng pelan. "Tidak perlu, drake. Aku masih punya sedikit uang ...."

Seringai sinis melengkung samar di bibir drake. "Ambillah." Ia mengulur uang tersebut.

Valencia hanya bisa membisu memandang drake. Yang ia bilang benar, ia masih punya sedikit uang, hasil menabung sejak bekerja di rumah makan.

Ketika melihat raut tak sabar drake, akhirnya valencia berdiri. Ia tentu saja tak mau membuat drake marah.

Valencia melangkah menghampiri pria itu.

Ketika ia mengulurkan tangan hendak mengambil uang tersebut, Drake melepasnya dari gengaman. Uang itu jatuh berhamburan ke lantai.

Tanpa kata, Drake berbalik dan melangkah pergi.

Seketika mata Valencia panas terbakar air mata. Ia menatap uang yang bertebaran di lantai tersebut dengan mata berkaca-kaca.

Sampai kapan siksaan drake akan berakhir?

***

evathink

ig/youtube/dreame : evathink

Valencia and Her Devil HusbandWhere stories live. Discover now