5

12.4K 1K 44
                                    

5

"Kopi ini terlalu pahit, apa tak ada gula di rumah ini?"

Valencia yang sedang mengoles margarin pada roti pangang, mengangkat wajah dan menatap drake yang duduk di balik kepala meja. Wajah pria itu seperti biasa, tanpa senyum. Dulu drake selalu tersenyum, tapi sejak kepergian patricia, urat senyum pria itu seolah telah putus.

"Akan kutambahkan gula." Untuk kali pertama dalam hidupnya, Valencia membenci akhir pekan. Waktu Drake berada di rumah lebih panjang dan pria itu sengaja bersikap menyebalkan.

Ketika valencia hendak mengambil gelas kopi Drake, pria itu bersuara. "Buatkan yang baru."

Valencia menurut. Beberapa menit kemudian, ia menghidangkan segelas kopi dengan gula sedikit lebih banyak dari sebelumnya.

Tak lama kemudian, Drake menyesap kopi tersebut, lalu menyemburkannya ke wajah Valencia, yang ketika itu masih berdiri di sisi meja dan sedang memandang pria itu.

Valencia berkedip merasakan semburan itu di wajahnya. Ada rasa marah bergelora di dadanya, tapi sebisa mungkin ia menahan diri. Inilah tujuan drake menikahinya, yaitu menyiksanya. Ia harus menerimanya, bukan? Meski kecelakaan tersebut bukan salahnya, tapi karena dirinyalah, pria itu kehilangan sang adik semata wayang. Valencia meraih tisu yang tersedia di atas meja dan mengelap wajah.

"Ini terlalu manis, Jalang! Seharusnya aku tahu, kau tak becus melakukan apa pun!"

Valencia hanya diam sembari menggigit bibir

"Buatkan aku teh."

Sesaat kemudian, Valencia menghidangkan teh untuk Drake. Pria itu hanya diam.

Valencia menarik kursi dan duduk. Bukan untuk sarapan. Ia perlu berjaga-jaga kalau-kalau Drake membutuhkan sesuatu.

Drake sibuk dengan ponselnya. Menit demi menit berlalu. Sesungguhnya kaki valencia mulai pegal, tapi ia tetap bertahan.

Ketika hampir sepuluh menit berlalu, Drake pun menyesap teh buatan valencia. Kemudian pria itu berdiri.

Tiba-tiba saja seluruh kepala Valencia basah. Drake menuang teh ke atas kepalanya.

Bibir Valencia ternganga sementara matanya berkedip-kedip. Untunglah teh tersebut tidak terlalu panas. Tadi, karena buru-buru, Valencia menyeduhnya menggunakan air dispenser.

"Kau memang tak becus melakukan apa pun." Setelah mengatakan itu, Drake berlalu. Namun baru beberapa langkah, ia berhenti dan berbalik, "Ah, aku lupa mengatakan sesuatu. Kau cocok menjadi pelacur. Keahalianmu di atas ranjang, lumayan."

Valencia bangkit dan berjalan cepat menghampiri drake, lalu menamparnya dengan kuat hingga wajah pria itu tersentak.

Sesaat hening. Hanya ada suara napas yang memburu. Lalu terdengar suara tawa drake.

Valencia mengerjap menatap pria itu yang melangkah pergi dengan tawa menggema.

Valencia menatap tangannya yang mengepal dan menggigil karena amarah. Rupanya saking marahnya, valencia berkhayal membalas perbuatan pria itu.

Tanpa sadar air mata valencia jatuh bergulir di pipi. Air mata kemarahan. Air mata kesedihan. Sampai kapan ia harus tersiksa dalam cengkeraman pria itu?

***

Valencia duduk berselonjor di sofa dan menghela napas panjang-panjang. Jam dinding menunjukkan hampir pukul dua belas siang. Seharusnya Valencia memasak, karena Drake bisa pulang kapan saja.

Akan tetapi membersihkan rumah dan mencuci sekeranjang besar pakaian, yang didominasi oleh pakaian Drake, Valencia tidak punya tenaga lagi. Yang menyebalkan, Drake tidak mengizinkan Valencia mencuci menggunakan mesin cuci dengan alasan pakaiannya yang mahal akan rusak.

Valencia memejam dan mengistirahatkan diri sejenak, berkata pada diri sendiri akan memasak sebentar lagi.

"Bangun, pemalas."

Panggilan itu, juga tendangan kecil di betisnya, membuat Valencia membuka mata. Matanya menyipit menatap sosok di depannya.

Drake!

"Sudah pukul satu, bukannya memasak, kau malah tidur. Dasar pemalas!"

Valencia terkejut, ia melirik jam dinding. Ia ketiduran, hampir satu jam.

"A..aku akan segera memasak." Valencia segera bangun.

drake menyeringai jahat. "Aku akan mati kelaparan jika harus menunggu."

Valencia terdiam.

"Kau harus dihukum."

Wajah Valencia seketika memucat. Drake akan menghukumnya? Hukuman seperti apa? "Drake ...."

Drake menyeringai.

Lima menit kemudian valencia mendapat jawabannya. Ia dipaksa melayani nafsu berahi pria itu. lagi.

***

Evathink
Ig : evathink

Valencia and Her Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang